Keadaan terlihat begitu riuh setelah pernyataan Syahira dalam konferensi pers tadi. Para wartawan terlihat memburu Tuan Rinto, karena pria itu memang menjadi topik dalam konferensi pers tadi.
"Kurang ajar si Samuel. Berani-beraninya bocah ingusan itu mencari masalah denganku," geram Tuan Rinto dengan wajah murkanya.Tuan Rinto benar-benar shock dan tak menyangka, jika kini para wartawan itu akan berbalik mengejarnya. Dengan dilindungi oleh dua orang bodyguardnya, pria paruh baya tersebut bergegas masuk ke dalam mobilnya dengan cepat untuk menghindari kejaran dari para pencari berita itu."Tuan Rinto, mohon dijelaskan bagaimana kejadian yang sebenarnya!""Apakah yang dikatakan oleh gadis itu memang benar?""Kenapa anda melakukan semua ini dan malah melemparkan kesalahan anda pada Tuan Samuel?"Para wartawan masih setia mengepung mobil Tuan Rinto dan menanyakan berbagai hal. Namun, Tuan Rinto cepat-cepat menutup kaca mobilnya dan memerintahkan sopirnya untuk seAtmosfer di sekitar Luna mendadak berubah. Gadis itu yang tadinya merasa sangat antusias dan begitu bersemangat saat datang ke rumah Samuel, kini mendadak tercengang. Terdiam, seolah merasakan tubuhnya yang tiba-tiba membeku saat melihat keberadaan Syahira di sana."Syahira," suara Luna terdengar lirih, serasa tersangkut di tenggorokannya.Kedua matanya masih terbeliak lebar, menatap Syahira dengan sorot tajamnya yang tampak tak percaya dengan keberadaan Syahira di rumah keluarga Sastrawinata.Sama halnya dengan Luna, Syahira pun juga turut merasa terkejut dengan keberadaan Luna di sana. Pandangan matanya bahkan tak lepas dari Luna yang sejak tadi juga sedang menatap seolah mengintimidasi terhadapnya."Luna," ucap Syahira pelan, nyaris tak dapat didengar oleh Luna.Meskipun lirih, tetapi rupanya perkataan Syahira itu masih bisa didengar jelas oleh Luna. Mendengar panggilan Syahira, seketika membuat Luna tersentak dan buru-buru menggeleng pelan. Ia seolah baru saja mendapatkan kesadara
Tubuh Syahira yang tengah didorong oleh Luna itu pun terhuyung ke arah pintu. Akan tetapi, untungnya dengan sigap sepasang tangan kekar itu langsung menangkap tubuh ramping Syahira.Samuel yang baru saja datang dan hendak masuk ke dalam rumah, sontak merasa begitu terkejut saat melihat Syahira yang sedang didorong oleh Luna. Refleks yang begitu bagus, membuat Samuel pun akhirnya dengan cekatan menangkap tubuh Syahira."Syahira," ucap Samuel kaget saat melihat Syahira diperlakukan seperti itu.Kini tatapan mata tajamnya itu seketika mengarah pada Luna, yang tampak berdiri dengan kaki gemetar. Wajah gadis itu mendadak pucat pasi ketika melihat kedatangan Samuel."Samuel," lirih Luna dengan gugupnya.Wajah tampan Samuel yang biasanya memang sudah datar, kali ini langsung berubah 360 derajat. Wajah pria itu sudah terlihat memerah, dengan tatapan nyalang yang segera dia tujukan pada Luna.Sorot mata yang nampak memerah penuh dengan bara api kemarahan, terlihat berkobar dan membesar di matan
"Maaf atas kejadian tadi, Syahira. Saya benar-benar tidak tau jika perempuan itu nekat datang ke rumah ini," ujar Samuel dengan gurat penuh sesal yang teramat jelas di wajah tampannya itu.Ia merasa sangat bersalah pada Syahira karena telah melibatkan gadis itu pada urusan perjodohannya dengan Luna. Perjodohan yang sama sekali tidak diinginkan oleh Samuel. Suatu paksaan dari ibunya.Samuel sudah menyangka jika tadi, sebelum ia datang ke rumahnya, Luna pasti sudah mengintimidasi Syahira. Sampai-sampai Luna melakukan kekerasan fisik. Syahira terdiam seketika itu juga. Ia tak tau mengapa Samuel harus meminta maaf kepadanya. Karena sampai detik ini pun Syahira tidak tau jika Samuel sebenarnya dijodohkan dengan Luna oleh ibunya. Seharusnya ia beruntung karena Samuel datang tepat pada waktunya. Jika tidak, mungkin saja tubuhnya terbentur pintu saat didorong oleh Luna, dan itu rasanya pasti sakit sekali. Kini Samuel tampak mendekati Syahira yang masih berdiri di dekat pintu. "Kamu gak ap
"Siapa gadis itu, Sam? Bisa-bisanya kamu membuat gadis terhormat seperti Luna menangis hanya gara-gara dia!" Martha geram. Kedua manik matanya menatap tajam ke arah gadis yang memakai dress selutut itu. Penampilan Syahira memang terlihat sederhana, namun tak mengurangi kecantikannya. Syahira merasa sangat risih ditatap seperti itu oleh ibunya Samuel. Wanita paruh baya yang berpenampilan glamor dengan lipstik merah menyala, khas seorang wanita sosialita. "Dia calon istriku. Dan Ibu tidak pantas berkata seperti itu pada Syahira. Dia jauh lebih terhormat dibandingkan dengan perempuan yang dipilih Ibu untuk menjadi istriku!" Dengan tegas Samuell berbicara. Sejak tau ibunya pergi meninggalkan dirinya hanya karena demi harta, saat itu juga rasa hormat pada wanita yang telah melahirkannya hilang begitu saja. "Jaga bicaramu, Sam! Luna itu perempuan terhormat dan pastinya berkelas. Sepadan dengan keluarga kita. Tidak seperti dia!" Telunjuknya mengarah tepat ke wajah Syahira yang sedang ter
Syahira masih tertegun kala mendengar penjelasan dari Samuel barusan. Meskipun rencana pernikahan itu terkesan mendadak, tetapi Syahira segera menyadari bahwa apa yang Samuel lakukan itu adalah demi kebaikannya."Hmm, baiklah. Aku akan menuruti perkataan Pak Samuel," ujar Syahira seraya menganggukkan kepalanya pelan, menyetujui apa yang dikatakan oleh Samuel."Nah, kalau begitu kamu harus mencoba kebaya ini. Kebaya ini sederhana, tapi sangat elegan. Cocok sekali untuk kamu," kata Samuel sembari memberikan kebaya itu kepada Syahira."Tapi, Pak … kenapa saya harus mengenakannya sekarang?""Karena kamu akan mengenakannya nanti malam, dan kamu harus mencobanya sekarang.""Tapi, Pak …""Lakukan, karena saya tidak menerima penolakan," kata Samuel dengan nada tegasnya yang datar seperti biasa.Bibir Syahira seketika mengerucut mendengarnya. Ia berpikir jika pria di hadapannya itu sudah mulai menghangat dan tak sedingin kutub selatan lagi, tetapi rupanya dia salah. Samuel tetap saja sosok yan
"Selamat, Pak Samuel dan Nyonya Syahira," ucap beberapa orang yang berada di sana. Dimana kini mereka sudah menyematkan panggilan Nyonya kepada Syahira yang sudah sah menjadi istri dari majikan mereka.Samuel dan Syahira hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pelan, merasa canggung dengan ucapan mereka semua. Romi yang sedari tadi duduk di samping Samuel pun turut menepuk bahu sang putra dan memeluknya erat."Selamat ya, Sam. Kamu sudah membuat ayah merasa sangat bahagia malam ini," ucap Romi dengan menahan rasa harunya."Terima kasih, Ayah. Ini semua juga berkat ayah," balas Samuel yang turut membalas pelukan dari sang ayah."Dan Syahira, terima kasih karena telah bersedia menjadi menantu ayah," ucap Romi seraya tersenyum pada Syahira."Saya yang seharusnya berterima kasih, karena selama ini ayah dan Samuel sudah memperlakukan saya dengan sangat baik. Kalian sudah melindungi saya," jawab Syahira pelan.Romi tersenyum dan mengangguk. Kini ia merasa jauh lebih tenang, karena janjiny
Wajah cantik Syahira yang berkulit putih itu sudah tampak memerah di kedua pipinya. Rasanya dia benar-benar ingin menutup wajah dan menyembunyikan rasa malunya itu bersama dengan wajahnya.'Astaga! Bisa-bisanya aku mengira bahwa Samuel akan mencium bibirku,' rutuk Syahira dalam hatinya.Gadis itu pun lekas menundukkan kepalanya, menekuk wajah cantiknya itu dalam-dalam dengan maksud untuk menyembunyikannya.Wajahnya benar-benar sudah terasa memanas, terlebih ketika ia bisa mendengar kekeh kecil yang dilontarkan oleh Samuel. Syahira saling meremas jemarinya yang semakin basah oleh keringat dingin. Jika saja saat ini bukanlah momen istimewanya, mungkin ia akan segera kabur dari tempat itu sambil membawa rasa malunya.'Kamu benar-benar bodoh, Syahira. Kenapa kamu bisa berpikir ke arah sana sih? Padahal jelas-jelas bahwa tadi penghulu meminta Samuel untuk mengecup keningku kan? Ahh, kamu benar-benar membuat dirimu sendiri merasa malu, Syahira.' Gadis itu terus saja merutuki kebodohannya da
Satu per satu orang yang menghadiri pernikahan sederhana Samuel dan Syahira pun mulai pergi meninggalkan villa mewah milik keluarga Sastrawinata tersebut. Tak terkecuali dengan Romi, yang awalnya sempat menawarkan bahwa dia akan menyuruh dua bodyguard dan juga Mbak Siti menginap di sana.Akan tetapi, rupanya keinginannya itu ditolak secara terang-terangan oleh Samuel, yang mengatakan bahwa dia memilih untuk berdua saja dengan istrinya di villa tersebut."Hmm, kamu yakin kalau tidak menginginkan ada orang lain di villa ini?" tanya Romi sekali lagi untuk memastikan."Iya, Yah. Aku ingin di sini saja bersama dengan Syahira." Samuel mengangguk."Baiklah kalau begitu. Ayah pulang sekarang," pamit Romi."Baik, Ayah."Setelah berpamitan kepada Samuel dan Syahira, Romi dan bodyguardnya pun kemudian bergegas pergi meninggalkan villa miliknya itu. Kini tinggallah Samuel dan Syahira berdua saja di dalam villa itu, dengan perasaan gugup dan canggung yang membuat jantung keduanya berdegup sangat k