Pria berwajah kotak itu tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia ingin segera menghabisi nyawa Lucas. Oleh karena itu, dia pun langsung berlari cepat dan melepaskan sebuah pukulan dengan sekuat tenaganya ke arah wajah Lucas sambil melompat. Ini adalah gaya bertarung khas petarung jalanan. Kuat dan lincah. ‘Kekuatannya bertambah,’ kata Lucas dalam hati Ketika sudah dekat, dengan cepat Lucas menghindari serangan itu dengan melompat ke kiri. Mendapati Lucas menghindari, pria berwajah kotak itu langsung bertolak ke arah Lucas seraya melepaskan pukulan lagi. “Kamu tidak bisa kabur dariku!” Kali ini, Lucas tidak menghindarinya. Melainkan dia menangkap pukulan itu dengan tangan kirinya. Tidak mau membuang waktu, Lucas langsung memelintir tangan pria itu dan memukulnya dengan siku hingga tangannya patah. Belum selesai sampai di sana, Lucas menendang punggung pria itu hingga membuat pria itu menghantam aspal dengan keras. “Aku hanya memberikan peringatan kepada kalian agar bersikap baik
Melihat Si Tangan Besi murka, Max dan Dario menjadi sangat penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Meskipun Max melihat foto Lucas di pesan yang dikirim kepada Si Tangan Besi, tapi dia tidak tahu pasti kenapa Lucas berada di sana. “Ada apa? Apakah Lucas telah mencari masalah denganmu?” tanya Max “Iya, kenapa Tangan Besi? Apakah dia mempermainkan anak buahmu dan juga menantangmu?” tanya Dario, sangat penasaran. Wajah Si Tangan Besi merah padam. Dia mengepalkan tangannya dan diangkat setinggi dada. “Dia sudah membunuh dua anak buahku yang paling aku andalkan. Dengan ini, berarti dia secara resmi telah menantangku!” ucap Si Tangan Besi dengan suara bergetar, penuh emosi. Max dan Dario saling tatap dengan ekspresi wajah bingung. “Bagaimana?” tanya Max. Dario tersenyum dan meminta Max untuk tenang. Kemudian Dario mengembalikan pandangannya lagi kepada Si Tangan Besi. Lalu dia berkata, “Ya, benar. Dia sudah secara terbuka menantangmu. Dia benar-benar tidak takut padamu seola
Bagi Lucas, informasi mengenai organisasi yang menaungi dua orang itu harus dia dapatkan. Dengan begitu dia bisa memberikan peringatan kepada organisasi itu agar berlaku semena-mena kepada orang-orang miskin. ‘Ya. Itu adalah organisasi mafia, Dominus Noctis. Mereka sedang mengembangkan pasukan, bukan hanya di Kota Verdansk tetapi juga di seluruh negeri,’ jelas Julian. ‘Sudah kuduga!’ ucap Lucas. ‘kita harus tetap tenang. Tapi kalau kamu punya kesempatan untuk membawa Si Tangan Besi, bawalah.’ Setelah itu, panggilan suara pun Kejadian tadi pagi membuat Lucas menjadi cemas. Dia takut ada kelompok yang tidak terima dengan hancurnya Enrique dan pasukan sehingga mereka bergerak untuk. balas dendam. Tanpa buang waktu, Lucas langsung menuju ke rumah sakit. Lucas pergi dengan menggunakan taksi online. Namun, bukannya duduk manis di belakang, dia malah meminta untuk menyetir mobil. Meskipun pada awalnya ditolak oleh pengemudi, namun dia bisa meyakinkan pengemudi itu kalau dia bukan orang
Angeline mencoba untuk menutupi setiap jengkal tubuhnya yang terbuka. Dia tidak mau tubuhnya dilihat oleh Lucas.“Cepat keluar atau aku akan teriak!” usir Angeline sambil mendorong tubuh Lucas.Namun saat dia akan mendorong, Lucas secara spontan mundur satu langkah sehingga Angeline tidak bisa menyentuh tubuh Lucas sehingga dia pun kehilangan keseimbangan.Saat akan terjatuh, Lucas menangkap tubuh Angeline dan menariknya ke pelukan.Angeline terperangah sambil menatap kedua mata Lucas. Wajah mereka berdua pun sangat dekat, kurang dari 20 cm saja.“Hati-hari. Jangan marah-marah terus. Kalau kamu terjatuh dan terluka, bagaimana?” kata Lucas dengan suaranya yang lembut. Mendengar itu, Angeline langsung tersadar dan dia pun mendorong tubuh Lucas agar menjauh.“Kamu benar-benar! Selalu mencari kesempatan dalam kesempitan!” omel Angeline.Sepertinya tabiat marah-marah sudah mendarah daging di dalam diri Angeline. Bahkan, di saat dia sedang ditolong pun, dia masih saja berpikiran negatif ke
Lucas sadar jika suara itu terdengar dari lantai dua rumah. Oleh karena itu dia berlangsung dua hari menuju ke lantai 2. Satu yang dipikirkan oleh Lucas adalah Angeline. Dia khawatir telah terjadi apa-apa dengan wanita itu.Saat dia naik ke lantai 2, Angeline juga baru keluar dari kamarnya.Dengan memasang wajah yang bingung, Angeline bertanya, “Ada apa?”Lucas baru sadar jika suara kaca pecah itu bukan karena Angeline. Kecurigaannya pun semakin menguat jika ada teror yang terjadi.“Kamu tetap di sini! Jangan ke mana-mana!” seru Lucas, serius.Angeline menganggukan kepalanya. Dia mulai merasa takut sekarang.Lucas langsung membuka kamar depan yang tadinya akan dia tempati untuk tidur. Dan ketika membuka kamar, pemandangan mengejutkan terjadi.Jendela kamar telah pecah dan di dekat tempat tidur, terdapat batu besar yang berlumuran darah. Jelas sekali ini adalah sebuah teror.Dengan cepat Lucas langsung ke balkon dena kamar untuk mengecek siapa yang telah melempar batu tersebut.Ketik
Mendengar ada seseorang yang mengancamnya di ujung telepon, membuat Si Tangan Besi terkejut sekaligus marah. Dia tidak menyangka ada orang yang berani melawan ada yang menantangnya. ‘Kurang ajar! Siapa kamu? Beraninya kamu mengancamku!’ geram Si Tangan Besi.‘Kenapa kamu harus bertanya siapa aku? Bukankah kamu mengutus orang lemah ini untuk membunuhku?’ tanya balik Lucas. ‘atau jangan-jangan kamu hanya berpura-pura tidak tahu karena takut kepadaku?’‘Jangan banyak bicara! Aku akan datang ke sana dan memberikan pelajaran kepadamu!’ ucap Si Tangan Besi.‘Aku tunggu! Jika kamu tidak datang, anak buahmu ini akan aku penggal kepalanya dan akan aku gantung kepalanya di depan rumahmu!’ kata Lucas dengan sangat serius. Setelah itu panggilan suara diakhiri oleh Lucas.Si Tangan Besi menoleh ke arah Max. Lalu dia berkata, “Ternyata Lucas memiliki keberanian yang patut diacungi jempol. Dia sudah sangat berani menantangku.”Max terkejut mendengarnya. Namun kemudian dia teringat dengan kejadian
Angeline membuang wajahnya, tidak ingin menatap wajah Lucas yang sedang marah itu.“Lebih baik kamu masuk ke dalam rumah. Jangan keluar sampai aku menyuruhmu keluar!” seru Lucas.Meskipun dia sedang marah kepada Angeline, tetapi dia tidak mau wanita itu terluka.“Lantas, kamu bagaimana?” tanya Angeline yang juga mengkhawatirkan Lucas.“Aku akan melawan mereka. Ini adalah masalahku, jadi aku yang harus menyelesaikannya,” kata Lucas bersungguh-sungguh. Angeline menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Tidak bisa. Ini adalah daerah rumahku, jadi aku juga bertanggung jawab atas keamanannya.”“Mungkin saja jika sudah melihatku, orang yang ingin membunuhmu itu mengurungkan niatnya. Sebab, aku tidak akan segan-segan untuk melaporkannya ke polisi jika memaksa untuk menghajarmu. Aku punya kenalan pengacara hebat,” lanjutnya.Lucas menarik napas dalam-dalam. Dia merasa sedikit lelah dengan sifat Angeline yang susah diatur. “Aku tahu kamu memiliki banyak relasi. Latar belakangmu, membuat kamu
Lucas merasakan kekuatan yang dimiliki oleh Si Tangan Besi cukup kuat. Pria itu tidak seperti tiga orang sebelumnya yang bukan seorang ahli beladiri.Si Tangan Besi menang memiliki kemampuan mengesankan. Kekuatan tangannya sungguh luar biasa.Dia bisa menghancurkan beton hanya dengan tangan kosong saja.“Kau sudah membunuh dua orang anak buahku sebelumnya dan sekarang, kamu membuat Leo seperti ini. Sungguh berani sekali kamu melakukannya. Itu berarti secara tidak langsung, kamu menantangku! Si Tangan Besi!” Si Tangan Besi berbicara dengan suara bergetar penuh amarah.Lucas terkejut mendengarnya. Dia teringat dengan informasi yang diberikan oleh pemilik kedai kopi jika dia orang perusuh itu adalah anak buah Si Tangan Besi yang merupakan pemimpin organisasi mafia Dominus Noctis.“Jadi kamu adalah Si Tangan Besi? Pemimpin organisasi mafia Dominus Noctis?” tanya Lucas.Si Tangan Besi menganggukan kepalanya dengan yakin sambil berkata, “Ya, itu benar. Bagaimana? Apakah kamu ingin menyerah
Gigio merasa jauh lebih tenang jika ada Lucas di belakangnya, meskipun yang akan dilawannya adalah Matteo.“Baik. Aku akan mengikuti semua perintahmu, Lucas. Aku percayakan semuanya padamu!” ucap Gigio.Albin juga mengangguk. Dia juga merasa percaya dengan Lucas.“Oh iya, maaf jika pembicaraanku menyimpang, tapi menurutku ini sangat penting juga,” ucap Albin.Lucas dan Gigio langsung menoleh ke arah Albin dan menatapnya.“Ada apa, Albin. Katakan saja!” ucap Lucas.“Aku baru saja mendapat laporan dari atasan. Dia mengatakan kalau masalah di sasana Dragon's Den menjadi perhatian lebih bagi institusi kepolisian. Sebab, banyak warga yang melihat kejadian dan banyak yang mempertanyakan tentang hal itu,” ungkap Albin.“Hasilnya, kepolisian mendapat banyak tekanan publik untuk mengungkap kejadian sebenarnya,” lanjutnya.Gigio terkejut mendengarnya. Dia pun menjadi cemas dan langsung menatap Lucas. Gigio tahu, jika ada beberapa oknum polisi yang bisa disogok, namun ada banyak pula yang tidak
Lucas baru saja akan keluar rumah, panggilan suara di ponselnya masuk. Dari Angeline. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengangkatnya. "Lucas, kamu di mana?" Suara Angeline di telepon terdengar tenang, namun tersirat keingintahuan yang kuat. Padahal Lucas belum sempat bertanya kepada Angeline. Napasnya terdengar berat, tetapi dia berusaha menjaga nada suaranya tetap datar. "Kamu dari mana saja? Kenapa tidak dijawab panggilanku?""Ah, aku hanya keluar sebentar. Sekarang aku sudah di rumah."Lucas menghela napas lega, jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas."Aku di rumah Ibu sekarang." Lucas memutuskan untuk menyelipkan informasi itu, seolah ingin menegaskan bahwa dia tidak berbuat sesuatu yang mencurigakan."Rumah Ibu?" Suara Angeline terdengar sedikit cemas. "Kenapa tiba-tiba ke sana? Apa Ibu sakit?"Lucas menarik napas dalam-dalam. "Aku hanya mengunjungi Ibu saja sebentar. Dia dalam kondisi sehat. Kamu jangan khawatir.”Ada keheningan di ujung sana sebelum Angeline akhirnya m
Ashton tersenyum kecil, seperti seseorang yang tahu lebih dari seharusnya."Hanya firasat, Angeline. Kamu kelihatan seperti orang yang sedang berusaha mengabaikan perasaanmu,” ucap Ashton.Dia tidak menjawab. Matanya kembali menatap cangkir kopi yang kini tinggal setengah."Kamu tahu, aku bisa membantumu," lanjut Ashton."Bantuan apa?" tanya Angeline, kali ini lebih tajam."Apa pun yang kamu butuhkan. Aku tahu kamu sedang menghadapi sesuatu yang besar. Jangan ragu meminta bantuanku. Kita tidak harus selalu berseberangan." Ashton menatap lekat Angeline, mencoba meyakinkan wanita di depannya.Angeline terkekeh pelan, tapi tanpa jejak humor. "Kamu berpikir bisa membantu tanpa tahu apa yang aku hadapi, itu sudah sangat memaksakan diri.""Ya kali aja. Aku tahu banyak tentang kamu, tentang keluargamu dan juga ... Lucas."Angeline mendadak diam, ekspresinya yang dingin mulai retak. "Apa yang kamu tahu tentang Lucas?""Lebih dari yang kamu kira." Ashton menjawab sambil melipat tangan di atas
Hani menoleh ke belakang. Wajahnya kembali menjadi sedih saat ini.“Yang meninggal adalah Kakakku,” terang Hani.Lucas menarik napasnya dalam-dalam setelah mendengar itu. “Jadi dia Kakakmu?”Hani mengangguk kecil. “Dia bahkan lebih dari seorang kakak bagi kami. Dia sudah seperti ayah. Semenjak ayah meninggal, dia menjadi tulang punggung keluarga. Baru beberapa bulan ini saja aku bisa membantu.”Hani kemarin menatap Lucas dengan air mata yang menggenang. “Dia pria yang baik dan bertanggung jawab. Tapi api kenapa nasibnya begitu mengenaskan? Bahkan dia harus dibunuh dengan keji.”Lucas mengusap pundak Hani, berusaha untuk menenangkannya.“Ya, benar. Kakakmu adalah orang yang baik. Aku sangat kehilangannya,” ucap Lucas.Hani mengangguk sambil menyeka air mata yang terus keluar.“Kalau boleh tahu, sejak kapan Bapak kenal dengan kakakku? Sepertinya dia tidak pernah cerita jika punya teman seperti Bapak,” tanya Hani.“Sebenarnya aku baru bertemu dengannya. Aku adalah pemilik baru sasana Bro
Lucas mencoba untuk mendengarkan penjelasan dari Mike dulu. Dia tidak mau langsung berspekulasi dengan apa yang terjadi.‘Maaf The Obsidian Blade, aku sudah berusaha untuk membendung media agar tidak memberitakan apa yang terjadi di sasana Dragon's Den, namun sepertinya masih ada banyak kebocoran di sana-sini apalagi dari video amatir warga. Jadi, sekarang banyak berkeliaran video di mana Dragon's Den saat sedang dihancurkan,’ ungkap Mike.Lucas terdiam beberapa saat. Dia memutar otak bagaimana caranya agar semuanya menjadi baik-baik saja.Mike tentu saja bertambah cemas saat ini karena Lucas tidak memberikan reaksi apapun. Mike tidak tenang.‘Mohon maaf, The Obsidian Blade! Aku salah karena tidak maksimal dalam tugas kali ini. Tapi aku berjanji akan menyelesaikannya dengan cepat. Aku akan menambah tim untuk memutus penyebaran video-video itu,’ kata Mike dengan suara yang terdengar bersungguh-sungguh.‘Aku mengerti, Mike. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Terima kasih karen
Amarah dan juga dendam yang ada di dalam diri Matteo tidak terbendung lagi. Dia sangat ingin melihat Lucas merangkak dan bersujud di kakinya untuk meminta maaf.Amarah dan dendam yang dimiliki oleh Matteo, jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Lucas.Jika Lucas marah dan dendam saat dia melihat anak buahnya menjadi korban, Matteo berbeda. Dia marah dan dendam kepada Lucas karena harga dirinya telah diinjak-injak. Selain itu, bisnisnya pun dirusak oleh Lucas.Matteo mementingkan dirinya sendiri.John mematung setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Matteo. Dia tidak bisa berkomentar apapun karena dia pun bingung.“Aku akan menemui Raja Verdansk secepatnya. Jika sudah mendapatkan jadwal bertemu, aku akan langsung pergi menemuinya,” kata Matteo.John mengangguk sambil berkata, “Jika masalah itu, aku serahkan semuanya padamu. Aku tidak bisa berpendapat apalagi sampai ikut memutuskan. Hanya saja, aku mau memberikanmu satu saran.”Matteo biasanya selalu memutuskan semuanya sendiri dan
"Dia tidak mengatakan apa-apa padaku," gumam Lucas lebih kepada dirinya sendiri."Tentu saja dia tidak mengatakan apa-apa," jawab Sabrina dingin. "Angeline tidak suka konfrontasi, apalagi soal perasaan. Dia lebih memilih pergi daripada harus berdebat denganmu atau, lebih buruk lagi, dengan Stella."Lucas mengangkat pandangannya, menatap Sabrina dengan mata yang penuh kebingungan. "Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?"Sabrina mendekat, menatap Lucas dengan serius. "Cari dia, Lucas. Sebelum semuanya terlambat."Lucas menghela napas panjang, rasa bersalah perlahan menyelinap di hatinya. "Aku harus menjelaskan bagaimana?""Terserah, tapi jika kamu benar-benar peduli pada Angeline, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan."Lucas terdiam, tenggelam dalam pikirannya. Di saat yang sama, suara langkah seseorang bergema di lorong, menghentikan percakapan mereka. Stella muncul dari tikungan, matanya langsung tertuju pada Lucas."Aku mencarimu," kata Stella dengan nada lembut, bibirnya terse
Belum sempat Lucas menjawab Angeline. Dia memutar otak untuk mencari maksudnya dari kalimat Angeline agar nantinya tidak salah menjawab.Dari kejauhan, Stella kembali datang lagi. Kali ini wajahnya lebih muram daripada sebelumnya. Dia melihat Lucas dan Angeline yang tampak beradu mulut."Jadi aku harus bagaimana?" Lucas bertanya dengan bingung.Angeline membalikkan badan, kemudian masuk kembali ke lorong rumah sakit. Lucas mengikuti di belakang dengan masih tidak mengerti apa yang terjadi pada Angeline."Terserah. Yang penting jangan terlalu ramah." Angeline menatap Lucas dengan wajah cemberut, suaranya rendah, namun cukup tajam untuk memotong keheningan di lorong rumah sakit.Lucas mengerutkan kening, langkahnya melambat. "Angeline, tunggu. Aku hanya ....""Jangan," potong Angeline cepat. Dia menghela napas panjang, pandangannya tak menatap Lucas langsung. "Aku tidak mau bicara denganmu sekarang."Tanpa menunggu jawaban, Angeline mempercepat jalannya dan pergi, meninggalkan Lucas yan
Angeline benar-benar tidak menyukai situasi ini."Angeline, apa ini yang kamu sebut menenangkan suasana?" tanya Sabrina menyindir. Suaranya menyelinap masuk ke telinga Angeline.Angeline dengar, namun tidak dihiraukannya. Wanita itu berdiri tegak di depan jendela yang menghadap luar, kedua tangannya menyilang di dada. Hatinya terasa seperti akan meledak Raut wajahnya dingin, tapi jemarinya mengetuk-ngetuk lengan seolah ingin melampiaskan sesuatu. "Aku tahu kamu ....""Kamu lebih cantik kalau diam." Sabrina menutup mulutnya dengan tangan, dia meringis di sela-sela kerlingan matanya. "Kalau cemburu bilang aja sih."Angeline menarik napas kasar, lalu mengembuskannya.Kenapa hatinya seperti ini? Sama sekali tidak biasanya. Sabrina tidak lagi berbicara, dia memilih diam daripada terkena omelan Angeline. Tak lama kemudian, terlihat dua orang yang sangat familiar berjalan ke arah mereka."Dia akhirnya datang," gumam Angeline lebih kepada dirinya sendiri. Segera dia berbalik dan menghamp