Di sebuah klub malam, Dario dan Max tengah minum-minum. Dario terlhat sangat kacau sekali saat ini. “Orang itu benar-benar kurang ajar. Aku harus memberi pelajaran kepadanya!” ucap Dario. Max menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Ya, benar. Aku juga sangat ingin memberi pelajaran kepadanya. Dia telah merebut Angeline dari tanganku dan baru saja dia merendahkanku. Aku ingin dia mati!” “Apa rencanamu?” tanya Dario. “Aku punya kenalan yang cukup dekat. Dia adalah seorang mafia tetapi tidak terikat dengan organisasi besar. Dia hanya memiliki organisasi kecil tetapi itulah yang menjadi keunggulannya. Dia bisa dengan bebas membunuh orang dan menyembunyikan tangannya,” kata Max. Dario mengerutkan keningnya seraya bertanya, “Maksudmu, dia melakukan tindak kejahatan tetapi melempar tindakannya itu kepada organisasi besar?” Max menganggukkan kepalanya sambil tersenyum jahat. “Dia selalu meninggalkan jejak dengan lambang ataupun kode-kode yang mengarah kepada organisasi besar. Jadi, pih
Pria berwajah kotak itu tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia ingin segera menghabisi nyawa Lucas. Oleh karena itu, dia pun langsung berlari cepat dan melepaskan sebuah pukulan dengan sekuat tenaganya ke arah wajah Lucas sambil melompat. Ini adalah gaya bertarung khas petarung jalanan. Kuat dan lincah. ‘Kekuatannya bertambah,’ kata Lucas dalam hati Ketika sudah dekat, dengan cepat Lucas menghindari serangan itu dengan melompat ke kiri. Mendapati Lucas menghindari, pria berwajah kotak itu langsung bertolak ke arah Lucas seraya melepaskan pukulan lagi. “Kamu tidak bisa kabur dariku!” Kali ini, Lucas tidak menghindarinya. Melainkan dia menangkap pukulan itu dengan tangan kirinya. Tidak mau membuang waktu, Lucas langsung memelintir tangan pria itu dan memukulnya dengan siku hingga tangannya patah. Belum selesai sampai di sana, Lucas menendang punggung pria itu hingga membuat pria itu menghantam aspal dengan keras. “Aku hanya memberikan peringatan kepada kalian agar bersikap baik
Melihat Si Tangan Besi murka, Max dan Dario menjadi sangat penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Meskipun Max melihat foto Lucas di pesan yang dikirim kepada Si Tangan Besi, tapi dia tidak tahu pasti kenapa Lucas berada di sana. “Ada apa? Apakah Lucas telah mencari masalah denganmu?” tanya Max “Iya, kenapa Tangan Besi? Apakah dia mempermainkan anak buahmu dan juga menantangmu?” tanya Dario, sangat penasaran. Wajah Si Tangan Besi merah padam. Dia mengepalkan tangannya dan diangkat setinggi dada. “Dia sudah membunuh dua anak buahku yang paling aku andalkan. Dengan ini, berarti dia secara resmi telah menantangku!” ucap Si Tangan Besi dengan suara bergetar, penuh emosi. Max dan Dario saling tatap dengan ekspresi wajah bingung. “Bagaimana?” tanya Max. Dario tersenyum dan meminta Max untuk tenang. Kemudian Dario mengembalikan pandangannya lagi kepada Si Tangan Besi. Lalu dia berkata, “Ya, benar. Dia sudah secara terbuka menantangmu. Dia benar-benar tidak takut padamu seola
Bagi Lucas, informasi mengenai organisasi yang menaungi dua orang itu harus dia dapatkan. Dengan begitu dia bisa memberikan peringatan kepada organisasi itu agar berlaku semena-mena kepada orang-orang miskin. ‘Ya. Itu adalah organisasi mafia, Dominus Noctis. Mereka sedang mengembangkan pasukan, bukan hanya di Kota Verdansk tetapi juga di seluruh negeri,’ jelas Julian. ‘Sudah kuduga!’ ucap Lucas. ‘kita harus tetap tenang. Tapi kalau kamu punya kesempatan untuk membawa Si Tangan Besi, bawalah.’ Setelah itu, panggilan suara pun Kejadian tadi pagi membuat Lucas menjadi cemas. Dia takut ada kelompok yang tidak terima dengan hancurnya Enrique dan pasukan sehingga mereka bergerak untuk. balas dendam. Tanpa buang waktu, Lucas langsung menuju ke rumah sakit. Lucas pergi dengan menggunakan taksi online. Namun, bukannya duduk manis di belakang, dia malah meminta untuk menyetir mobil. Meskipun pada awalnya ditolak oleh pengemudi, namun dia bisa meyakinkan pengemudi itu kalau dia bukan orang
Angeline mencoba untuk menutupi setiap jengkal tubuhnya yang terbuka. Dia tidak mau tubuhnya dilihat oleh Lucas.“Cepat keluar atau aku akan teriak!” usir Angeline sambil mendorong tubuh Lucas.Namun saat dia akan mendorong, Lucas secara spontan mundur satu langkah sehingga Angeline tidak bisa menyentuh tubuh Lucas sehingga dia pun kehilangan keseimbangan.Saat akan terjatuh, Lucas menangkap tubuh Angeline dan menariknya ke pelukan.Angeline terperangah sambil menatap kedua mata Lucas. Wajah mereka berdua pun sangat dekat, kurang dari 20 cm saja.“Hati-hari. Jangan marah-marah terus. Kalau kamu terjatuh dan terluka, bagaimana?” kata Lucas dengan suaranya yang lembut. Mendengar itu, Angeline langsung tersadar dan dia pun mendorong tubuh Lucas agar menjauh.“Kamu benar-benar! Selalu mencari kesempatan dalam kesempitan!” omel Angeline.Sepertinya tabiat marah-marah sudah mendarah daging di dalam diri Angeline. Bahkan, di saat dia sedang ditolong pun, dia masih saja berpikiran negatif ke
Lucas sadar jika suara itu terdengar dari lantai dua rumah. Oleh karena itu dia berlangsung dua hari menuju ke lantai 2. Satu yang dipikirkan oleh Lucas adalah Angeline. Dia khawatir telah terjadi apa-apa dengan wanita itu.Saat dia naik ke lantai 2, Angeline juga baru keluar dari kamarnya.Dengan memasang wajah yang bingung, Angeline bertanya, “Ada apa?”Lucas baru sadar jika suara kaca pecah itu bukan karena Angeline. Kecurigaannya pun semakin menguat jika ada teror yang terjadi.“Kamu tetap di sini! Jangan ke mana-mana!” seru Lucas, serius.Angeline menganggukan kepalanya. Dia mulai merasa takut sekarang.Lucas langsung membuka kamar depan yang tadinya akan dia tempati untuk tidur. Dan ketika membuka kamar, pemandangan mengejutkan terjadi.Jendela kamar telah pecah dan di dekat tempat tidur, terdapat batu besar yang berlumuran darah. Jelas sekali ini adalah sebuah teror.Dengan cepat Lucas langsung ke balkon dena kamar untuk mengecek siapa yang telah melempar batu tersebut.Ketik
Mendengar ada seseorang yang mengancamnya di ujung telepon, membuat Si Tangan Besi terkejut sekaligus marah. Dia tidak menyangka ada orang yang berani melawan ada yang menantangnya. ‘Kurang ajar! Siapa kamu? Beraninya kamu mengancamku!’ geram Si Tangan Besi.‘Kenapa kamu harus bertanya siapa aku? Bukankah kamu mengutus orang lemah ini untuk membunuhku?’ tanya balik Lucas. ‘atau jangan-jangan kamu hanya berpura-pura tidak tahu karena takut kepadaku?’‘Jangan banyak bicara! Aku akan datang ke sana dan memberikan pelajaran kepadamu!’ ucap Si Tangan Besi.‘Aku tunggu! Jika kamu tidak datang, anak buahmu ini akan aku penggal kepalanya dan akan aku gantung kepalanya di depan rumahmu!’ kata Lucas dengan sangat serius. Setelah itu panggilan suara diakhiri oleh Lucas.Si Tangan Besi menoleh ke arah Max. Lalu dia berkata, “Ternyata Lucas memiliki keberanian yang patut diacungi jempol. Dia sudah sangat berani menantangku.”Max terkejut mendengarnya. Namun kemudian dia teringat dengan kejadian
Angeline membuang wajahnya, tidak ingin menatap wajah Lucas yang sedang marah itu.“Lebih baik kamu masuk ke dalam rumah. Jangan keluar sampai aku menyuruhmu keluar!” seru Lucas.Meskipun dia sedang marah kepada Angeline, tetapi dia tidak mau wanita itu terluka.“Lantas, kamu bagaimana?” tanya Angeline yang juga mengkhawatirkan Lucas.“Aku akan melawan mereka. Ini adalah masalahku, jadi aku yang harus menyelesaikannya,” kata Lucas bersungguh-sungguh. Angeline menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Tidak bisa. Ini adalah daerah rumahku, jadi aku juga bertanggung jawab atas keamanannya.”“Mungkin saja jika sudah melihatku, orang yang ingin membunuhmu itu mengurungkan niatnya. Sebab, aku tidak akan segan-segan untuk melaporkannya ke polisi jika memaksa untuk menghajarmu. Aku punya kenalan pengacara hebat,” lanjutnya.Lucas menarik napas dalam-dalam. Dia merasa sedikit lelah dengan sifat Angeline yang susah diatur. “Aku tahu kamu memiliki banyak relasi. Latar belakangmu, membuat kamu
Raja Verdansk menatap Lucas dengan ekspresi sulit dibaca. Darah mengalir dari sudut bibirnya, jubahnya robek di beberapa bagian, dan tubuhnya jelas menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Namun, yang terdengar dari mulutnya justru tawa. "Hahaha..." Lucas menyipitkan mata, masih dalam posisi bertahan. "Kamu masih bisa tertawa?" Raja Verdansk mengangkat kepalanya, menatap Lucas dengan mata yang masih menyala dengan api. "Aku akui, kamu cukup hebat. Seranganmu tadi ... luar biasa,” kata Raja Verdansk. Dia meludah ke lantai, darahnya bercampur dengan debu dan serpihan reruntuhan. "Tapi ..." Lucas mengangkat satu jarinya. "jangan senang dulu." Lucas tidak bereaksi, hanya mengamati setiap gerakan Raja Verdansk. "Aku sudah melihat banyak orang sepertimu, Lucas." Suara Raja Verdansk merendah, namun penuh tekanan. "orang-orang yang berpikir bahwa mereka sudah menang ... padahal mereka hanya diberi ilusi kemenangan." Lucas tetap diam, tapi telinganya menangkap suara-suara di sekitarnya. Cr
Di luar gedung tua yang nyaris runtuh, Troy membanting pintu mobil dan berlari. Matanya membelalak saat melihat kilatan api yang menyembur dari jendela lantai dua.Sial! Apa yang terjadi di dalam? Bagaimana dengan nasib The Obsidian Blade?Asap hitam mengepul ke udara, bercampur dengan hawa panas yang menekan dari kejauhan. Troy merogoh saku jaketnya, menarik ponselnya, dan langsung menelepon Julian.‘Halo?’ Suara Julian terdengar waspada.‘Kami dalam masalah besar,’ Troy berkata cepat. ‘The Obsidian Blade sedang bertarung dengan Raja Verdansk. Kamu harus datang ke sini sekarang, Ketua. Bawa pasukan!"Julian terdiam beberapa detik sebelum menjawab. ‘Apa? Bertarung dengan Raja Verdansk?’‘Ketua, dengar aku! Gedung ini bisa runtuh kapan saja. Dan jika The Obsidian Blade kalah, kita semua tamat!’Julian menghela napas tajam. ‘Aku akan ke sana. Bertahanlah.’Troy menutup telepon dan memasukkannya kembali ke dalam jaket.Dia tidak bisa menunggu.Namun, saat baru melangkah mendekati pintu m
Lucas tidak membuang waktu. Begitu Raja Verdansk mengerahkan cakra apinya, udara di sekitar mereka berubah drastis. Panas yang membakar menyelimuti ruangan, membuat lantai di bawah kaki mereka mulai merekah, dinding bergetar, dan udara terasa semakin berat. Api itu tidak hanya sekadar menyala, tetapi hidup, berputar-putar di sekeliling tubuh Raja Verdansk seolah dia adalah pusat badai yang siap menghancurkan segalanya.Namun Lucas tetap berdiri tegak.Dia mengatur napasnya, lalu membalas dengan energinya sendiri, cakra bhumi.Begitu energinya terlepas, tanah yang retak di bawahnya mulai menegang kembali, seolah bumi merespons panggilannya. Getaran di udara berubah. Jika sebelumnya panas membakar mengancam untuk menghanguskan segalanya, kini gravitasi mulai menarik semua energi itu ke bawah, menyeimbangkan kekuatan.Raja Verdansk menyipitkan matanya.“Menarik,” katanya dengan suara rendah, nyaris seperti geraman. “kamu bukan hanya pria yang mengandalkan otot.”Lucas menyeringai. “Dan a
Lucas tahu, ini bukan pertarungan biasa. Ini bukan sekadar perkelahian antara dua pria. Ini adalah pertarungan dua raja yang hanya bisa dimenangkan oleh satu orang.Dia melihat Raja Verdansk dengan seksama. Pria itu berdiri tegak, bahunya rileks, tetapi auranya memancar kuat, mendominasi ruangan seperti raksasa yang baru saja dibangunkan dari tidurnya.“Sekarang giliranku!” ucap Lucas.Lucas tidak punya waktu untuk berpikir lebih lama.Dia bergerak.Gerakannya sangat cepat.Langkahnya ringan, nyaris tanpa suara, sebelum akhirnya dia melepaskan pukulan pertama, sebuah ayunan cepat yang mengincar rahang Raja Verdansk.Namun, Raja Verdansk tidak terkejut.Raja Verdansk menghindar dengan gesit, tubuhnya miring hanya beberapa inci, cukup untuk membuat kepalan tangan Lucas meleset di udara.Postur tubuh Raja Verdansk yang tinggi besar, ternyata memiliki kecepatan yang bisa menyamai kecepatan Lucas. Luar biasa!Lucas menyipitkan matanya.Dia bukan orang sembarangan.Raja Verdansk melangkah m
Lucas menatap pria itu dengan tajam. Raja Verdansk. Sosok yang hanya terdengar dalam bisikan dan cerita bawah tanah, kini berdiri di hadapannya, menjulang dalam jas hitam panjang yang membuatnya tampak lebih mengancam. Matanya gelap, tak terbaca, namun penuh ketegasan yang tak perlu diragukan.Lucas tidak pernah bertemu langsung dengannya sebelumnya, tapi dia tahu namanya. Namun, Lucas bukan tipe orang yang tunduk pada siapa pun.Mereka saling menatap, dua sosok yang sama-sama memiliki kekuatan dan reputasi. Namun, hanya satu yang akan keluar sebagai pemenang malam ini.Raja Verdansk akhirnya berbicara, suaranya dalam, tenang, tapi penuh tekanan yang terasa bagai belati."Apa yang kau lakukan pada Matteo... itu telah menyinggungku, Lucas."Lucas tersenyum kecil, seolah tak peduli. "Menarik. Aku tidak tahu kalau seseorang seperti Matteo pantas mendapatkan perlindungan darimu."Raja Verdansk melangkah perlahan, mendekati Lucas. "Aku tidak membela orang seperti dia. Aku membela mereka y
Lucas melangkah ke dalam gudang tua itu dengan penuh percaya diri. Cahaya remang dari lampu gantung yang berkedip-kedip menciptakan bayangan panjang di lantai beton yang berdebu. Udara di dalamnya berbau karat dan minyak, menciptakan suasana yang menekan.Di belakangnya, Troy tetap tinggal di mobil, ditahan oleh anak buah Matteo.Begitu Lucas masuk, seorang pria berjas kusut menghampirinya dengan ekspresi penuh curiga. Tatapannya langsung tertuju pada koper hitam yang dibawa Lucas."Aku harus memeriksa itu," katanya dengan suara kasar.Lucas hanya diam, membiarkannya mendekat. Tapi begitu tangan pria itu hampir menyentuh koper, Lucas bergerak. Dalam satu gerakan cepat, dia mencengkeram kerah pria itu dan membantingnya ke lantai beton dengan mudah. Benturan keras menggema, membuat beberapa anak buah Matteo lainnya refleks bergerak."Brengsek!" salah satu dari mereka menggeram, sebelum dua pria lainnya maju untuk menyerang Lucas.Lucas tidak menunggu mereka mendekat. Dia berputar ke sam
Lucas berdiri diam di tempatnya, matanya tajam menatap layar ponsel yang baru saja memutuskan panggilan. Matteo benar-benar ingin bermain dengannya.Troy berdiri di sampingnya, wajahnya penuh kecemasan. “The Obsidian Blade, apa yang akan kita lakukan? Kita harus cepat.”Lucas menarik napas panjang. Waktu terus berjalan. Dua jam. Itu bukan waktu yang banyak.Matteo menginginkan lima miliar dalam bentuk tunai, itu bukan masalah bagi Lucas. Tapi posisi ketua Serikat Dagang? Itu sesuatu yang tidak bisa diberikan begitu saja.Gigio telah bertaruh seluruh hidupnya untuk posisi itu. Lucas tahu betapa pentingnya kehormatan bagi pria itu. Menyerahkan posisi itu berarti menghancurkan harga diri Gigio dan itu tidak akan pernah terjadi.Namun, Angeline dalam bahaya.Lucas mengepalkan rahangnya. Dia tidak akan membiarkan Matteo menang. Jika Matteo berpikir bisa mengendalikannya dengan ancaman murahan, dia salah besar.“Aku akan pergi ke bank,” kata Lucas akhirnya. “aku akan ambil lima miliar itu.”
Lucas mengabaikan kilatan kamera di sekitarnya. Wartawan bayaran Matteo pasti sudah siap menulis berita miring tentangnya. Itu bukan prioritasnya sekarang. Yang paling penting adalah menemukan Angeline sebelum semuanya terlambat.Darahnya masih mendidih. Dia mengangkat wajahnya dan melihat ke pintu utama gedung perusahaan Matteo Bellucci. Dia tahu mereka akan berusaha menghentikannya.Dan benar saja. Tiga satpam berbadan besar keluar dari dalam gedung, langsung berdiri menghadang jalannya.“Aku hanya akan mengatakan ini sekali,” suara Lucas tajam, penuh ancaman. “jangan halangi aku!”Salah satu satpam itu, yang tampaknya pemimpin di antara mereka, mendekat dengan sikap kaku. “Maaf, Pak. Kami tidak bisa membiarkan Anda masuk.”Lucas mengepalkan tangannya. Napasnya berat. Waktu terus berjalan, dan Angeline bisa saja sudah dalam bahaya.“Apa kamu mau bernasib sama seperti teman-temanmu?” tanya Lucas sambil menunjuk 5 orang satpam yang sudah tergeletak.Langkah kaki terdengar dari dalam g
Di sebuah gudang tua yang berbau karat dan oli, dengan atap besinya yang berlubang-lubang membiarkan cahaya matahari masuk dalam pola yang kacau.Di tengah ruangan, Matteo Bellucci duduk di kursi kulit usang, kakinya terangkat ke atas meja. Sebatang cerutu mengepul di tangannya, asapnya melayang-layang di udara seperti bayangan kematian.Di seberangnya, seorang pria bertubuh besar dengan mata tajam dan penuh kebencian berdiri dengan tangan bersedekap. Raja Verdansk, sosok yang namanya cukup untuk membuat orang-orang ketakutan, mengamati Matteo dengan tatapan penuh ekspektasi.Matteo tertawa pelan, lalu mengakhiri panggilan suara di ponselnya. Matanya berbinar penuh kemenangan."Semuanya berjalan lancar," kata Matteo dengan nada puas. "anak buah Lucas yang ditugaskan menjaga Angeline? Mereka sudah disingkirkan."Raja Verdansk menyeringai. "Kerja bagus!"Raaj Verdansk melangkah pelan ke depan sambil berkata dengan suaranya yang berat dan berwibawa. "Hari ini adalah hari terakhir bagi Lu