"Apa maksudmu, Ardi? Tidak mungkin itu Syahira. Kamu pasti salah!" Samuel sedikit meninggikan suaranya.Romi menatap wajah Samuel dengan raut wajah bingung. Apalagi saat mendengar putranya berbicara dengan sedikit emosi.
"Baiklah, sekarang kamu kirim link-nya pada saya!" Samuel mengakhiri panggilan teleponnya."Ada apa, Sam?" Romi sudah tidak sabar untuk mengetahui apa yang disampaikan oleh asisten pribadi Samuel."Sebentar, Ayah. Aku akan memastikannya dulu," jawab Samuel tanpa menoleh pada ayahnya. Kedua netranya fokus menatap layar ponsel.Detik berikutnya, ada notifikasi pesan masuk ke ponsel Samuel. Gegas lelaki itu membuka isi pesan tersebut. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat wajah yang sangat familiar berada di situs dewasa. Disitu tertulis seolah pemilik wajah tersebut sedang menawarkan dirinya, sudah seperti barang dagangan."Tidak. Pasti ada seseorang yang telah melakukannya. Aku yakin Syahira tidak seperti itu," ucap Samuel. Tangannya mengepal erat"Hai ...." Samuel membalas sapaan Cellin. Tak lupa lelaki itu pun memberikan senyuman terbaiknya. Apalagi tujuannya jika bukan untuk mengelabui Cellin, agar gadis itu percaya kepadanya jika ia memilik maksud baik pada Cellin. Melihat laki-laki pujaannya tersenyum, Cellin langsung berbunga-bunga hatinya. 'Ya ampun, manis banget senyumnya,' batinnya. Samuel berjalan mendekati Cellin, semakin mengikis jarak diantara keduanya. Jantung Cellin semakin berpacu dengan cepat ketika Samuel semakin dekat dengannya. 'Ya ampun, aku kok jadi deg-degan gini, sih. Padahal sebelumnya aku belum pernah merasakan grogi kayak gini sama cowok.' Lagi-lagi Cellin hanya mampu berbicara di dalam hatinya. "Saya ke sini sebenarnya bukan untuk bertemu dengan Syahira. Lagian, bukankah Syahira saat ini sedang bersama pengusaha kaya raya itu?" Samuel berbicara dengan sangat lembut. Cellin terperangah tak percaya saat mendengar jika Samuel datang ke rumah itu bukan untuk bertemu dengan Syahira. "Jadi, em ... ak
Dengan kecepatan tinggi, Samuel melajukan mobilnya. Untuk saat ini, lelaki itu tak memperdulikan akibatnya jika Cellin atau ibunya tau bahwa ia membawa kabur ponsel mahal itu. Lagian, Samuel tak bermaksud untuk mencurinya. Setelah urusannya selesai, maka ia akan mengembalikan ponsel mahal itu pada Cellin. Setelah cukup jauh, kemudian ia menepi. Mengambil ponsel milik Rena yang ia letakkan di kursi sebelahnya."Aku harus segera menghapus postingan itu," gumam Samuel.Lelaki itu kemudian membuka ponsel milik Rena. Beruntungnya benda pipih itu tidak terkunci. Sehingga memudahkan Samuel untuk membukanya. Pertama, Samuel mencari aplikasi yang menjadi tempat di mana foto Syahira terpampang. Namun setelah beberapa menit ia mencarinya, aplikasi itu tak juga ia temukan."Apa mungkin yang memposting foto Syahira itu bukan ibu tirinya?" Samuel bertanya-tanya.Iseng, Samuel membuka aplikasi berwarna hijau. Ia hanya ingin menghilangkan rasa penasarannya. Bisa saja ibu tirinya itu
"Iya, Bu. Sepertinya aku sedang tidak enak badan. Cellin mau masuk ke kamar dulu ya."Tanpa menunggu jawaban, Cellin langsung berjalan melewati Rena. Namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh sang ibu. Sehingga dengan terpaksa, Cellin menghentikan langkah kakinya."Tunggu, Cellin!" seru Rena. Sontak, Cellin terkejut. Terlihat sekali jika gadis yang masih memakai pakaian seragam sekolah itu sangat ketakutan. "A--ada apa, Bu?""Kenapa tanganmu dingin sekali? Sepertinya kamu beneran sakit." Rena memegang dahi sang anak. "Tidak panas," lirihnya setelah menyentuh kulit putrinya. "Aku ... cuma lagi gak enak badan aja. Aku ke kamar dulu ya, Bu." Tanpa menunggu jawaban dari ibunya, Cellin berjalan cepat masuk ke dalam rumah dengan hati berdebar-debar.'Huh, untung aja tadi aku bisa menghindar dari ibu. Kalau enggak, bisa-bisa ibu terus bertanya sama aku tentang handphone-nya yang hilang,' batin Cellin setelah ia berada di dalam kamarnya.Gadis itu segera meng
Waktu seakan berhenti saat itu juga, membuat tubuh Syahira mematung di tempatnya berdiri saat ini, tak jauh dari Samuel dan Romi yang sedang berbincang di depan sana.Kedua mata indah nan bening itu membelalak kaget, begitu terkejutnya saat mendengar apa yang baru saja dibicarakan oleh Samuel dan ayahnya.Awalnya gadis itu merasa bosan karena hanya berada di dalam kamar. Ia pun akhirnya memutuskan untuk keluar kamar dan berniat menemui Samuel. Syahira tersenyum saat melihat keberadaan Samuel dan Romi di ruang keluarga.Namun, seketika senyumnya mendadak pudar ketika ia mendengar perkataan Romi terhadap putranya itu."Apa, Yah? Ayah bercanda kan?" tanya Samuel dengan raut terkejut yang begitu jelas di wajahnya."Ayah tidak bercanda, Samuel. Ayah serius dengan keputusan ini. Kamu harus secepatnya menikahi Syahira dalam waktu dekat," tegas Romi sekali lagi.Samuel tertegun mendengar ucapan ayahnya. Ia hendak melayangkan sebuah pertanyaan kembali, tetapi tiba-tib
"Cellin!"Suara teriakan Rena menggema ke seluruh penjuru rumah. Wanita itu merasa terkejut bukan main, ketika menyadari putri kesayangannya yang tiba-tiba pingsan.Bergegas ia berlari menghampiri Cellin, yang kini sudah terbaring di lantai dengan kedua mata terpejam. Tentu saja Rena merasa kaget bukan main, karena sebelumnya Cellin berdiri tak jauh darinya dan turut menyaksikan ketika Samuel tengah meminta restu."Cellin, bangun, Nak!" seru Rena yang segera mengangkat kepala anaknya itu ke atas pangkuannya.Wajah Rena terlihat begitu khawatir, merasa cemas dengan keadaan putrinya itu. Ia sama sekali tak tahu apa yang terjadi kepada Cellin. Kenapa putrinya itu bisa tiba-tiba pingsan?"Cellin, apa yang terjadi sama kamu? Bangun, Sayang!" pekik Rena shock.Dengan panik, Rena mengguncang-guncangkan tubuh Cellin. Namun, gadis itu tetap saja tak bergeming dan tak kunjung membuka matanya. Keadaan putrinya itu tentu saja membuat Rena semakin panik tak karuan.Ia kembali menepuk-nepuk pipi Cel
"Apa, Yah?" Jelas Samuel terkejut bukan main saat mendengar fakta yang baru saja dikatakan oleh ayahnya itu."Ayah serius?" Pria itu mengulangi perkataan ayahnya, karena dia ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar."Aya serius, Samuel. Karena itu kamu harus secepatnya datang ke kantor." Suara Romi terdengar mendesak."Baiklah, Ayah. Aku akan segera ke kantor setelah mengantarkan Syahira pulang.""Baik. Ayah tunggu."Tut, tut.Sambungan telfon itu pun akhirnya terputus. Setelah itu, Samuel cepat-cepat memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya."Ayo kita pulang sekarang," ajak Samuel pada Syahira dengan gusar.Meskipun pria itu tengah berusaha untuk bersikap tenang, tetapi hal itu tetap saja tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang penuh dengan kecemasan."Ada apa, Pak? Kenapa wajah anda terlihat cemas seperti itu?" Syahira bertanya dengan keheranan, karena dia menangkap gurat kepanikan di wajah tampan pria itu."Sudah, jangan banyak tanya! Ayo pulang sekarang," aj
Keadaan terlihat begitu riuh setelah pernyataan Syahira dalam konferensi pers tadi. Para wartawan terlihat memburu Tuan Rinto, karena pria itu memang menjadi topik dalam konferensi pers tadi."Kurang ajar si Samuel. Berani-beraninya bocah ingusan itu mencari masalah denganku," geram Tuan Rinto dengan wajah murkanya.Tuan Rinto benar-benar shock dan tak menyangka, jika kini para wartawan itu akan berbalik mengejarnya. Dengan dilindungi oleh dua orang bodyguardnya, pria paruh baya tersebut bergegas masuk ke dalam mobilnya dengan cepat untuk menghindari kejaran dari para pencari berita itu."Tuan Rinto, mohon dijelaskan bagaimana kejadian yang sebenarnya!""Apakah yang dikatakan oleh gadis itu memang benar?""Kenapa anda melakukan semua ini dan malah melemparkan kesalahan anda pada Tuan Samuel?"Para wartawan masih setia mengepung mobil Tuan Rinto dan menanyakan berbagai hal. Namun, Tuan Rinto cepat-cepat menutup kaca mobilnya dan memerintahkan sopirnya untuk se
Atmosfer di sekitar Luna mendadak berubah. Gadis itu yang tadinya merasa sangat antusias dan begitu bersemangat saat datang ke rumah Samuel, kini mendadak tercengang. Terdiam, seolah merasakan tubuhnya yang tiba-tiba membeku saat melihat keberadaan Syahira di sana."Syahira," suara Luna terdengar lirih, serasa tersangkut di tenggorokannya.Kedua matanya masih terbeliak lebar, menatap Syahira dengan sorot tajamnya yang tampak tak percaya dengan keberadaan Syahira di rumah keluarga Sastrawinata.Sama halnya dengan Luna, Syahira pun juga turut merasa terkejut dengan keberadaan Luna di sana. Pandangan matanya bahkan tak lepas dari Luna yang sejak tadi juga sedang menatap seolah mengintimidasi terhadapnya."Luna," ucap Syahira pelan, nyaris tak dapat didengar oleh Luna.Meskipun lirih, tetapi rupanya perkataan Syahira itu masih bisa didengar jelas oleh Luna. Mendengar panggilan Syahira, seketika membuat Luna tersentak dan buru-buru menggeleng pelan. Ia seolah baru saja mendapatkan kesadara
"Ayo cepat mandinya, jangan lama-lama!" seru Romi. Kemudian ia pun kembali ke ruang tengah dan duduk si sofa semula. Sambil menunggu anak dan menantunya bersiap-siap, Romi memainkan ponselnya.Samuel segera mengetuk pintu kamar mandi yang memang hanya ada satu di dalam villa itu. Tok ...tok ... tok ..."Syahira, apa kamu bisa lebih cepat di kamar mandinya?" Samuel sedikit berteriak tepat di depan pintu kamar mandi. "I--iya, ini sebentar lagi juga udah selesai, kok," sahut Syahira dari dalam kamar mandi. Kemudian ia pun segera menyelesaikan ritual mandinya dengan tergesa-gesa. 'Huh, ga enak banget mandi aja di tungguin.' Syahira menggerutu di hatinya. Menit berikutnya, pintu kamar mandi pun terbuka, dan Samuel masih berdiri di depan pintu, membuat Syahira merasa malu, karena saat ini Syahira hanya mengenakan handuk. Tubuh polosnya kini hanya berbalut handuk. Syahira dan Samuel sama-sama mematung dan saling pandang. Samuel sampai meneguk air liurnya b
"Pagi, pengantin baru," sapa Romi yang sepagi ini sudah berada di depan pintu villa yang ditempati oleh Syahira dan Samuel. Syahira yang baru bangun, sangat terkejut melihat kedatangan ayah mertuanya yang tiba-tiba, dan sepagi ini pria paruh baya yang masih terlihat tampan diusianya itu sudah datang ke villa. Entah untuk apa Romi datang sepagi ini. "Pa ... Pak Romi?" pekik Syahira terkejut. "Ayolah, Syahira. Jangan panggil 'pak'. Panggil Ayah saja. Kamu ini sekarang adalah istri dari Samuel, putra Ayah satu-satunya. Jadi, Ayah juga sudah menganggap kamu sebagai putri Ayah."Romi mengacak rambut Syahira. Pria itu memperlakukan Syahira sudah seperti anak kandungnya sendiri. Karena memang sedari Syahira kecil, Romi sudah menganggap gadis itu sebagai anaknya sendiri. Dan betapa bahagianya Romi saat ini, setelah keinginannya terwujud untuk menikahkan putranya dengan Syahira. 'Ish, kenapa ayah sama anak itu tingkahnya sama saja. Sama-sama suka mengacak rambutku,' g
"Kamu kenapa, Syahira? Kok ngeliatin aku kayak gitu?" Samuel memicingkan matanya. Menatap wajah perempuan yang baru saja dinikahinya itu. "Eh ... siapa yang ngeliatin Bapak. Kepedean, deh," sanggah Syahira sembari memalingkan wajahnya, menatap hamparan lautan di depannya. Terlihat sekali jika Syahira berusaha untuk menutupinya. Perempuan yang kini sudah sah menjadi istri dari Samuel itu, saat ini pasti sedang merasakan malu.Samuel tersenyum. Laki-laki yang kini berkulit putih itu masih terus memandangi wajah Syahira. Ekspresi wajah istrinya sungguh sangat menggemaskan bagi Samuel. Baginya, Syahira masih sama seperti dulu. Syahira kecil yang manja dan menggemaskan. Rasanya, Samuel masih tak percaya jika saat ini ia telah menikahi gadis kecilnya. "Kenapa jadi sekarang Bapak yang ngeliatin aku kayak gitu?" protes Syahira yang merasa dirinya sedang diperhatikan oleh Samuel. Kali ini giliran Samuel yang terlihat salah tingkah. Ia merasa termakan oleh omongannya s
"Cellin!" pekik Rena begitu terkejutnya, saat ia melihat putri kesayangannya itu tiba-tiba jatuh pingsan di dekatnya.Kedua matanya langsung membelalak lebar. Wajah Rena pun sudah terlihat begitu panik dan kebingungan, tak mengerti kenapa putrinya jadi seperti ini lagi.Rena berjalan cepat menghampiri Cellin yang sudah terpejam tak berdaya. Lekas ia duduk bertekuk lutut di samping sang putri dan menepuk-nepuk pipi Cellin dengan pelan."Astaga, Cellin! Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu jadi seperti ini, Nak?" Rena masih panik dan mengguncang-guncangkan tubuh Cellin supaya mau terbangun."Ayo bangun, Cellin. Jangan buat ibu jadi cemas begini," panik Rena, karena putrinya itu tak kunjung membuka matanya.Rena benar-benar kebingungan dan kalang kabut. Dia tak tahu apa yang telah terjadi kepada putrinya, kenapa akhir-akhir ini Cellin seringkali mendadak pingsan seperti saat ini.Melihat Cellin yang tiba-tiba jatuh pingsan, membuat hati bersih Syahira pun ter
"Ya ampun, Cellin. Apa yang terjadi sama kamu?"Rena tengah duduk di atas tempat tidur dengan wajahnya yang terlihat begitu cemas. Di sampingnya tampak sang putri kesayangan yang sedang berbaring miring membelakanginya.Selimut tebal nampak menutupi tubuh gadis remaja itu hingga sebatas telinganya. Di balik selimut tebal itu, terlihat bahunya naik turun dan suara isakan pelan terdengar."Hiks, hiks," isak tangis Cellin tergugu, membuat dadanya terasa kian sesak.Menyaksikan putrinya yang sedang menangis tertahan, tentu saja membuat Rena semakin merasa cemas. Perlahan ia menyentuh punggung Cellin dan mengusap-usapnya."Cellin, ada apa, Nak? Katakan sama ibu, apa yang terjadi sama kamu?" bujuk Rena.Akan tetapi, Cellin sama sekali tak mau menjawab pertanyaan ibunya dan memilih untuk tetap diam meringkuk sambil terus menangis. Rena menjadi kebingungan dengan sikap sang putri. Tangannya kemudian terulur meraih kepala Cellin, tetapi tiba-tiba Rena merasa sangat te
Dengan langkah berjingkat, Syahira berjalan keluar dari kamar. Sengaja ia berjalan pelan seperti itu agar tak menimbulkan suara yang bisa mengganggu istirahat Samuel saat ini."Aku harus segera masak, mumpung dia masih tidur," gumam Syahira, sembari membuka pintu kamar dengan pelan dan menutupnya kembali dengan berhati-hati.Kritt!Begitu pintu kamar tertutup, Syahira kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Ruangan luas yang tampak rapi itu menyambut kedatangan Syahira di sana. Pasti Mbak Siti yang sudah merapikan tempat itu sebelumnya. Syahira pun kemudian mulai berjalan mendekati lemari es yang berada di sudut dapur."Mungkin ada sesuatu yang bisa aku masak pagi ini," gumam Syahira, berucap pada dirinya sendiri.Perlahan tangannya mulai meraih gagang pintu lemari es tersebut dan lekas menariknya. Kulkas pun terbuka lebar, tetapi ketika suhu dingin dari lemari es itu menguar menerpa wajah Syahira, seketika kedua mata gadis itu membelalak lebar. Kedua bibirn
Brukk!Syahira terkejut bukan main, ketika tiba-tiba Samuel menarik pergelangan tangannya, hingga membuat tubuh Syahira terjatuh dan mendarat sempurna di atas tubuh kokoh milik Samuel."Aaa." Syahira memekik kecil, tetapi kemudian kedua matanya segera beradu tatap dengan manik hitam milik Samuel yang begitu tajam.Hawa panas langsung menjalari sekujur tubuhnya saat itu juga, bagaikan sengatan listrik yang mampu mengendalikan urat sarafnya menjadi tak biasa. Dada Syahira bergemuruh sangat kencang, saat dia merasakan sentuhan tangan Samuel yang begitu hangat tengah melingkar di pergelangan tangannya."Sstt!" Samuel refleks meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir istri polosnya itu.Degh! Degh! Degh!Bagaikan genderang perang yang sedang ditabuh dengan sangat kencang, begitulah kondisi jantung Syahira saat ini. Kencang dan cepat tak terkendali. Tubuh Syahira serasa menjadi beku di detik itu juga, merasakan jemari hangat yang menyentuh bibirnya untuk pertama kali di dalam hidupnya.Sua
Kedua pasang mata itu masih saling beradu, mengunci tatapan satu sama lain dengan begitu lekat. Detak jantung keduanya semakin terasa kencang tak beraturan. Hawa dingin di malam itu, justru membuat suhu tubuh Samuel dan Syahira tiba-tiba memanas. Terlebih dengan posisi mereka yang sedang terjatuh seperti saat ini.Tubuh Syahira mematung, seakan ia tak bisa menggerakkannya sama sekali. Sebisa mungkin ia berusaha menahan nafas, ketika merasakan hembusan nafas hangat beraroma mint milik Samuel menyapu wajahnya. Aroma harum nan maskulin turut menembus indra penciuman Syahira. Aroma harum dari tubuh Samuel, membuatnya ingin menyesap aroma itu lagi dan lagi.Sementara Samuel, tatapan tajamnya itu terus mengarah lekat pada wajah cantik gadis yang kini sedang berada di bawahnya. Matanya mulai berkelana, menyusuri setiap inci wajah Syahira tanpa ada satu pun yang lepas dari tatapannya.Tiba-tiba saja Samuel merasakan tubuh bagian bawahnya bereaksi, ketika tak sengaja dada bidangnya itu bersent
Lagi dan lagi, entah untuk yang keberapa kalinya malam ini kata-kata Samuel sukses membuat wajah Syahira terasa memanas dan tampak memerah. Bisikan suara Samuel yang begitu lembut, masih terasa berdenging tepat di telinganya. Syahira bahkan bisa merasakan sapuan nafas hangat Samuel menerpa telinga dan lehernya."Bagaimana? Apa kamu benar-benar menunggu saya untuk menggendong kamu?" bisik Samuel, bertanya sekali lagi.Lutut Syahira terasa semakin bergetar dibuatnya. Kali ini ia sudah tak bisa menahan detak jantungnya yang nyaris saja melompat keluar. Meskipun kedua lututnya terasa lemas, tetapi Syahira sudah tak mempunyai pilihan lain lagi saat ini."Aku … aku …."Berusaha memaksakan kakinya yang terasa gemetar, Syahira pun akhirnya memutuskan untuk berjalan mundur beberapa langkah. Tatapan matanya masih mengarah lekat pada Samuel, sedangkan dadanya tampak naik turun karena deru nafasnya yang memburu."Ayolah, tenang saja. Aku akan melakukannya pelan-pelan," ucap Samuel lagi, sembari t