"Bu, lagi apa, sih. Kok keliatannya seneng banget?" Cellin tiba-tiba datang menghampiri ibunya yang sedang duduk di depan nakas sembari menatap layar ponselnya. Wajah Rena terlihat begitu senang. "Hai, sayang. Gak apa-apa, Ibu lagi senang aja. Sebentar lagi Syahira pasti pulang dan kita akan mendapatkan uang yang banyak karena Tuan Rinto pasti akan berterimakasih pada Ibu," sahut Rena dengan binar mata bahagia. Sama halnya seperti Rena, Cellin pun terlihat bahagia. "Serius, Bu? Jadi dong, aku beli mobil barunya." Celln bergelayut manja di pundak sang ibu. "Hust! Mobil baru, nanti aja. Emang mobil baru harganya gak mahal?" Rena memukul pelan tangan Syahira. "Terus kapan dong beli mobilnya? Mobilku dibawa kabur anak cupu itu. Aku gak mau sekolah naik taksi online terus," protes Cellin sambil mengerucutkan bibirnya. "Tenang, sayang. Kalau Tuan Rinto sudah menikahi Syahira, apapun yang kamu mau pasti Ibu belikan. Sekarang kamu sekolah aja yang bener. Sebentar lagi lulus." Rena membel
"Apa maksudmu, Ardi? Tidak mungkin itu Syahira. Kamu pasti salah!" Samuel sedikit meninggikan suaranya.Romi menatap wajah Samuel dengan raut wajah bingung. Apalagi saat mendengar putranya berbicara dengan sedikit emosi."Baiklah, sekarang kamu kirim link-nya pada saya!" Samuel mengakhiri panggilan teleponnya."Ada apa, Sam?" Romi sudah tidak sabar untuk mengetahui apa yang disampaikan oleh asisten pribadi Samuel."Sebentar, Ayah. Aku akan memastikannya dulu," jawab Samuel tanpa menoleh pada ayahnya. Kedua netranya fokus menatap layar ponsel.Detik berikutnya, ada notifikasi pesan masuk ke ponsel Samuel. Gegas lelaki itu membuka isi pesan tersebut. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat wajah yang sangat familiar berada di situs dewasa. Disitu tertulis seolah pemilik wajah tersebut sedang menawarkan dirinya, sudah seperti barang dagangan."Tidak. Pasti ada seseorang yang telah melakukannya. Aku yakin Syahira tidak seperti itu," ucap Samuel. Tangannya mengepal erat
"Hai ...." Samuel membalas sapaan Cellin. Tak lupa lelaki itu pun memberikan senyuman terbaiknya. Apalagi tujuannya jika bukan untuk mengelabui Cellin, agar gadis itu percaya kepadanya jika ia memilik maksud baik pada Cellin. Melihat laki-laki pujaannya tersenyum, Cellin langsung berbunga-bunga hatinya. 'Ya ampun, manis banget senyumnya,' batinnya. Samuel berjalan mendekati Cellin, semakin mengikis jarak diantara keduanya. Jantung Cellin semakin berpacu dengan cepat ketika Samuel semakin dekat dengannya. 'Ya ampun, aku kok jadi deg-degan gini, sih. Padahal sebelumnya aku belum pernah merasakan grogi kayak gini sama cowok.' Lagi-lagi Cellin hanya mampu berbicara di dalam hatinya. "Saya ke sini sebenarnya bukan untuk bertemu dengan Syahira. Lagian, bukankah Syahira saat ini sedang bersama pengusaha kaya raya itu?" Samuel berbicara dengan sangat lembut. Cellin terperangah tak percaya saat mendengar jika Samuel datang ke rumah itu bukan untuk bertemu dengan Syahira. "Jadi, em ... ak
Dengan kecepatan tinggi, Samuel melajukan mobilnya. Untuk saat ini, lelaki itu tak memperdulikan akibatnya jika Cellin atau ibunya tau bahwa ia membawa kabur ponsel mahal itu. Lagian, Samuel tak bermaksud untuk mencurinya. Setelah urusannya selesai, maka ia akan mengembalikan ponsel mahal itu pada Cellin. Setelah cukup jauh, kemudian ia menepi. Mengambil ponsel milik Rena yang ia letakkan di kursi sebelahnya."Aku harus segera menghapus postingan itu," gumam Samuel.Lelaki itu kemudian membuka ponsel milik Rena. Beruntungnya benda pipih itu tidak terkunci. Sehingga memudahkan Samuel untuk membukanya. Pertama, Samuel mencari aplikasi yang menjadi tempat di mana foto Syahira terpampang. Namun setelah beberapa menit ia mencarinya, aplikasi itu tak juga ia temukan."Apa mungkin yang memposting foto Syahira itu bukan ibu tirinya?" Samuel bertanya-tanya.Iseng, Samuel membuka aplikasi berwarna hijau. Ia hanya ingin menghilangkan rasa penasarannya. Bisa saja ibu tirinya itu
"Iya, Bu. Sepertinya aku sedang tidak enak badan. Cellin mau masuk ke kamar dulu ya."Tanpa menunggu jawaban, Cellin langsung berjalan melewati Rena. Namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh sang ibu. Sehingga dengan terpaksa, Cellin menghentikan langkah kakinya."Tunggu, Cellin!" seru Rena. Sontak, Cellin terkejut. Terlihat sekali jika gadis yang masih memakai pakaian seragam sekolah itu sangat ketakutan. "A--ada apa, Bu?""Kenapa tanganmu dingin sekali? Sepertinya kamu beneran sakit." Rena memegang dahi sang anak. "Tidak panas," lirihnya setelah menyentuh kulit putrinya. "Aku ... cuma lagi gak enak badan aja. Aku ke kamar dulu ya, Bu." Tanpa menunggu jawaban dari ibunya, Cellin berjalan cepat masuk ke dalam rumah dengan hati berdebar-debar.'Huh, untung aja tadi aku bisa menghindar dari ibu. Kalau enggak, bisa-bisa ibu terus bertanya sama aku tentang handphone-nya yang hilang,' batin Cellin setelah ia berada di dalam kamarnya.Gadis itu segera meng
Waktu seakan berhenti saat itu juga, membuat tubuh Syahira mematung di tempatnya berdiri saat ini, tak jauh dari Samuel dan Romi yang sedang berbincang di depan sana.Kedua mata indah nan bening itu membelalak kaget, begitu terkejutnya saat mendengar apa yang baru saja dibicarakan oleh Samuel dan ayahnya.Awalnya gadis itu merasa bosan karena hanya berada di dalam kamar. Ia pun akhirnya memutuskan untuk keluar kamar dan berniat menemui Samuel. Syahira tersenyum saat melihat keberadaan Samuel dan Romi di ruang keluarga.Namun, seketika senyumnya mendadak pudar ketika ia mendengar perkataan Romi terhadap putranya itu."Apa, Yah? Ayah bercanda kan?" tanya Samuel dengan raut terkejut yang begitu jelas di wajahnya."Ayah tidak bercanda, Samuel. Ayah serius dengan keputusan ini. Kamu harus secepatnya menikahi Syahira dalam waktu dekat," tegas Romi sekali lagi.Samuel tertegun mendengar ucapan ayahnya. Ia hendak melayangkan sebuah pertanyaan kembali, tetapi tiba-tib
"Cellin!"Suara teriakan Rena menggema ke seluruh penjuru rumah. Wanita itu merasa terkejut bukan main, ketika menyadari putri kesayangannya yang tiba-tiba pingsan.Bergegas ia berlari menghampiri Cellin, yang kini sudah terbaring di lantai dengan kedua mata terpejam. Tentu saja Rena merasa kaget bukan main, karena sebelumnya Cellin berdiri tak jauh darinya dan turut menyaksikan ketika Samuel tengah meminta restu."Cellin, bangun, Nak!" seru Rena yang segera mengangkat kepala anaknya itu ke atas pangkuannya.Wajah Rena terlihat begitu khawatir, merasa cemas dengan keadaan putrinya itu. Ia sama sekali tak tahu apa yang terjadi kepada Cellin. Kenapa putrinya itu bisa tiba-tiba pingsan?"Cellin, apa yang terjadi sama kamu? Bangun, Sayang!" pekik Rena shock.Dengan panik, Rena mengguncang-guncangkan tubuh Cellin. Namun, gadis itu tetap saja tak bergeming dan tak kunjung membuka matanya. Keadaan putrinya itu tentu saja membuat Rena semakin panik tak karuan.Ia kembali menepuk-nepuk pipi Cel
"Apa, Yah?" Jelas Samuel terkejut bukan main saat mendengar fakta yang baru saja dikatakan oleh ayahnya itu."Ayah serius?" Pria itu mengulangi perkataan ayahnya, karena dia ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar."Aya serius, Samuel. Karena itu kamu harus secepatnya datang ke kantor." Suara Romi terdengar mendesak."Baiklah, Ayah. Aku akan segera ke kantor setelah mengantarkan Syahira pulang.""Baik. Ayah tunggu."Tut, tut.Sambungan telfon itu pun akhirnya terputus. Setelah itu, Samuel cepat-cepat memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya."Ayo kita pulang sekarang," ajak Samuel pada Syahira dengan gusar.Meskipun pria itu tengah berusaha untuk bersikap tenang, tetapi hal itu tetap saja tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang penuh dengan kecemasan."Ada apa, Pak? Kenapa wajah anda terlihat cemas seperti itu?" Syahira bertanya dengan keheranan, karena dia menangkap gurat kepanikan di wajah tampan pria itu."Sudah, jangan banyak tanya! Ayo pulang sekarang," aj