"Maaf atas kejadian tadi, Syahira. Saya benar-benar tidak tau jika perempuan itu nekat datang ke rumah ini," ujar Samuel dengan gurat penuh sesal yang teramat jelas di wajah tampannya itu.Ia merasa sangat bersalah pada Syahira karena telah melibatkan gadis itu pada urusan perjodohannya dengan Luna. Perjodohan yang sama sekali tidak diinginkan oleh Samuel. Suatu paksaan dari ibunya.Samuel sudah menyangka jika tadi, sebelum ia datang ke rumahnya, Luna pasti sudah mengintimidasi Syahira. Sampai-sampai Luna melakukan kekerasan fisik. Syahira terdiam seketika itu juga. Ia tak tau mengapa Samuel harus meminta maaf kepadanya. Karena sampai detik ini pun Syahira tidak tau jika Samuel sebenarnya dijodohkan dengan Luna oleh ibunya. Seharusnya ia beruntung karena Samuel datang tepat pada waktunya. Jika tidak, mungkin saja tubuhnya terbentur pintu saat didorong oleh Luna, dan itu rasanya pasti sakit sekali. Kini Samuel tampak mendekati Syahira yang masih berdiri di dekat pintu. "Kamu gak ap
"Siapa gadis itu, Sam? Bisa-bisanya kamu membuat gadis terhormat seperti Luna menangis hanya gara-gara dia!" Martha geram. Kedua manik matanya menatap tajam ke arah gadis yang memakai dress selutut itu. Penampilan Syahira memang terlihat sederhana, namun tak mengurangi kecantikannya. Syahira merasa sangat risih ditatap seperti itu oleh ibunya Samuel. Wanita paruh baya yang berpenampilan glamor dengan lipstik merah menyala, khas seorang wanita sosialita. "Dia calon istriku. Dan Ibu tidak pantas berkata seperti itu pada Syahira. Dia jauh lebih terhormat dibandingkan dengan perempuan yang dipilih Ibu untuk menjadi istriku!" Dengan tegas Samuell berbicara. Sejak tau ibunya pergi meninggalkan dirinya hanya karena demi harta, saat itu juga rasa hormat pada wanita yang telah melahirkannya hilang begitu saja. "Jaga bicaramu, Sam! Luna itu perempuan terhormat dan pastinya berkelas. Sepadan dengan keluarga kita. Tidak seperti dia!" Telunjuknya mengarah tepat ke wajah Syahira yang sedang ter
Syahira masih tertegun kala mendengar penjelasan dari Samuel barusan. Meskipun rencana pernikahan itu terkesan mendadak, tetapi Syahira segera menyadari bahwa apa yang Samuel lakukan itu adalah demi kebaikannya."Hmm, baiklah. Aku akan menuruti perkataan Pak Samuel," ujar Syahira seraya menganggukkan kepalanya pelan, menyetujui apa yang dikatakan oleh Samuel."Nah, kalau begitu kamu harus mencoba kebaya ini. Kebaya ini sederhana, tapi sangat elegan. Cocok sekali untuk kamu," kata Samuel sembari memberikan kebaya itu kepada Syahira."Tapi, Pak … kenapa saya harus mengenakannya sekarang?""Karena kamu akan mengenakannya nanti malam, dan kamu harus mencobanya sekarang.""Tapi, Pak …""Lakukan, karena saya tidak menerima penolakan," kata Samuel dengan nada tegasnya yang datar seperti biasa.Bibir Syahira seketika mengerucut mendengarnya. Ia berpikir jika pria di hadapannya itu sudah mulai menghangat dan tak sedingin kutub selatan lagi, tetapi rupanya dia salah. Samuel tetap saja sosok yan
"Selamat, Pak Samuel dan Nyonya Syahira," ucap beberapa orang yang berada di sana. Dimana kini mereka sudah menyematkan panggilan Nyonya kepada Syahira yang sudah sah menjadi istri dari majikan mereka.Samuel dan Syahira hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pelan, merasa canggung dengan ucapan mereka semua. Romi yang sedari tadi duduk di samping Samuel pun turut menepuk bahu sang putra dan memeluknya erat."Selamat ya, Sam. Kamu sudah membuat ayah merasa sangat bahagia malam ini," ucap Romi dengan menahan rasa harunya."Terima kasih, Ayah. Ini semua juga berkat ayah," balas Samuel yang turut membalas pelukan dari sang ayah."Dan Syahira, terima kasih karena telah bersedia menjadi menantu ayah," ucap Romi seraya tersenyum pada Syahira."Saya yang seharusnya berterima kasih, karena selama ini ayah dan Samuel sudah memperlakukan saya dengan sangat baik. Kalian sudah melindungi saya," jawab Syahira pelan.Romi tersenyum dan mengangguk. Kini ia merasa jauh lebih tenang, karena janjiny
Wajah cantik Syahira yang berkulit putih itu sudah tampak memerah di kedua pipinya. Rasanya dia benar-benar ingin menutup wajah dan menyembunyikan rasa malunya itu bersama dengan wajahnya.'Astaga! Bisa-bisanya aku mengira bahwa Samuel akan mencium bibirku,' rutuk Syahira dalam hatinya.Gadis itu pun lekas menundukkan kepalanya, menekuk wajah cantiknya itu dalam-dalam dengan maksud untuk menyembunyikannya.Wajahnya benar-benar sudah terasa memanas, terlebih ketika ia bisa mendengar kekeh kecil yang dilontarkan oleh Samuel. Syahira saling meremas jemarinya yang semakin basah oleh keringat dingin. Jika saja saat ini bukanlah momen istimewanya, mungkin ia akan segera kabur dari tempat itu sambil membawa rasa malunya.'Kamu benar-benar bodoh, Syahira. Kenapa kamu bisa berpikir ke arah sana sih? Padahal jelas-jelas bahwa tadi penghulu meminta Samuel untuk mengecup keningku kan? Ahh, kamu benar-benar membuat dirimu sendiri merasa malu, Syahira.' Gadis itu terus saja merutuki kebodohannya da
Satu per satu orang yang menghadiri pernikahan sederhana Samuel dan Syahira pun mulai pergi meninggalkan villa mewah milik keluarga Sastrawinata tersebut. Tak terkecuali dengan Romi, yang awalnya sempat menawarkan bahwa dia akan menyuruh dua bodyguard dan juga Mbak Siti menginap di sana.Akan tetapi, rupanya keinginannya itu ditolak secara terang-terangan oleh Samuel, yang mengatakan bahwa dia memilih untuk berdua saja dengan istrinya di villa tersebut."Hmm, kamu yakin kalau tidak menginginkan ada orang lain di villa ini?" tanya Romi sekali lagi untuk memastikan."Iya, Yah. Aku ingin di sini saja bersama dengan Syahira." Samuel mengangguk."Baiklah kalau begitu. Ayah pulang sekarang," pamit Romi."Baik, Ayah."Setelah berpamitan kepada Samuel dan Syahira, Romi dan bodyguardnya pun kemudian bergegas pergi meninggalkan villa miliknya itu. Kini tinggallah Samuel dan Syahira berdua saja di dalam villa itu, dengan perasaan gugup dan canggung yang membuat jantung keduanya berdegup sangat k
Lagi dan lagi, entah untuk yang keberapa kalinya malam ini kata-kata Samuel sukses membuat wajah Syahira terasa memanas dan tampak memerah. Bisikan suara Samuel yang begitu lembut, masih terasa berdenging tepat di telinganya. Syahira bahkan bisa merasakan sapuan nafas hangat Samuel menerpa telinga dan lehernya."Bagaimana? Apa kamu benar-benar menunggu saya untuk menggendong kamu?" bisik Samuel, bertanya sekali lagi.Lutut Syahira terasa semakin bergetar dibuatnya. Kali ini ia sudah tak bisa menahan detak jantungnya yang nyaris saja melompat keluar. Meskipun kedua lututnya terasa lemas, tetapi Syahira sudah tak mempunyai pilihan lain lagi saat ini."Aku … aku …."Berusaha memaksakan kakinya yang terasa gemetar, Syahira pun akhirnya memutuskan untuk berjalan mundur beberapa langkah. Tatapan matanya masih mengarah lekat pada Samuel, sedangkan dadanya tampak naik turun karena deru nafasnya yang memburu."Ayolah, tenang saja. Aku akan melakukannya pelan-pelan," ucap Samuel lagi, sembari t
Kedua pasang mata itu masih saling beradu, mengunci tatapan satu sama lain dengan begitu lekat. Detak jantung keduanya semakin terasa kencang tak beraturan. Hawa dingin di malam itu, justru membuat suhu tubuh Samuel dan Syahira tiba-tiba memanas. Terlebih dengan posisi mereka yang sedang terjatuh seperti saat ini.Tubuh Syahira mematung, seakan ia tak bisa menggerakkannya sama sekali. Sebisa mungkin ia berusaha menahan nafas, ketika merasakan hembusan nafas hangat beraroma mint milik Samuel menyapu wajahnya. Aroma harum nan maskulin turut menembus indra penciuman Syahira. Aroma harum dari tubuh Samuel, membuatnya ingin menyesap aroma itu lagi dan lagi.Sementara Samuel, tatapan tajamnya itu terus mengarah lekat pada wajah cantik gadis yang kini sedang berada di bawahnya. Matanya mulai berkelana, menyusuri setiap inci wajah Syahira tanpa ada satu pun yang lepas dari tatapannya.Tiba-tiba saja Samuel merasakan tubuh bagian bawahnya bereaksi, ketika tak sengaja dada bidangnya itu bersent