Setelah semua anak buah Enrique dibereskan oleh pasukannya, Julian mengambil sebilah pedang dan berjalan menghampiri Lucas.Julian bersimpuh di hadapan Lucas.Dengan kepala yang menunduk, Julian berkata, “Aku akan mempertanggungjawabkan apa yang terjadi. Aku akan memotong kedua tanganku sebagai bentuk permohonan maaf. Terimalah permohonan maaf dariku ini, The Obsidian Blade.”Suasana menjadi hening. Anak buah Julian menatap dengan penuh rasa cemas.Beberapa dari mereka bahkan sudah memikirkan siapa yang akan memimpin Organisasi Lumos di Kota Verdansk setelah Julian kehilangan kedua tangannya.Julian mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang pedang. Lalu dia pun mengayunkan pedang itu ke arah tangan kirinya.Namun ketika akan sampai, Lucas menendang tangan Julian sehingga pedangnya terjatuh.“Aku tidak mengizinkanmu memotong tangan,” kata Lucas. “meskipun mereka berada di bawah kendalimu, tapi kamu sama sekali tidak bersalah.”“Terima kasih, The Obsidian Blade. Anda sangat murah
Max melihat wajah Angeline yang kecewa dan bimbang. Dia pun memanfaatkan ini untuk mendapatkan rasa kagum serta rasa hutang budi dari Angeline.“Ketika aku datang, sudah terjadi keributan. Lalu aku memerintahkan Enrique untuk menghentikan anak buahnya tetapi dia tidak mau. Jadi karena itulah, aku memerintahkan anak buahku untuk melawan Enrique,” kata Max dengan bangganya.Jeremy tersenyum lebar. Lalu dia berkata, “Kamu memang sangat hebat, Max. Tidak ada keraguan sedikitpun kalau Keluarga Benedict akan menjadi keluarga nomor satu di Kota Verdansk. Tidak akan ada yang berani untuk melawan kalian.”Max melambaikan tangannya sambil berkata, “Ah, tidak seperti itu. Sepertinya itu terlalu berlebihan. Ya, meskipun ada kesempatan untuk menjadi keluarga nomor satu, tapi untuk saat ini, masuk ke dalam 10 keluarga besar Kota Verdansk lebih memungkinkan.”Saat ini Keluarga Benedict belum masuk ke dalam 10 keluarga tertinggi di Kota Verdansk. Mereka masih menempati urutan 12.Jeremy mengangguk ya
Lucas menatap tajam kedua mata Dario. Ingin sekali rasanya dia merobek mulut Dario saat ini. Namun Lucas berusaha untuk tetap sabar. Di ruang publik seperti ini, dia tidak boleh melakukan tindakan yang dapat mengundang perhatian banyak orang. Lucas membalikkan badannya kembali dan melangkah menuju pintu lift. Tetapi baru dua langkah, Dario berkata dengan suara keras, “Kamu mau ke mana? Kabur? Memangnya kamu pikir kamu bisa kabur?” Lucas menghentikan langkah kakinya. Lalu dia membalikan badan. “Kamu beruntung, aku sedang tidak mood menghajar orang. Jadi, aku biarkan kamu pergi sekarang,” kata Lucas dengan tenang. Wajah Lucas terlihat menyepelekan Dario. Tentu, hal ini membuat Dario menjadi tersinggung. “Kurang ajar! Apa kamu pikir kamu bisa menghajarku? Yang ada, kamu yang akan aku hajar!” geram Dario. Di titik ini, terlihat seorang pria datang dengan dikawal oleh dua pria berbadan besar. Lucas yang tadinya mau pergi, menahan diri. Dia tahu siapa orang yang datang itu. Maximu
Karena Lucas yang terus berjalan mendekati, membuat Dario melangkah mundur. Wajahnya terlihat sangat tegang sekali. “Tentu saja aku adalah anak kandungnya. Jadi, kamu jangan macam-macam atau ayahku akan menghabisimu,” ancam Dario kembali sambil melangkah mundur. Melihat itu, Max pun maju untuk melindungi Dario. Menurutnya ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengambil hati keluarga Moratta. Jika dia berhasil mengambil hati keluarga Moratta, tentu dirinya dan keluarganya akan mendapatkan keuntungan yang besar. “Berhenti di sana!” seru Max tepat di depan Dario. Lucas menyeringai mendengar seruan dari Max. Dia pun kemudian menghentikan langkah kakinya. “Kenapa? Kamu mau ikut campur?” tanya Lucas. “Tentu saja! Dario adalah teman baikku dan aku akan melindunginya,” kata Max dengan penuh percaya diri. Lucas tertawa kecil mendengarnya. Dia pun menghela napas panjang dan berkata, “Seorang anak Gigio saja tidak bisa melawanku, apalagi kamu?” Mendengarnya membuat wajah Max menjadi me
Walikota Mike adalah salah satu anak buah Lucas yang dikirim oleh sang Raja Mafia ke Kota Verdansk 3 tahun yang lalu bersama dengan Julian. Setahun berada di Kota Verdansk, Mike berhasil membuat basis pendukung yang kuat sehingga dia berhasil menjadi seorang Walikota. Walaupun sekarang dia menjadi seorang walikota, dia tetap membungkukkan badan di hadapan Lucas. Sebab tanpa Lucas, dia tidak akan pernah menjadi seperti ini. Setelah tangannya dilepaskan oleh Lucas, Dario berlari ke arah sang ayah. “Ayah, apa dia benar Raja Mafia?” tanya Dario, panik. Saat ini Dario sedang berselisih dengan Lucas. Di dalam pikiran Dario, jika benar Lucas adalah Raja Mafia,malam ini adalah malam terakhirnya di dunia. Gigio pun sama cemasnya. Dia juga berpikiran kalau malam ini adalah malam kehancurannya jika benar, Lucas adalah Raja Mafia. Meskipun dia tidak terlibat langsung, tetapi anak kandungnya sudah berani menyinggung. “Ayah juga tidak tahu. Ayah baru sekali bertemu saja,” jawab Gigio. Max me
Harta yang dimiliki oleh Gigio tidak main-main. Untuk harta pribadi, dia memiliki lebih dari 20 Triliun. Namun untuk perusahaan Moratta Group, memiliki valuasi mencapai 100 Triliun. Jika harta itu harus dibagi separuhnya, maka Lucas akan langsung masuk ke dalam daftar 20 orang terkaya di Kota Verdansk, di luar dari harta yang telah dimilikinya yang ditinggal di organisasi mafia Veleno. “Ayah! Apa Ayah sadar dengan apa yang baru saja dikatakan?” tanya Dario dengan ekspresi wajah yang tidak percaya. Sebagai pewaris, tentu saja Dario menolak keras. Dia tidak rela jika harta sebanyak itu harus dibagi kepada orang asing yang menurutnya memiliki kasta terendah. Namun, jika saja Dario mengetahui kekayaan yang dimiliki oleh Lucas pada saat masih menjadi Raja Mafia, dia akan malu karena hartanya, tidak seberapa. Gigio mengangguk. Lalu dia berkata, “Tidak ada yang lebih berharga daripada anak. Untuk apa aku memiliki banyak harta tapi salah satu anakku seperti mayat hidup.” Gigio kemudian m
Gigio ingin tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lucas tetapi dia berpikir kembali jika Lucas tidak mungkin berbohong. Sebab tidak ada dasar bagi Lucas untuk membohonginya. “Aku tidak tahu siapa itu. Tapi yang jelas, orangnya pasti ada di sekitarmu atau jika tidak, orang yang dekat dengan anakmu ini,” jawab Lucas. Gigio langsung memutar otak, mencari siapa pelaku yang paling memungkinkan bisa melakukan hal ini kepada Viviana. Karena tidak ingin membuang-buang waktu, Lucas pun meminta izin untuk memulai pengobatannya. “Aku akan memulai pengobatannya. Apakah boleh tinggalkan aku sendiri? Aku ingin berkonsentrasi penuh.” “Oh iya, tentu. Aku akan keluar. Kumohon, sembuhkan anakku.” Gigio pun langsung berjalan keluar kamar. Lucas langsung mengeluarkan beberapa jarum akupuntur miliknya yang selalu dia bawa ke mana-mana. “Jangan khawatir, aku tidak akan berbuat jahat kepadamu. Aku hanya ingin mengobatimu,” kata Lucas. Kemudian, pria itu pun mulai membuka seluruh pakaian Viv
Di sebuah klub malam, Dario dan Max tengah minum-minum. Dario terlhat sangat kacau sekali saat ini. “Orang itu benar-benar kurang ajar. Aku harus memberi pelajaran kepadanya!” ucap Dario. Max menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Ya, benar. Aku juga sangat ingin memberi pelajaran kepadanya. Dia telah merebut Angeline dari tanganku dan baru saja dia merendahkanku. Aku ingin dia mati!” “Apa rencanamu?” tanya Dario. “Aku punya kenalan yang cukup dekat. Dia adalah seorang mafia tetapi tidak terikat dengan organisasi besar. Dia hanya memiliki organisasi kecil tetapi itulah yang menjadi keunggulannya. Dia bisa dengan bebas membunuh orang dan menyembunyikan tangannya,” kata Max. Dario mengerutkan keningnya seraya bertanya, “Maksudmu, dia melakukan tindak kejahatan tetapi melempar tindakannya itu kepada organisasi besar?” Max menganggukkan kepalanya sambil tersenyum jahat. “Dia selalu meninggalkan jejak dengan lambang ataupun kode-kode yang mengarah kepada organisasi besar. Jadi, pih
Lucas membuka matanya. Masih gelap. Jam dinding di kamar menunjukkan pukul lima pagi.Dia diam sejenak, mendengarkan keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara napas lembut istrinya yang masih tertidur pulas di sampingnya.Namun di dadanya, ada sesuatu yang bergetar. Sebuah firasat buruk. Bukan ketakutan biasa. Ini adalah naluri bertahan hidup yang hanya muncul di ambang bahaya besar.Lucas duduk di pinggir ranjang. Ia menatap Angeline sejenak, memastikan istrinya baik-baik saja.Kemudian dia berbisik pada dirinya sendiri, "Ini sama seperti dulu, sebelum aku bertarung melawan raja mafia di Utara."Saat itu, Lucas hampir mati. Namun justru dari pertarungan itu, dia bangkit dan menjadi salah satu figur yang paling ditakuti di dunia bawah tanah.Lucas berdiri perlahan, mengenakan kaos dan celana training, lalu melangkah ke jendela.Langit di luar masih gelap. Kabut tipis menggantung di atas jalanan perumahan Montclair Manor.“Akan ada sesuatu yang datang … sebentar lagi,” pikirnya.Luca
Dario berdiri di pendopo, matanya menyala penuh amarah. Setelah mendengar penjelasan dari Xena, dadanya serasa terbakar."Aku akan membuat Lucas merasakan apa itu neraka di dunia ini," gumam Dario dengan suara serak.Dia tidak peduli siapa pun yang akan menghalangi. Bahkan kalau keluarga Lucas ikut terseret, itu bukan masalah. Satu-satunya tujuan yang ada di pikirannya hanyalah membalas dendam.Ruben menatap sahabatnya itu dengan cemas. Perlahan, ia bertanya, "Dario, kau yakin bisa menghadapi dia?"Dario menoleh tajam.Ruben melanjutkan, "Aku dengar, Lucas bukan petarung biasa. Bahkan para pemimpin cabang organisasi besar di Verdansk kalah di tangannya."Dario mengepalkan tinjunya. "Aku tidak peduli."Ruben menghela napas berat. Ia sadar, Dario punya semangat, tapi dalam dunia nyata, semangat saja tidak cukup. Apalagi Dario baru berguru kepada Xena kurang lebih satu bulan. Waktu itu terlalu singkat untuk mengasah kemampuan tingkat tinggi.Xena yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya
Angeline melipat lengannya, bersandar di kepala ranjang sambil menatap langit-langit kamar yang temaram. Lucas masih memegang ponsel yang tadi bergetar.Kini nama Jeremy sudah tidak lagi terlihat di layar, tapi bayangannya masih menggantung di kepala mereka.“Dia makin lama makin mengganggu,” ucap Angeline dengan nada tidak suka.Lucas menoleh ke arahnya. “Dia melakukan apa lagi?”“Dua hari ini dia datang menemuiku,” jawab Angeline, suaranya tenang namun mengandung penekanan emosi. “dia bilang ingin membantuku menyelesaikan masalah dengan Carlos dan teman-temannya.”Lucas mengernyit. “Membantu? Dengan cara apa?”Angeline menghela napas, menatap Lucas sebentar lalu menunduk. “Katanya, dia bisa menghentikan Carlos agar tidak memviralkan kasus itu. Tapi dengan satu syarat.”Lucas menyandarkan punggung, tangannya terlipat di dada. “Syarat?”“Dia minta aku membantu menyelamatkan perusahaan Liquid,” jawab Angeline pelan. “dia bilang perusahaan di ambang kebangkrutan dan membutuhkan proyek b
Ponsel Jeremy bergetar di tengah hingar bingar musik klub malam. Lampu disko menyinari wajahnya dengan warna-warni menyilaukan, tapi ia tetap bisa membaca nama yang muncul di layar.Carlos.Dengan senyum kecil, Jeremy menerima panggilan itu dan menempelkan ponsel ke telinganya. Dia sudah menduga jika Carlos menghubungi karena dia setuju untuk menyerahkan masalah mereka kepadanya.‘Akhirnya kamu menghubungiku juga,’ kata Jeremy dengan ringan.‘Aku ingin bertemu denganmu. Kalau bisa sih, sekarang,’ jawab Carlos tegas.Jeremy melirik sekeliling. Musik EDM masih menggelegar.‘Hmmm … aku sedang di Imperial Room, klub malam di pusat kota. Kalau kamu mau bicara, datang saja ke sini,’ kata Jeremy.‘Baiklah, kalau begitu aku akan segera ke sana,’ kata Carlos.Setelah itu dia pun mengakhiri panggilan suara.Jeremy menaruh ponselnya ke atas meja dengan tawa lepas. “Aku tidak pernah gagal. Aku adalah seorang pemenang!” ucap Jeremy, berbangga diri. Dia pun memeluk seorang teman wanitanya, tapi bu
Langkah kaki Lucas menyusuri jalan yang sepi, meninggalkan jejak di rumput. Panggilan dari Angeline beberapa menit lalu masih membekas di benaknya. Nada suaranya terdengar tenang, tapi Lucas tahu, terlalu tenang justru menyembunyikan sesuatu.Rajendra m kembali ke rumah ibunya dan langsung menuju ke ruang keluarga. Di sana, ibunya sedang duduk santai di sofa sambil menonton tayangan ulang sinetron klasik. Volume televisi tak terlalu keras, namun cukup untuk mengisi kesunyian rumah mewah itu.Rose menoleh begitu melihat Lucas masuk. “Dari mana saja kamu, Nak?”Lucas menyandarkan tubuh di sandaran sofa. “Dari danau. Sekadar jalan-jalan.”Rose memiringkan kepala. “Ah, kamu benar. Udara di dekat danau, memang sangat bagus.”Lucas menoleh. “Ibu ingin ikut jalan-jalan?”Wajah Rose langsung berubah berseri. “Kalau boleh, aku ingin. Badanku rasanya kaku sekali. Dulu waktu kita masih tinggal di gang kecil, aku bolak-balik ke pasar. Masak buat dijual. Bergerak terus. Tapi sejak tinggal di sini,
“Apakah musuhmu itu bernamaLucas?” bisik Emilio lagi, kali ini lebih pelan, nyaris seperti gumaman yang tercampur rasa tidak percaya.Xena hanya menjawab dengan anggukan kecil.Tatapan Emilio mengeras. Dia bersandar ke sofa, memandangi Xena dalam diam. Beberapa detik kemudian, dia berkata, “Kalau benar kita punya musuh yang sama, artinya pria itu memang tidak biasa.”Hector melirik Emilio. “Don Emilio, apa kau yakin?”Emilio mengangguk pelan, meski sorot matanya tidak menunjukkan keyakinan yang sepenuhnya bulat. “Dia membunuh dua ketua cabang organisasi kami di kota Verdansk. Dalam waktu yang berdekatan.”Xena menatap Emilio tajam. Lalu dia berkata, “Dia juga telah membunuh keponakanku. Dan itulah kenapa aku menganggap dia sebagai musuhku.”Ruangan itu kembali sunyi. Emilio mencoba mengingat siapa saja keponakan Xena yang diketahui dalam lingkaran dunia bela diri. Tak banyak. Dan jika salah satunya tewas di tangan Lucas…“Apa? Dia membunuh keponakanmu?” tanya Emilio.Xena menatapnya.
Langkah kaki ringan namun tegas terdengar mendekati aula utama markas organisasi Dominus Noctis. Aroma wewangian bunga magnolia mengalir lebih dulu, seolah menandakan kehadiran sosok luar biasa.Pintu dibuka oleh pengawal, dan masuklah seorang wanita.Tubuhnya tegap namun elegan. Rambut hitam berkilau digulung anggun di atas kepala. Wajahnya tidak muda, namun tiap lekuk dan guratannya memancarkan ketegasan serta keanggunan yang menakjubkan. Sepasang mata tajam menyorot sekeliling dengan rasa percaya diri yang luar biasa.“Xena,” ucap Don Emilio dengan nada hampir tak percaya.Ia langsung berdiri. Tatapannya berubah dari dingin menjadi hangat seketika, seolah beban puluhan tahun menguap begitu melihat wanita itu.Xena tersenyum saat melihat Emilio. “Masih mengenaliku?” tanya Xena.“Mana mungkin tidak mengenalimu?” Emilio melangkah cepat mendekati, lalu memeluk Xena dengan erat. “Tuhan. Ini benar-benar kamu. Sudah berapa lama sejak kita terakhir bertemu?”“Hmmm … dua puluh tahun, mungki
Carlos mengernyit. “Perjanjian kecil macam apa?”Jeremy menepuk lututnya pelan dan tersenyum seolah tengah menawarkan harta karun dengan nominal tak terhingga.“Aku ingin kalian berlima bergabung ke perusahaan Liquid. Perusahaan keluargaku,” ucap Jeremy dengan nada meyakinkan. “kalian akan langsung bekerja, punya jabatan, dan tentu saja, kalian akan mendapatkan uang besar.”Fabian langsung mendecak. “Perusahaan Liquid? Perusahaan kecil itu? Serius?”Jeremy tak tersinggung. Malah tertawa pelan. “Aku tahu kalian akan berkata begitu.”“Kami dipecat dari perusahaan raksasa,” sahut Fabian lagi. “sekarang kamu suruh kami balik ke perusahaan gurem yang bahkan belum pernah kami dengar di berita lokal? Aku tidak mau mengakhiri karirku di lubang sumur.”Jeremy mengangkat tangan sambil berkata, “Tenang dulu. Ini baru awal. Aku belum selesai bicara.”Lucca menyipitkan mata. “Jadi maksudmu bagaimana?”Jeremy menatap ke sekeliling, melihat wajah-wajah yang penasaran. Lalu dia berkata dengan pelan,
Jeremy menelan ludah, pandangannya terombang-ambing antara Lucas dan Gigio. Aura tekanan di sekeliling terasa seperti dinding tak terlihat yang siap menekuk tubuh siapa pun yang berkata salah.“Aku, tentu saja aku tidak memanfaatkan situasi,” kata Jeremy akhirnya dengan suaranya yang bergetar tipis. “aku datang ke sini karena ingin membantu. Tapi aku tidak punya kekuatan apa pun untuk bertindak tanpa persetujuan Angeline. Karena itu, aku datang ke kamu. Kupikir, kalau kamu bicara, dia akan mendengarkan.”Lucas tetap berdiri, menatap Jeremy seolah menilai setiap gerak napasnya.“Lalu apa yang akan kamu lakukan untuk menghentikan Carlos? Apa rencanamu?” tanya Lucas.Jeremy menarik napas panjang. Kali ini dia merasa punya pijakan.“Aku akan bicara dengan Carlos secara langsung. Aku akan memberinya beberapa opsi penawaran damai,” terang Jeremy. “aku akan berusaha membujuknya untuk membatalkan rencananya dan menerima keputusan Angeline yang memecat mereka.”Lucas menyipitkan mata. “Dan kam