Share

Bab 3

Author: Lilia
"Obat ini seharusnya cukup efektif." Anggi mengambil sebotol salep berwarna putih dan mengorek sedikit dengan jarinya, lalu mengoleskannya di atas luka Luis.

Tanpa sadar, Luis mengernyit. Namun hanya sebentar saja, perasaan segar dan dingin menutupi lukanya.

Ekspresi Luis sedikit berubah. Tanpa sadar, dia menatap Anggi.

Anggi sedang memusatkan perhatiannya pada luka Luis. Dia mengerucutkan mulut dan meniup luka itu dengan pelan. Detik kemudian, seolah-olah menyadari sikapnya terlalu lancang, Anggi pun berhenti dengan canggung.

Luis merasa, wanita di depan ini sangat mirip dengan seseorang dalam ingatannya. Terutama efek obatnya ....

Namun, Luis hanya mengernyit dan tidak berkata apa-apa.

Setelah selesai merawat luka Luis, Anggi mengajak Luis untuk memberi salam pada Dariani.

Kaisar mengizinkan Dariani untuk tinggal selama tiga hari di Kediaman Pangeran Selatan untuk memantau prosesi pernikahan Luis. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Kaisar terhadap Dariani sehingga bisa mendapatkan perlakuan khusus seperti ini.

Anggi mendorong kursi roda Luis dan melangkah dengan pelan. Saat mereka baru meninggalkan kamar, seorang pelayan senior segera memasuki kamar mereka. Setelah melihat noda darah di atas kasur, dia baru keluar dengan perasaan puas.

Saat Anggi dan Luis tiba di tempat Dariani, pelayan senior tersebut sudah lebih dulu sampai. Dia mengangguk-anggukkan kepala di hadapan Dariani. Pada saat yang sama, Dariani pun tersenyum.

"Saya memberi salam pada Ibunda, semoga Ibunda dipenuhi berkah." Menghadap Dariani membuat Anggi merasa gugup. Telapak tangannya bahkan jadi basah karena keringat.

Dia takut akan salah berbicara atau berlaku, lalu membuat Dariani marah. Bagaimanapun, pemandangan saat tangan dan kakinya dilumpuhkan dalam kehidupan sebelumnya terus bermunculan dalam benaknya.

Dariani memperhatikan Anggi yang terlihat berhati-hati, lalu menoleh ke putranya yang tidak berekspresi. Walaupun Luis tidak terlihat senang, matanya tanpa sadar melirik Anggi saat Anggi berlutut. Dariani langsung tahu, Luis lumayan menyayangi istrinya.

Oleh karena itu, senyuman menghiasi wajahnya. "Berdirilah. Ayo, kemari. Aku mau melihatmu sebentar."

Anggi langsung merasa gugup. Dia takut dosa keluarganya akan ketahuan.

Faktanya, Keluarga Suharjo mengerahkan segala upaya untuk membuat Anggi menikah kemari menggantikan Wulan. Ini adalah tindakan penipuan terhadap Kaisar yang sangat serius. Kalau ketahuan, semua anggota Keluarga Suharjo akan dihukum mati.

Sekalipun Anggi kesal terhadap Keluarga Suharjo, dia tidak ingin membuat mereka celaka.

Untungnya, Dariani tidak pernah bertemu dengan Wulan. Setelah melihat-lihat Anggi, dia pun memberi hadiah pada Anggi dan membiarkan mereka pergi.

Anggi merasa lega, lalu mendorong kursi roda Luis dan pamit diri.

Sambil menatap kedua orang itu menjauh, Dariani bertanya pada pelayan senior di sisinya, "Gina, bagaimana menurutmu putri kedua dari Keluarga Suharjo ini?"

"Hamba pernah melihat putri kedua dari Keluarga Suharjo. Sepertinya bukan ini orangnya." Suara Gina sedikit menusuk, sepertinya dia kurang senang.

"Huh, aku dengar, Keluarga Suharjo sangat menyayangi putri kedua mereka. Karena mereka begitu menyayanginya, aku akan membuat mereka menderita. Berani-beraninya mereka menipu putraku!" Dariani mendengus kesal.

Tentu saja bukan tanpa alasan dirinya menunjuk Wulan untuk dinikahkan pada Luis. Dia pernah memeriksa latar belakang Keluarga Suharjo. Saat melihat Anggi tadi, dia juga langsung tahu bahwa menantu ini bukan Wulan.

Namun, sikap Luis yang bisa menerima Anggi membuatnya mengakui status menantu saat ini.

Hanya saja, Dariani pasti tidak akan membiarkan Keluarga Suharjo karena telah menipu dirinya.

Saat Luis dan Anggi meninggalkan paviliun tempat Dariani tingal, Anggi menghela napas panjang dengan lega.

"Apa yang kamu takutkan?" Suara cenderung serak Luis membuat Anggi sedikit terkejut.

Melihat tingkah istrinya yang selalu kaget karena hal kecil, Luis cuma bisa menggeleng.

Padahal putri dari keluarga jenderal, kenapa nyalinya sekecil ini.

"Pangeran, sebagai pengantin baru, hari ini saya harus kembali ke rumah orang tua. Apa Pangeran bisa menemani saya?" Setelah menenangkan diri, Anggi menatap Luis.

Luis mengernyit, lalu membalas tatapan Anggi. Pandangannya begitu sinis, seolah-olah bisa melukai orang yang dilihatnya.

Anggi tercengang. Setelah itu, dia baru teringat dengan bekas luka yang ada di wajah Luis.

Kenapa dia jadi lupa, dengan penampilan sekarang, mana mungkin Luis mau bertemu orang lain?

Dengan kelalaian seperti ini, tidak heran kalau Luis marah padanya.

"Pangeran, saya nggak bermaksud buruk. Kalau Pangeran nggak mau, saya boleh pulang sendiri," ujar Anggi secara terburu-buru karena menyadari kekesalan Luis.

Luis menatapnya dengan sinis, lalu pergi dengan menggerakkan kursi rodanya sendiri.

Anggi merasa gusar. Dia menyesal kenapa tidak berpikir dulu sebelum berbicara.

Sebenarnya, dia tidak merasa bekas luka di wajah Luis itu menyeramkan. Anggi sudah mulai terbiasa, jadi dia lupa kalau Luis lumayan peduli soal hal itu.

Sementara itu, Luis yang sudah pasti tidak bisa menemani Anggi, mengutus pengawal rahasianya yang bernama Dika untuk mengantar Anggi.

Anggi pun menaiki kereta kuda dan pulang ke rumahnya tanpa membawa apa pun.

Pintu rumah Keluarga Suharjo tertutup rapat. Setelah turun dari kereta kuda, Anggi mendongak untuk melihat bangunan ini. Inilah tempat yang sudah dia tinggali selama 16 tahun. Ini rumahnya, tapi semua anggota keluarganya, tidak menyukai dirinya.

Bahkan dirinya seringkali dituduh bersalah, sekalipun dia tidak berbuat apa-apa.

Anggi tersenyum sinis.

Karena keluarganya begitu tidak menyukainya, Anggi memutuskan untuk berhenti mengambil hati mereka.

Dia mengetuk pintu. Setelah lewat beberapa saat, pintu itu baru terbuka.

Begitu melihat Anggi, orang yang membukakan pintu tersentak kaget. "No ... Nona Anggi! Nona pulang?"

"Ya." Anggi membalas singkat, lalu masuk ke rumah.

"Nona! Nona ... nggak boleh masuk." Orang itu tanpa sadar menghalangi Anggi.

Anggi merasa heran dengan tindakan penjaga pintu ini. Setelah terpikir akan sesuatu, ekspresi Anggi langsung berubah.

Ya, dia teringat dengan cerita dalam novel. Saat dia lumpuh dan dilempar ke depan rumah Keluarga Suharjo, keluarganya sedang mengadakan pesta perjodohan untuk Wulan. Pasangan Wulan, tidak lain adalah teman sepermainan yang merupakan mantan tunangan Anggi, Satya Giandra sang Putra Bangsawan Aneksasi.

Dalam cerita tersebut, Satya sebenarnya tidak pernah menyukai Anggi. Orang yang dia sukai selama ini adalah Wulan. Selain itu, Satya juga adalah tokoh utama pria dalam novel ini yang akan menjadi Kaisar di Negeri Cakrabirawa kelak.

Anggi mengepal tangannya dengan erat. Setelah mendorong penjaga pintu, dia berjalan cepat menuju aula utama.

Suasana di aula utama Keluarga Suharjo saat ini penuh kegembiraan. Wulan tampak menunduk dengan tersipu. Sementara itu, Pratama Suharjo yang berada di sebelahnya sedang tertawa lepas. Tampaknya, dia sangat puas dengan keputusan perjodohan untuk putrinya ini.

Jelas sekali, dia sudah melupakan urusan pernikahan putrinya yang lain.

"Nona, Nona nggak boleh masuk ...."

Suara yang tiba-tiba terdengar itu memecah nuansa sukacita aula.

Semua orang sontak menoleh ke arah pintu dan mendapati Anggi yang murka sedang berdiri di sana.

Begitu melihat Anggi, raut wajah Pratama langsung menjadi suram.

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 4

    "Kenapa kamu pulang?" Pratama bertanya dengan kesal.Untuk sekilas, Anggi merasa sedih. Sekalipun dirinya sudah pernah mati dan tahu benar keluarganya tidak menyayanginya, sikap Pratama tetap membuatnya kecewa.Pria ini adalah ayah yang dia hormati sejak kecil. Namun, Pratama malah melemparkan pandangan kesal dan jijik terhadap Anggi.Anggi menebak dalam hati, mungkin ayahnya geram karena kemunculannya merusak acara perjodohan Wulan?Saat ini Satya juga mengernyit, seperti tidak mengindahkan kemunculan Anggi.Kemungkinan besar, semua anggota Keluarga Suharjo tidak menduga Anggi akan kembali dengan hidup-hidup setelah menikah ke Kediaman Pangeran Selatan.Bagaimanapun, sepanjang sejarah, siapa pun yang menikah dengan Luis yang kejam itu, jasadnya akan dilempar keluar keesokan harinya."Ucapan Ayah aneh sekali, kenapa aku nggak boleh pulang? Ini jadwal kepulanganku ke rumah orang tua setelah menikah. Apa Ayah lupa?" Anggi berdiri tegak dan menyapukan pandangan ke semua orang yang berada

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 5

    "Memahami? Atas dasar apa?" Anggi melirik Wulan dengan sinis.Wulan sama sekali tidak menyangkan Anggi akan menjawab seperti ini. Setelah tercengang beberapa saat, Wulan menambahkan dengan sedih, "Kakak masih marah padaku, ya? Apa yang harus aku lakukan biar Kakak bisa memaafkanku?"Anggi tidak menjawab, melainkan cuma memandang Wulan dengan ekspresi datar.Wulan menyeka air matanya. "Apa Kakak harus memaksaku hingga mati? Aku tahu, Ayah dan Ibu menyayangiku sejak kecil, begitu juga para kakak laki-laki lainnya.""Walaupun semuanya agak mengabaikan Kakak, Kakak tetap anggota Keluarga Suharjo, bukan? Lagi pula, pernikahan Kakak dengan Pangeran Selatan juga bukan hal buruk. Bagaimanapun, dia adalah bagian dari kerajaan yang statusnya terhormat.""Kalau Kakak marah karena aku dijodohkan dengan Kak Satya, aku ... aku boleh membatalkan perjodohan ini. Asalkan Kakak senang." Sambil berkata, tubuh lemah Wulan terhuyung.Anggi mengernyit. Dia merasa ada yang tidak beres.Tidak mungkin Wulan be

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 6

    Setelah merapikan kotak yang dia bawa dari rumah, Anggi mengeluarkan sebuah buku medis.Plak, plak ....Jendela dalam ruangan bergetar karena ditiup angin dingin.Anggi menggerak-gerakkan bahunya secara refleks dan berdiri untuk menutup jendela itu."Putri, apa yang terjadi?"Seorang pelayan bertanya dari luar kamar."Bukan apa-apa," jawab Anggi. Saat meletakkan buku medisnya, dia baru menyadari bahwa hari sudah gelap.Luis di mana? Kenapa belum pulang?Anggi lalu berjalan ke luar kamar.Pelayan yang menjaga di luar kamar lekas memberi hormat. "Putri." Pelayan itu berusia sekitar 15 atau 16 tahun. Rambutnya dikuncir dua dan dia mengenakan baju berwarna merah muda."Apa Pangeran ... keluar rumah?" Anggi terus menunggu kepulangannya.Pelayan itu menjawab dengan sopan, "Izin menjawab, Putri. Pangeran seharusnya berada di ruang baca."Artinya, Luis tidak keluar.Benar juga. Kakinya tidak terlalu lincah. Kalau tidak terpaksa, seharusnya Luis tidak akan keluar rumah.Setelah menguap, Anggi m

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 7

    Mendengar ucapan Luis, Anggi mendongak dan menatap lekat pria di atas ranjang. Dia lalu membalas, "Saya paham."Baru selesai berkata, wajah Anggi lantas memerah.Setelah berpikir sebentar, Luis menambahkan, "Bajunya juga harus dilepas."Usai berkata, Luis langsung berbaring. Kedua tangannya diletakkan di depan dada, gayanya sangat tenang.Namun, seberapa banyak yang harus Anggi lepas? Luis tidak memberi arahan lainnya.Dia menunduk dan menggigit bibir, lalu menanggalkan pakaian luarnya hingga tersisa baju dalam.Setelah memadamkan lilin, ruangan itu menjadi gelap gulita.Anggi terpaksa merangkak mendekati kaki Luis untuk menaiki tempat tidur itu.Dalam cerita asli di novel, semua wanita yang menikah dengan Luis adalah mata-mata sehingga semuanya berakhir dibunuh.Namun, Luis bukanlah orang kejam seperti yang dirumorkan di luar sana. Dia pasti punya alasan tersendiri saat menyuruh Anggi berteriak.Walaupun Anggi belum tahu alasannya.Setelah memakai selimut ... Anggi berdeham sebentar,

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 8

    Usai makan sarapan, Anggi mulai membaca buku medis.Mina yang sedang merapikan perlengkapan minum teh sembari berkata, "Sebelum Permaisuri Dariani pergi tadi pagi, beliau berpesan agar Pangeran dan Putri bisa masuk ke istana untuk menghadap Kaisar."Menghadap Kaisar?Anggi ingat, Mina sudah memberi tahu hal ini pada Luis tadi pagi. Kenapa dia masih mengungkitnya sekarang?Anggi menatap Mina yang hanya tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya.Dalam sekejap, Anggi yang tadinya ingin membaca buku medis dengan santai jadi gugup.Berdasarkan sifat protektif Dariani terhadap putranya, alasan Dariani meminta Luis membawanya ke istana pasti tidak sederhana.Sebaliknya, jika Luis enggan membawanya ke istana, artinya Luis tidak puas terhadap pengantin pengganti ini.Kalau Luis tidak puas, Dariani juga akan membenci Anggi.Sekalipun dalam novel aslinya tidak menyebutkan apakah Dariani mengetahui kebenaran soal pengantin yang digantikan ini, belum tentu rahasia ini tidak akan terbongkar selamanya!

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 9

    "Perhatian?"Luis yang duduk di kursi roda memanggil Anggi dengan melambaikan tangan.Tanpa ragu-ragu, Anggi berjalan maju.Pria itu memiringkan tubuh, lalu memegang dagu Anggi. Anggi membungkuk dan bertatapan mata dengan Luis."Kamu berencana perhatian bagaimana ke aku? Hm?" Nada suara Luis sangat sinis. Matanya juga sedikit menyipit.Wajahnya yang sudah penuh luka terlihat makin mengerikan saat ini. Wajahnya tidak memiliki ekspresi, benar-benar seperti makhluk dari neraka!"Aku ... aku punya semacam salep. Seharusnya bisa memudarkan luka, Pangeran boleh mencobanya. Selain itu ... untuk kaki Pangeran, mungkin bisa juga. Coba saja."Bertatapan langsung dengan Luis membuat Anggi sangat gugup. Namun, dia akhirnya bisa menjawab Luis setelah berusaha menenangkan diri.Rumor mengatakan bahwa putri kedua dari Keluarga Suharjo mahir mengobati orang. Jadi, Luis menebak, obat yang dibawa Anggi ini mungkin diambil dari Wulan?Namun, tabib istana saja tidak bisa menangani luka di wajah dan kakiny

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 10

    "Dika."Luis mengambil sepotong kue talas dan memanggil pengawal rahasianya.Seketika, angin serasa menerpa dan Dika sudah muncul di hadapan Luis sambil mengepal memberi hormat. "Ya, Pangeran?""Sewaktu Putri pulang ke Kediaman Suharjo, Putra Bangsawan Aneksasi sedang dijodohkan dengan Wulan."Dika mengangguk. "Benar. Ada apa, Pangeran?"Dika merasa heran, bukankah dia sudah melaporkan semuanya kepada Pangeran sekembalinya dari sana?"Dia nggak menangis?""Pangeran, Putri nggak menangis." Dika merasa bingung. Rasanya pertanyaan hari ini berbeda dari Pangeran yang biasanya."Periksa lagi. Jangan sampai ada yang terlewat. Aku ingin tahu seberapa dalam perasaan Putri terhadap Satya."Sambil berkata, Luis mengembalikan kue talas yang dia makan ke dalam piring, lalu menatap piring tersebut dengan kesal.Dika tidak pernah mempertanyakan perintah dari Luis, jadi dia langsung keluar dari ruang baca untuk melaksanakannya.Malam pun tiba.Mina datang ke ruang baca untuk menyampaikan pertanyaan d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 11

    Wanita ini .... Sepasang matanya begitu jernih, seakan-akan mampu mengacaukan hati siapa pun. Wajahnya begitu memesona dan alami.Jika bukan karena dia telah menyelidikinya dan memastikan bahwa wanita ini adalah Nona Anggi dari Keluarga Suharjo, mungkin Luis sudah curiga bahwa dia hanyalah mata-mata yang dipersiapkan dengan sangat hati-hati.Atau lebih buruk lagi ....Mungkinkah dia adalah orang yang dikirim oleh Keluarga Suharjo atau Satya untuk memata-matainya? Luis memang lumpuh, tetapi pada akhirnya, dia tetap seorang pria normal.Jika dia terus membiarkan dirinya digoda oleh Anggi, siapa yang bisa menjamin bahwa dia masih bisa menahan diri kelak?Anggi berdiri diam, memperhatikan Luis yang mendorong roda kursinya menuju kamar mandi. Sesaat, dia merasa ragu. Tampaknya, Luis masih belum percaya padanya.Empat puluh lima menit kemudian.Luis keluar dari ruang mandi dengan pakaian yang rapi."Pangeran ...." Di dekat meja bundar, Anggi berdiri dengan sikap hati-hati. Sepasang matanya y

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 70

    "Putri, katakanlah." Luis memainkan cincin giok hijau di jarinya dengan santai, seolah-olah tidak peduli. Namun kenyataannya, tatapan peringatan dari Keluarga Suharjo terhadap Anggi tadi tidak luput dari pengamatannya.Sebelumnya, Luis hanya mendengar dari Dika bahwa pada hari Anggi kembali ke kediaman orang tuanya, keluarganya memperlakukannya dengan dingin.Saat itu, Luis tidak terlalu merasakan apa-apa. Namun hari ini, setelah melihat dengan matanya sendiri, amarah di dalam hatinya seakan membara dan membesar tak terkendali.Di dalam aula utama, api perapian berderak-derak membakar arang perak dan memantulkan suara kecil yang terdengar jelas dalam ruangan yang sunyi. Bahkan, suara orang bernapas pun terasa besar.Anggi tersenyum ketika berujar, "Pangeran, saya ...." Dia berpikir sejenak, lalu menatap Luis dengan ekspresi main-main. Dia malah bertanya, "Bagi Pangeran, apakah sangat penting siapa saya sebenarnya?"Senyum muncul di wajah Luis yang dingin. Dia menimpali, "Putri benar-be

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 69

    Luis khawatir kalau-kalau Anggi akan diperlakukan tidak adil di Keluarga Jenderal Musafir, jadi seorang Sura saja tidak cukup. Dia bahkan menyuruh Dika ikut menemaninya.Anggi menaiki kereta kuda, lalu baru menyadari sesuatu. Kereta yang disiapkan hari ini bukanlah kereta biasa, melainkan kereta pribadi milik Luis. Ukurannya hampir dua kali lebih besar daripada kereta biasa.Begitu pintu kereta dibuka, di dalamnya sudah duduk seseorang. Itu adalah seorang pria berpakaian hitam pekat dengan topeng perak yang menutupi wajahnya. Kereta ini sangat luas, bahkan kursi roda Luis pun dapat diletakkan di dalamnya tanpa kesulitan."Pangeran?" Anggi sedikit terkejut. Dia tak menyangka bahwa Luis akan berada di dalam kereta. Saat terakhir kali kembali ke kediaman orang tuanya setelah menikah, pria ini bahkan tidak menemaninya. Namun, kini dia malah ingin menghadiri pertunangan Wulan.Anggi masih diliputi kebingungan ketika Luis mengulurkan tangan kepadanya. Dia tidak punya pilihan selain meletakka

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 68

    Suasana seakan membeku, seolah-olah udara di sekitar mereka mengental dan menahan segala suara. Waktu terus berlalu hingga akhirnya Luis mengangkat wajahnya dan menatap Anggi dalam-dalam."Anggi, apa kamu tahu ...." Suara Luis terdengar serak, seakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Namun di tengah kalimat, dia terhenti.Anggi mengernyit karena sedikit bingung. Tatapan matanya lembut dan penuh kehangatan. Dia bertanya, "Tahu apa?"Anggi meraih wajah Luis dengan kedua tangannya dan menyentuhnya dengan hati-hati, seolah ingin menyampaikan ketulusan melalui ujung jarinya.Suaranya begitu lembut dan penuh perhatian hingga bisa membuat siapa pun tenggelam dalam pesonanya. "Kalau ada sesuatu yang membuat Pangeran ragu, katakan saja pada saya."Tatapan Anggi begitu teguh, penuh keyakinan, seakan memberikan keberanian kepadanya. Beberapa kali Luis hendak berbicara, tetapi kata-kata itu tersangkut di tenggorokannya.Akhirnya, pria itu berani bertanya, "Semua orang yang melihatku s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 67

    "Ka ... kalau luka di wajahku nggak bisa sembuh dan kakiku juga nggak bisa pulih, apakah Putri tetap nggak akan membenciku?" tanya Luis. Dia tahu bahwa dia sedang berkhayal. Namun, dia tidak bisa menahan keserakahan dalam hatinya.Dengan penuh harap, Luis menatap wanita di hadapannya. Dia takut kehilangan sedikit saja perubahan di wajahnya. Luis takut melihat penyesalan atau kebohongan sekecil apa pun di mata Anggi.Tak lama kemudian, Anggi tersenyum lembut. Tanpa ragu, dia mengulurkan tangan dan menggenggam jemari Luis yang tergeletak di pegangan kursi rodanya.Anggi bertanya, "Pangeran takut saya akan pergi?"Anggi adalah seseorang yang telah mengalami kelahiran kembali. Dulu, dia pernah dibuang oleh keluarganya sendiri. Perasaan takut dan kekecewaan itu masih menyisakan bayang-bayang yang tak bisa dia hilangkan hingga saat ini.Itu sebabnya, Anggi sangat memahami perasaan Luis yang takut dikhianati, takut ditinggalkan, juga takut harapan yang diberikan kepadanya hanyalah semu.Meski

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 66

    Anggi diam-diam mempercepat langkahnya. Saat hampir sampai di halaman depan ruang baca, dia tiba-tiba menoleh ke belakang dan memandang ke arah lorong.Di kejauhan, Anggi melihat dua sosok berpakaian berbeda. Satunya mengenakan pakaian hijau, sementara satunya lagi berpakaian putih. Mereka sedang melangkah melewati koridor.Apakah itu Gilang dan Aska? Tadi, sepertinya mereka sengaja berhenti sebentar dan memperhatikannya. Namun sebelum Anggi bisa memastikan, keduanya sudah berjalan makin jauh.Anggi mengalihkan pandangannya kembali, lalu memberi tahu Luis, "Pangeran, menurut saya bunga plum ini sangat indah. Saya ingin meletakkan satu vas di meja Pangeran supaya Anda bisa menikmatinya."Luis mengangguk. Dia teringat ucapan Aska yang pernah berkata bahwa Anggi adalah keberuntungannya. Senyum tipis pun muncul di sudut bibirnya karena sulit untuk ditahan. Tatapannya jatuh pada bunga plum yang berada dalam pelukan Anggi.Luis berkomentar, "Bunga plum mekar begitu indah."Anggi bertanya, "P

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 65

    Mina membalas sambil mengangguk, "Benar."Sejak Luis mengalami luka di wajahnya, suasana di kediaman ini menjadi jauh lebih suram. Setidaknya, tak ada lagi suara tawa riang yang terdengar di sini. Hanya saja selama para pelayan tidak melakukan kesalahan, Luis juga tidak akan sembarangan menghukum mereka dengan kejam.Sementara Anggi terus memotong bunga plum, Mina bertugas mengumpulkannya. Tak butuh waktu lama, bunga-bunga yang terkumpul sudah begitu banyak hingga Mina kesulitan membawanya."Putri, gimana kalau kita ke rumah utama untuk merapikan bunga-bunga ini?" tanya Mina. Bagaimanapun juga, rumah utama selalu dibersihkan setiap hari oleh para pelayan. Sekalian, mereka bisa mengganti bunga plum lama yang sudah layu dengan yang baru.Anggi berujar seraya mengangguk, "Aku juga berpikir begitu."Keduanya pun berjalan menuju rumah utama. Dalam perjalanan, Anggi beberapa kali menoleh ke arah ruang baca. Tanpa sengaja, tatapannya bertemu dengan Torus yang berdiri di kejauhan. Dia memberi

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 64

    Begitu mendengar suara tawa itu, Torus langsung tahu siapa pemiliknya. Namun dia tidak bisa langsung memberi tahu Anggi, jadi dia hanya berucap sambil menggeleng, "Hamba nggak bisa mengenalinya dalam sekejap."Torus berpikir dalam hati, Gilang memang biasanya berkepribadian ceria dan riang. Namun sejak Luis mengalami luka di wajahnya, dia tidak pernah bersikap begitu bebas dan sembrono di hadapannya.Anggi bertanya, "Kalau begitu, apa aku harus kembali lagi nanti?" Sambil berbicara, dia sudah berjalan menuju gazebo di rumah utama. Angin dingin bertiup kencang dan membuat pipi Anggi terasa membeku.Torus dengan penuh hormat mengantar beberapa langkah, lalu berucap, "Gimana kalau Putri kembali ke rumah utama dulu dan beristirahat sejenak?"Mina yang berdiri di samping juga ikut menimpali, "Benar, Putri."Namun, Anggi justru menunjuk beberapa pohon plum yang sedang berbunga di halaman, lalu berujar dengan santai, "Bunga plum di sini sedang mekar dengan indah. Aku akan memetik beberapa tan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 63

    Lantas, bagaimana mungkin Anggi bisa menyembuhkannya?"Lihat baik-baik luka di wajahku. Apa ada sedikit perubahan?" Meskipun nada suaranya terdengar tenang, dalam hati Luis kembali menyimpan harapan bahwa wajahnya bisa pulih seperti dulu.Kali ini bukan karena ingin tampil gagah di hadapan orang lain, tetapi hanya karena satu alasan. Luis ingin memulihkan wajahnya agar bisa mendapatkan ketulusan hati Anggi.Mendengar itu, Torus segera memperhatikan dengan saksama. Dia mengamati wajah Luis dengan penuh kehati-hatian, lalu berucap dengan ragu, "Wajah Pangeran sudah nggak sepucat dulu. Setelah beberapa hari terpapar sinar matahari, Anda terlihat lebih sehat."Luis mengulangi, "Yang kutanyakan adalah apakah bekas lukaku memudar?"Torus menimpali, "Hamba ... hamba merasa ....""Jangan bohong padaku!" seru Luis.Torus buru-buru menjawab, "Pangeran, hamba nggak berani bohong. Selama ini, hamba bahkan nggak berani menatap langsung wajah Pangeran, jadi ... hamba nggak bisa melihat perbedaannya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 62

    "Saya hanya nggak ingin membuang-buangnya," balas Anggi. Wajahnya sudah memerah sepenuhnya. Dia terlihat begitu indah dan memikat.Luis menolak dengan tegas, "Aku nggak butuh.""Baik." Anggi menundukkan pandangannya dan tidak berani menatapnya lagi. Lebih baik dia fokus menyembuhkan wajah dan kaki Luis terlebih dahulu. Setelah itu, dia akan tahu sendiri apakah pria ini benar-benar menyukai wanita atau tidak.Dengan pikiran seperti itu, Anggi berusaha bangun dari ranjang. Namun, tiba-tiba tangan pria itu menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. Dia bertanya, "Putri nggak percaya padaku?""Saya nggak pernah bilang nggak percaya," balas Anggi.Melihat wajahnya yang sudah memerah, Luis mendadak ingin menggodanya. Dia tiba-tiba langsung menarik tangan Anggi ke dalam selimut.Begitu tangannya menyentuh sesuatu, Anggi seperti tersengat listrik. Dengan refleks, dia langsung menarik tangannya kembali dan buru-buru menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut.Luis bertumpu dengan satu tangan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status