"Samuel, tunggu!" Martha sedikit berlari mengejar Samuel. Namun lelaki itu terus saja berjalan, bahkan mempercepat langkah kakinya sebelum Martha berhasil menghentikannya. Jangan sampai ibu kandungnya itu tau jika ada seorang perempuan di dalam mobilnya. Apalagi jika tau perempuan itu adalah Syahira, putri dari keluarga Kemal. Sama halnya seperti Martha, Luna pun ikut mengejar Samuel hingga keluar. "Tante!" seru Luna. Gadis itu menatap Samuel yang sedang memasukkan koper di bagasi mobilnyal. "Tante, bagaimana ini? Kalau Samuel pergi, terus aku ngapain disini?" cecarnya."Kamu tenang aja, sayang. Tante akan mencoba untuk berbicara dengan Samuel." Martha menenangkan Luna. Gegas Martha menghampiri Samuel yang masih berada di belakang mobilnya."Sam, kamu mau kemana?" tanya Martha dengan hati-hati. Tak ingin putranya itu terus menghindari dirinya. Samuel tetap bungkam. Tak berbicara sepatah katapun. Setelah selesai menyimpan kopernya di bagasi, lelaki it
Selama beberapa detik, Samuel dan Syahira masih berada di posisi yang sama. Jantung mereka saling berpacu dengan cepat. Hingga Syahira tiba-tiba tersadar. Jika saat ini wajah mereka sangat dekat. Hanya berjarak beberapa centi saja. "Pak! Bangun! Berat tau!" protes Syahira. "Eh, ma--maaf." Samuel langsung bangkit. Begitupun dengan Syahira. Gadis itu langsung berdiri. Keduanya sama-sama salah tingkah. Samuel memegang tengkuknya. Jelas sekali jika lelaki itu sedang menutupi perasaannya."Semua ini salahmu, Syahira! Coba tadi kamu gak narik tangan saya. Dan saya tidak mungkin menindihmu seperti tadi." Samuel sedikit meninggikan suaranya. Ia lakukan demi untuk menutupi perasaannya. Bukan Samuel namanya jika tak bisa menutupi perasaannya karena egonya yang terlalu tinggi."Lagian, kenapa Bapak tadi dipanggil-panggil gak nyaut juga? Ya udah, maaf. Sekarang tunjukkan kamarku. Aku harus tidur dimana?" sungut Syahira. "Di apartemen ini ada dua kamar. Kamu tidu
Pagi-pagi sekali, Samuel langsung mengajak Syahira keluar dari apartemen. Dan saat ini mereka sudah berada di dalam mobil. Keduanya masih terdiam. Syahira tak berniat untuk banyak bertanya pada laki-laki yang ada di sampingnya. Karena tak ingin lagi dikatain cerewet. Sesekali Syahira melirik dengan ekor matanya. Pagi ini Samuel terlihat sangat tampan dengan rambutnya yang terlihat rapi dan masih sedikit basah. Aroma parfumnya seketika menyeruak memenuhi mobilnya. Entah mengapa, akhir-akhir ini Syahira sangat menyukai aroma ciri khas dari seorang Samuel.'Ganteng, sih. Tapi sayang, galak,' batin Syahira. "Gimana semalam tidurnya, nyenyak?" Tiba-tiba Samuel membuka suara, membuat Syahira yang sedang memperhatikannya tadi sedikit terkejut. Lalu gadis itu menganggukkan kepalanya dengan tatapan matanya tetap fokus ke depan. "Semuanya aman, kan?" tanya Samuel lagi. "Eh, maksudnya?" Syahira menoleh. Menatap Samuel yang sedang fokus menyetir. Menunggu jawaban atas pertanyaannya tadi. "Iy
"Bu, lagi apa, sih. Kok keliatannya seneng banget?" Cellin tiba-tiba datang menghampiri ibunya yang sedang duduk di depan nakas sembari menatap layar ponselnya. Wajah Rena terlihat begitu senang. "Hai, sayang. Gak apa-apa, Ibu lagi senang aja. Sebentar lagi Syahira pasti pulang dan kita akan mendapatkan uang yang banyak karena Tuan Rinto pasti akan berterimakasih pada Ibu," sahut Rena dengan binar mata bahagia. Sama halnya seperti Rena, Cellin pun terlihat bahagia. "Serius, Bu? Jadi dong, aku beli mobil barunya." Celln bergelayut manja di pundak sang ibu. "Hust! Mobil baru, nanti aja. Emang mobil baru harganya gak mahal?" Rena memukul pelan tangan Syahira. "Terus kapan dong beli mobilnya? Mobilku dibawa kabur anak cupu itu. Aku gak mau sekolah naik taksi online terus," protes Cellin sambil mengerucutkan bibirnya. "Tenang, sayang. Kalau Tuan Rinto sudah menikahi Syahira, apapun yang kamu mau pasti Ibu belikan. Sekarang kamu sekolah aja yang bener. Sebentar lagi lulus." Rena membel
"Apa maksudmu, Ardi? Tidak mungkin itu Syahira. Kamu pasti salah!" Samuel sedikit meninggikan suaranya.Romi menatap wajah Samuel dengan raut wajah bingung. Apalagi saat mendengar putranya berbicara dengan sedikit emosi."Baiklah, sekarang kamu kirim link-nya pada saya!" Samuel mengakhiri panggilan teleponnya."Ada apa, Sam?" Romi sudah tidak sabar untuk mengetahui apa yang disampaikan oleh asisten pribadi Samuel."Sebentar, Ayah. Aku akan memastikannya dulu," jawab Samuel tanpa menoleh pada ayahnya. Kedua netranya fokus menatap layar ponsel.Detik berikutnya, ada notifikasi pesan masuk ke ponsel Samuel. Gegas lelaki itu membuka isi pesan tersebut. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat wajah yang sangat familiar berada di situs dewasa. Disitu tertulis seolah pemilik wajah tersebut sedang menawarkan dirinya, sudah seperti barang dagangan."Tidak. Pasti ada seseorang yang telah melakukannya. Aku yakin Syahira tidak seperti itu," ucap Samuel. Tangannya mengepal erat
"Hai ...." Samuel membalas sapaan Cellin. Tak lupa lelaki itu pun memberikan senyuman terbaiknya. Apalagi tujuannya jika bukan untuk mengelabui Cellin, agar gadis itu percaya kepadanya jika ia memilik maksud baik pada Cellin. Melihat laki-laki pujaannya tersenyum, Cellin langsung berbunga-bunga hatinya. 'Ya ampun, manis banget senyumnya,' batinnya. Samuel berjalan mendekati Cellin, semakin mengikis jarak diantara keduanya. Jantung Cellin semakin berpacu dengan cepat ketika Samuel semakin dekat dengannya. 'Ya ampun, aku kok jadi deg-degan gini, sih. Padahal sebelumnya aku belum pernah merasakan grogi kayak gini sama cowok.' Lagi-lagi Cellin hanya mampu berbicara di dalam hatinya. "Saya ke sini sebenarnya bukan untuk bertemu dengan Syahira. Lagian, bukankah Syahira saat ini sedang bersama pengusaha kaya raya itu?" Samuel berbicara dengan sangat lembut. Cellin terperangah tak percaya saat mendengar jika Samuel datang ke rumah itu bukan untuk bertemu dengan Syahira. "Jadi, em ... ak
Dengan kecepatan tinggi, Samuel melajukan mobilnya. Untuk saat ini, lelaki itu tak memperdulikan akibatnya jika Cellin atau ibunya tau bahwa ia membawa kabur ponsel mahal itu. Lagian, Samuel tak bermaksud untuk mencurinya. Setelah urusannya selesai, maka ia akan mengembalikan ponsel mahal itu pada Cellin. Setelah cukup jauh, kemudian ia menepi. Mengambil ponsel milik Rena yang ia letakkan di kursi sebelahnya."Aku harus segera menghapus postingan itu," gumam Samuel.Lelaki itu kemudian membuka ponsel milik Rena. Beruntungnya benda pipih itu tidak terkunci. Sehingga memudahkan Samuel untuk membukanya. Pertama, Samuel mencari aplikasi yang menjadi tempat di mana foto Syahira terpampang. Namun setelah beberapa menit ia mencarinya, aplikasi itu tak juga ia temukan."Apa mungkin yang memposting foto Syahira itu bukan ibu tirinya?" Samuel bertanya-tanya.Iseng, Samuel membuka aplikasi berwarna hijau. Ia hanya ingin menghilangkan rasa penasarannya. Bisa saja ibu tirinya itu
"Iya, Bu. Sepertinya aku sedang tidak enak badan. Cellin mau masuk ke kamar dulu ya."Tanpa menunggu jawaban, Cellin langsung berjalan melewati Rena. Namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh sang ibu. Sehingga dengan terpaksa, Cellin menghentikan langkah kakinya."Tunggu, Cellin!" seru Rena. Sontak, Cellin terkejut. Terlihat sekali jika gadis yang masih memakai pakaian seragam sekolah itu sangat ketakutan. "A--ada apa, Bu?""Kenapa tanganmu dingin sekali? Sepertinya kamu beneran sakit." Rena memegang dahi sang anak. "Tidak panas," lirihnya setelah menyentuh kulit putrinya. "Aku ... cuma lagi gak enak badan aja. Aku ke kamar dulu ya, Bu." Tanpa menunggu jawaban dari ibunya, Cellin berjalan cepat masuk ke dalam rumah dengan hati berdebar-debar.'Huh, untung aja tadi aku bisa menghindar dari ibu. Kalau enggak, bisa-bisa ibu terus bertanya sama aku tentang handphone-nya yang hilang,' batin Cellin setelah ia berada di dalam kamarnya.Gadis itu segera meng