Share

Pelabuhan Cinta Sang CEO Gendut
Pelabuhan Cinta Sang CEO Gendut
Author: Kiki Mayang Sari

BAB 1 Kebenaran Dibalik Kemalangan

Dering telepon jam 2 dini hari membangunkanku dari tidur. Dilayar ponsel tertulis my husband.

"Ada apa mas Benny menelpon malam-malam." gumamku dalam hati. Segera kuraih ponsel itu, dan mengangkat teleponnya.

"Selamat malam, apakah anda keluarga dari Benny Pratama?" suara dari seberang sana terdengar asing. Ini bukan suara mas Benny, lalu siapa ini.

"Iya benar, saya istri dari Benny Pratama, ada apa ya pak?" sahutku dengan sedikit khawatir jika terjadi sesuatu dengan mas Benny.

"Suami ibu mengalami kecelakaan, saat ini sedang dirawat di rumah sakit Rancal." berita ini membuat genggaman tanganku lunglai hingga menjatuhkan ponselku. Namun segera kuambil dan kembali bertanya pada penelpon diseberang sana.

"Bagaimana keadaannya pak? Apakah ada luka yang serius?" aku bertanya dengan sedikit gemetar.

"Masih diobservasi bu, untuk lebih jelas silahkan datang ke rumah sakit." sambungan telepon terputus. Aku memesan taksi online menuju rumah sakit Rancal. Setibanya di rumah sakit aku langsung menuju ke IGD.

"Permisi suster, saya mau tanya, apakah ada pasien kecelakaan bernama Benny Pratama?" tanyaku dengan sangat khawatir.

"Pasien kecelakaan mobil, pria dan wanita itu ya?" suster itu berkata sambil mengecek nama pasien tersebut.

"Wanita? Bukankah mas Benny ijin untuk keluar kota karena ada tugas kantor. Bagaimana bisa dia kecelakaan di kota ini, dengan seorang wanita?" gumamku dalam hati.

"Iya ada bu, bapak Benny Pratama, silahkan di ranjang paling ujung." Suster itu menunjukkan ranjang tempat suamiku dirawat.

Aku segera berlari menghampiri suamiku. Tapi justru aku yang terkejut, disana dia sedang duduk memegang tangan seorang wanita yang terbaring diranjang sebelahnya.

"Mas Benny!" lelaki itu tersentak melihat kedatanganku. Kemudian melepas genggaman tangannya dari wanita yang terbaring itu.

"Mas Benny baik-baik saja?" tanyaku berusaha mengabaikan apa yang baru saja kulihat.

"Ah iya, mas baik-baik saja. Kata dokter tadi hanya gegar otak ringan." sahutnya sembari kembali ke ranjangnya dan merebahkan diri.

Aku melirik wanita yang tadi digenggam oleh mas Benny. Dan seketika aku terbelalak tak percaya, bukankah itu Sinta, tetangga dekat rumahku. Aku menghampiri ranjang itu untuk memastikan penglihatanku. Ternyata memang benar Sinta. Suamiku hanya melirik dan pura-pura tidur. Segera kuhampiri Mas Benny dan membangunkannya.

"Apa maksudnya ini mas? Kenapa bisa ada Sinta disini? Kenapa dia bisa kecelakaan bareng kamu? Bukannya kamu ada tugas kantor diluar kota?" Aku mencecarnya dengan banyak pertanyaan.

"Nanti aku jelaskan dirumah, kamu jangan banyak tanya. Ini rumah sakit!" Mas Benny membentakku.

Aku hanya terdiam dengan seribu pertanyaan dikepala. Sedangkan mas Benny berbalik memunggungiku. Aku pun keluar mencari tempat duduk untuk beristirahat. Kepalaku sakit karena terkejut mendengar kabar mas Benny kecelakaan. Ditambah dengan mengetahui bahwa dia kecelakaan dengan tetanggaku sendiri, membuatku makin lemas tidak berdaya. Aku pun tertidur diruang tunggu rumah sakit itu.

* * *

Pagi hari, seseorang membangunkanku dari tidur.

"Permisi bu, maaf lantainya hendak dibersihkan." seorang cleaning service tersenyum ramah padaku.

"Maaf saya ketiduran", segera aku beranjak kembali ke ruang IGD tempat mas Benny dirawat.

Saat masuk keruang IGD aku melihat, mas Benny tampak menyuapi Sinta. Rupanya Sinta sudah siuman. Darahku mendidih melihat mereka saling berpandangan dan tersenyum. Kemudian mas Benny membelai lembut rambut Sinta. Mereka tidak menyadari kehadiranku. Diam-diam kuambil ponsel dan merekam setiap momen perbuatan mereka. Hingga aku selesai merekam mereka masih asyik bercengkrama seakan dunia milik mereka berdua.

"Mas Benny", aku ingin tertawa sekaligus menjambak rambuk mereka berdua saat mereka kalang kabut melihat kedatanganku.

"Ran, kapan datang?" Mas Benny berdiri kaku disamping ranjang Sinta.

Dari 15 menit yang lalu aku sudah berdiri disini tapi kalian tidak ada yang sadar karena terlalu asyik bercengkrama.

"Ran, jangan buat keributan disini!" Mas Benny melototiku.

"Tenang mas, aku bukan wanita murahan yang suka membuat keributan. Berbeda dengan seseorang, yang jelas-jelas diberi teguran biar tobat, tapi masih bisa bermanja-manja dengan suami orang." sahutku dengan menahan amarah yang sudah membuncah. Kulihat mas Benny tidak dapat berkata-kata.

"Aku pulang mas, sepertinya kamu tidak membutuhkan aku disini." Aku berbalik meninggalkan dua orang pengkhianat itu.

"Rania!" mas Benny memanggilku namun aku tidak menghiraukannya.

Air mata sudah tidak dapat ku bendung lagi, seketika aku terduduk ditengah lorong rumah sakit. Menangis sejadi-jadinya. Kenapa mas Benny mengkhianatiku. Padahal baru 3 bulan kami menikah tapi dia sudah selingkuh dengan wanita lain.

Aku berjalan keluar dari rumah sakit dengan terburu-buru. Karena terlalu kalut tanpa sengaja aku menabrak seorang dokter.

"Maaf dok saya buru-buru", aku menganggukkan kepala tanpa melihat wajah dokter itu. Dan kembali berjalan menuju pintu keluar.

"Bukannya tadi itu Rania? Sedang apa dia disini? Dokter muda dan tampan itu terpaku melihat Rania yang kini sudah menghilang dari pandangannya.

Sesampainya dirumah, Rania langsung mendatangi rumah Sinta yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Sinta tinggal berdua dengan ibunya. Kedua kakaknya sudah menikah dan tinggal diluar kota. Rania ingin memberitahu ibunya kalau anaknya kecelakaan bersama suaminya.

"Assalamualaikum," Rania mengetuk pintu rumah Sinta.

"Walaikumsalam," jawab ibu Sinta dari dalam rumah dan membukakan pintu untuk Rania.

"Eh mbak Rania, ada apa mbak? Ibu Sinta menatap Rania dengan sedikit heran, karena Rania jarang sekali bersosialisasi dengan tetangga.

"Sinta ada bu?" Rania pura-pura bertanya soal keberadaan Sinta.

"Sinta lagi dinas keluar kota mbak. Maklum lah, Sinta itu sudah punya jabatan di perusahaan nya. Mbak tau Rancal Grup Cemerlang? Dia manajer marketing perusahaan itu. Jadi dia sering dinas keluar kota." sahut ibu Sinta dengan bangga.

"Ibu yakin anak ibu sedang dinas keluar kota?" Rania mengambil ponsel dalam tasnya, kemudian menunjukkan video Sinta dan Benny di rumah sakit tadi.

"Lihat ini yang anak ibu lakukan."

"Sinta! Sinta kenapa mbak? Kenapa dia dirumah sakit?" ibunya terlihat sangat khawatir.

"Anak ibu semalam kecelakaan, tapi tidak usah khawatir, nampaknya dia baik-baik saja. Tapi lihat lagi video itu bu. Siapa yang menyuapi Sinta."

Ibu Sinta memutar kembali video itu, "Loh ini kan mas Benny suami mbak Rania." Ibunya tampak pura-pura terkejut.

"Iya, itu suami saya. Apa ibu tau apa hubungan mereka!" tanyaku mulai kembali emosi.

"Mereka kan rekan kerja, wajar kalau mas Benny bersikap baik dengan anak saya. Setahu saya, mereka pergi dinas bersama karena 1 divisi, mbak Rania masa tidak tau hal itu?" Ibu Sinta tidak peduli dengan video yang baru saja ku perlihatkan.

"Saya tau bu mereka 1 divisi, tapi apa perlu mereka saling menyuapi makanan seperti video itu?" aku sedikit membentak ibu Sinta.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status