Dengan kecepatan tinggi, Samuel melajukan mobilnya. Untuk saat ini, lelaki itu tak memperdulikan akibatnya jika Cellin atau ibunya tau bahwa ia membawa kabur ponsel mahal itu. Lagian, Samuel tak bermaksud untuk mencurinya. Setelah urusannya selesai, maka ia akan mengembalikan ponsel mahal itu pada Cellin. Setelah cukup jauh, kemudian ia menepi. Mengambil ponsel milik Rena yang ia letakkan di kursi sebelahnya."Aku harus segera menghapus postingan itu," gumam Samuel.Lelaki itu kemudian membuka ponsel milik Rena. Beruntungnya benda pipih itu tidak terkunci. Sehingga memudahkan Samuel untuk membukanya. Pertama, Samuel mencari aplikasi yang menjadi tempat di mana foto Syahira terpampang. Namun setelah beberapa menit ia mencarinya, aplikasi itu tak juga ia temukan."Apa mungkin yang memposting foto Syahira itu bukan ibu tirinya?" Samuel bertanya-tanya.Iseng, Samuel membuka aplikasi berwarna hijau. Ia hanya ingin menghilangkan rasa penasarannya. Bisa saja ibu tirinya itu
"Iya, Bu. Sepertinya aku sedang tidak enak badan. Cellin mau masuk ke kamar dulu ya."Tanpa menunggu jawaban, Cellin langsung berjalan melewati Rena. Namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh sang ibu. Sehingga dengan terpaksa, Cellin menghentikan langkah kakinya."Tunggu, Cellin!" seru Rena. Sontak, Cellin terkejut. Terlihat sekali jika gadis yang masih memakai pakaian seragam sekolah itu sangat ketakutan. "A--ada apa, Bu?""Kenapa tanganmu dingin sekali? Sepertinya kamu beneran sakit." Rena memegang dahi sang anak. "Tidak panas," lirihnya setelah menyentuh kulit putrinya. "Aku ... cuma lagi gak enak badan aja. Aku ke kamar dulu ya, Bu." Tanpa menunggu jawaban dari ibunya, Cellin berjalan cepat masuk ke dalam rumah dengan hati berdebar-debar.'Huh, untung aja tadi aku bisa menghindar dari ibu. Kalau enggak, bisa-bisa ibu terus bertanya sama aku tentang handphone-nya yang hilang,' batin Cellin setelah ia berada di dalam kamarnya.Gadis itu segera meng
Waktu seakan berhenti saat itu juga, membuat tubuh Syahira mematung di tempatnya berdiri saat ini, tak jauh dari Samuel dan Romi yang sedang berbincang di depan sana.Kedua mata indah nan bening itu membelalak kaget, begitu terkejutnya saat mendengar apa yang baru saja dibicarakan oleh Samuel dan ayahnya.Awalnya gadis itu merasa bosan karena hanya berada di dalam kamar. Ia pun akhirnya memutuskan untuk keluar kamar dan berniat menemui Samuel. Syahira tersenyum saat melihat keberadaan Samuel dan Romi di ruang keluarga.Namun, seketika senyumnya mendadak pudar ketika ia mendengar perkataan Romi terhadap putranya itu."Apa, Yah? Ayah bercanda kan?" tanya Samuel dengan raut terkejut yang begitu jelas di wajahnya."Ayah tidak bercanda, Samuel. Ayah serius dengan keputusan ini. Kamu harus secepatnya menikahi Syahira dalam waktu dekat," tegas Romi sekali lagi.Samuel tertegun mendengar ucapan ayahnya. Ia hendak melayangkan sebuah pertanyaan kembali, tetapi tiba-tib
"Cellin!"Suara teriakan Rena menggema ke seluruh penjuru rumah. Wanita itu merasa terkejut bukan main, ketika menyadari putri kesayangannya yang tiba-tiba pingsan.Bergegas ia berlari menghampiri Cellin, yang kini sudah terbaring di lantai dengan kedua mata terpejam. Tentu saja Rena merasa kaget bukan main, karena sebelumnya Cellin berdiri tak jauh darinya dan turut menyaksikan ketika Samuel tengah meminta restu."Cellin, bangun, Nak!" seru Rena yang segera mengangkat kepala anaknya itu ke atas pangkuannya.Wajah Rena terlihat begitu khawatir, merasa cemas dengan keadaan putrinya itu. Ia sama sekali tak tahu apa yang terjadi kepada Cellin. Kenapa putrinya itu bisa tiba-tiba pingsan?"Cellin, apa yang terjadi sama kamu? Bangun, Sayang!" pekik Rena shock.Dengan panik, Rena mengguncang-guncangkan tubuh Cellin. Namun, gadis itu tetap saja tak bergeming dan tak kunjung membuka matanya. Keadaan putrinya itu tentu saja membuat Rena semakin panik tak karuan.Ia kembali menepuk-nepuk pipi Cel
"Apa, Yah?" Jelas Samuel terkejut bukan main saat mendengar fakta yang baru saja dikatakan oleh ayahnya itu."Ayah serius?" Pria itu mengulangi perkataan ayahnya, karena dia ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar."Aya serius, Samuel. Karena itu kamu harus secepatnya datang ke kantor." Suara Romi terdengar mendesak."Baiklah, Ayah. Aku akan segera ke kantor setelah mengantarkan Syahira pulang.""Baik. Ayah tunggu."Tut, tut.Sambungan telfon itu pun akhirnya terputus. Setelah itu, Samuel cepat-cepat memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya."Ayo kita pulang sekarang," ajak Samuel pada Syahira dengan gusar.Meskipun pria itu tengah berusaha untuk bersikap tenang, tetapi hal itu tetap saja tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang penuh dengan kecemasan."Ada apa, Pak? Kenapa wajah anda terlihat cemas seperti itu?" Syahira bertanya dengan keheranan, karena dia menangkap gurat kepanikan di wajah tampan pria itu."Sudah, jangan banyak tanya! Ayo pulang sekarang," aj
Keadaan terlihat begitu riuh setelah pernyataan Syahira dalam konferensi pers tadi. Para wartawan terlihat memburu Tuan Rinto, karena pria itu memang menjadi topik dalam konferensi pers tadi."Kurang ajar si Samuel. Berani-beraninya bocah ingusan itu mencari masalah denganku," geram Tuan Rinto dengan wajah murkanya.Tuan Rinto benar-benar shock dan tak menyangka, jika kini para wartawan itu akan berbalik mengejarnya. Dengan dilindungi oleh dua orang bodyguardnya, pria paruh baya tersebut bergegas masuk ke dalam mobilnya dengan cepat untuk menghindari kejaran dari para pencari berita itu."Tuan Rinto, mohon dijelaskan bagaimana kejadian yang sebenarnya!""Apakah yang dikatakan oleh gadis itu memang benar?""Kenapa anda melakukan semua ini dan malah melemparkan kesalahan anda pada Tuan Samuel?"Para wartawan masih setia mengepung mobil Tuan Rinto dan menanyakan berbagai hal. Namun, Tuan Rinto cepat-cepat menutup kaca mobilnya dan memerintahkan sopirnya untuk se
Atmosfer di sekitar Luna mendadak berubah. Gadis itu yang tadinya merasa sangat antusias dan begitu bersemangat saat datang ke rumah Samuel, kini mendadak tercengang. Terdiam, seolah merasakan tubuhnya yang tiba-tiba membeku saat melihat keberadaan Syahira di sana."Syahira," suara Luna terdengar lirih, serasa tersangkut di tenggorokannya.Kedua matanya masih terbeliak lebar, menatap Syahira dengan sorot tajamnya yang tampak tak percaya dengan keberadaan Syahira di rumah keluarga Sastrawinata.Sama halnya dengan Luna, Syahira pun juga turut merasa terkejut dengan keberadaan Luna di sana. Pandangan matanya bahkan tak lepas dari Luna yang sejak tadi juga sedang menatap seolah mengintimidasi terhadapnya."Luna," ucap Syahira pelan, nyaris tak dapat didengar oleh Luna.Meskipun lirih, tetapi rupanya perkataan Syahira itu masih bisa didengar jelas oleh Luna. Mendengar panggilan Syahira, seketika membuat Luna tersentak dan buru-buru menggeleng pelan. Ia seolah baru saja mendapatkan kesadara
Tubuh Syahira yang tengah didorong oleh Luna itu pun terhuyung ke arah pintu. Akan tetapi, untungnya dengan sigap sepasang tangan kekar itu langsung menangkap tubuh ramping Syahira.Samuel yang baru saja datang dan hendak masuk ke dalam rumah, sontak merasa begitu terkejut saat melihat Syahira yang sedang didorong oleh Luna. Refleks yang begitu bagus, membuat Samuel pun akhirnya dengan cekatan menangkap tubuh Syahira."Syahira," ucap Samuel kaget saat melihat Syahira diperlakukan seperti itu.Kini tatapan mata tajamnya itu seketika mengarah pada Luna, yang tampak berdiri dengan kaki gemetar. Wajah gadis itu mendadak pucat pasi ketika melihat kedatangan Samuel."Samuel," lirih Luna dengan gugupnya.Wajah tampan Samuel yang biasanya memang sudah datar, kali ini langsung berubah 360 derajat. Wajah pria itu sudah terlihat memerah, dengan tatapan nyalang yang segera dia tujukan pada Luna.Sorot mata yang nampak memerah penuh dengan bara api kemarahan, terlihat berkobar dan membesar di matan