Share

BAB 6 Malam Party Benny

Pagi hari di Rancal Grup Cemerlang.

Rania terlambat datang ke kantor. Dia terburu-buru menaiki lift menuju ruangannya dilantai 50. Saat tiba diruangannya, jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, namun tidak ada satu orang pun diruangannya.

"Pada kemana orang-orang ini?" Rania menuju meja kerjanya. Di atas laptopnya ada note bertuliskan "Meeting." Rania langsung berlari menuju ruang meeting.

Rania mengetuk pintu ruang meeting dan membukanya.

Jeglek,, suara pintu itu terbuka. Semua mata memandang ke arah Rania. Membuat Rania menjadi kikuk karena malu.

"Nyonya Rania, bisa-bisanya anda baru datang jam segini! Anda karyawan baru, tapi sudah berani datang terlambat. Anda pikir ini perusahaan milik anda!" Sinta berteriak memarahi Rania di depan semua orang.

"Maaf bu Sinta, saya terjebak macet dijalan." jawab Rania.

"Semua orang disini terjebak macet tapi hanya anda yang terlambat! Itu menunjukkan anda tidak memiliki etos kerja yang baik." sahut Sinta lagi.

"Sudah cukup, mari kita lanjutkan meeting kita. Mbak Rania, tolong ambilkan dokumen kemarin diruangan saya." Benny menengahi perdebatan itu.

"Baik pak", sahut Rania.

Rania meninggalkan ruang meeting untuk mengambil dokumen diruangan Benny kemudian bergabung mengikuti meeting.

* * *

"Mas, kenapa kamu biarkan Rania bekerja disini? Ini berbahaya untuk posisi kita dikantor. Aku nggak mau resign dari kantor ini." Sinta menahan Benny di ruang meeting, saat meeting berakhir.

"Biarkan saja, kasihan jika nanti kami bercerai, dia tidak memiliki penghasilan. Setidaknya aku tidak perlu lagi menafkahi dia." sahut Benny tenang.

"Mas memang nggak perlu menafkahinya, karena kalian belum memiliki anak. Justru mas harus menafkahiku, karena di rahimku ada benihmu." sahut Sinta lagi.

"Apa benar itu benihku?" Benny menatap Sinta dengan tajam.

"Apa maksudmu mas? Sudah jelaskan, kita melakukannya dihotel malam itu?" jawab Sinta.

"Kamu pikir aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu." Benny meninggalkan Sinta yang masih mematung diruang meeting.

"Apa dia tahu kebohonganku? Lantas kenapa dia setuju untuk menikah denganku?" Sinta penasaran maksud dari ucapan Benny tadi.

(POV) Malam Party Benny

"Terima kasih atas kehadirannya, tanpa support dan bantuan kalian, tidak mungkin saya bisa menduduki jabatan ini. Semoga Rancal Grup Cemerlang, terutama departemen marketing akan makin maju kedepannya."

Riuh tepuk tangan bergema saat Benny selesai menyampaikan sambutan. Kemudian mereka kembali larut dalam dentuman irama musik ditempat karaoke itu.

Benny duduk diujung sendirian mengedarkan pandangannya ke arah staffnya satu persatu. Ada yang sedang asyik menyanyi, ada yang sibuk memilih judul lagu. Ada yang sedang sibuk dengan ponselnya. Dan pandangan itu berakhir pada seorang wanita yang duduk tepat diseberang kursi Benny. Wanita itu menatap lurus ke arah Benny tanpa kedip. Dan akhirnya wanita itu bangkit dari kursinya mendatangi Benny.

"Selamat ya Pak untuk jabatan barunya." Wanita itu berkata sambil mengulurkan tangan.

"Terima kasih Bu Sinta", Benny bangkit dari tempat duduknya dan menyambut uluran tangan Sinta.

"Bapak mau saya temani minum?" Sinta mengambil sebotol anggur dan menuangkan ke dalam gelas, kemudian memberikannya kepada Benny.

"Kenapa ada minuman keras disini?" Benny sedikit terkejut karena dia sama sekali tidak ada memesan minuman keras.

"Saya yang memesannya pak. Khusus untuk merayakan jabatan baru bapak." Sinta menggelayut ditangan Benny dan menyodorkan minuman itu ke mulut Benny.

"Tolong jaga sikap bu Sinta, jangan seperti ini", Benny melepaskan tangan Sinta.

"Ayo lah minum, anggap saja ini bentuk permintaan maaf anda, karena sudah merebut jabatan yang seharusnya jadi milikku." Sinta berteriak cukup nyaring, namun untungnya hanya Benny yang bisa mendengar, karena suara musik terlalu nyaring.

"Baiklah, tapi segelas saja." Benny mengambil gelas berisi anggur itu dan menegaknya hingga tak ada sisa.

Karena tidak pernah minum, Benny mulai merasakan sakit kepala yang dahsyat. Benny berdiri dengan sedikit terhuyung mengambil mic dari staffnya yang sedang menyanyi.

"Maaf saya ijin pulang duluan, kepala saya mendadak sakit!" kemudian Benny berjalan kearah pintu keluar. Disusul Sinta dari belakang.

"Pak biar saya saja yang antar bapak pulang." Sinta memapah tubuh Benny. Benny sudah tidak sanggup menolak tawaran Sinta. Kepalanya benar-benar sakit. Akhirnya setelah masuk kedalam mobil, Benny yang masih dalam kondisi setengah sadar menyandarkan kepalanya ke kursi mobil dan menutup mata.

Sinta tersenyum puas menatap Benny.

"Jabatanku sudah kau rebut. Jadi, aku juga akan merebut kamu dari istrimu." gumam Sinta kemudian memacu mobilnya menuju sebuah hotel.

Sinta membuka pintu kamar, sedangkan Benny dipapah oleh 2 security hotel.

"Langsung baringkan ke ranjang saja pak." Sinta kemudian memberi tip kepada security itu dan menutup pintu kamar.

Sinta melepaskan sepatu Benny kemudian masuk ke kamar mandi. Saat Sinta dikamar mandi, Benny tersadar dari mabuknya.

"Dimana aku? Ini seperti sebuah hotel." Benny ingin bangun, tapi kepalanya masih sakit. Tak lama dia melihat Sinta keluar dari kamar mandi. Benny pura-pura tidur kembali.

"Nggak masalah aku gagal menjadi kepala divisi, asalkan bisa menjadi istri kepala divisi. Benny, Benny, masa orang setampan kamu bisa menikah dengan wanita gendut macam nangka dibungkus itu. Aku lebih pantas menjadi istrimu Ben." ucap Sinta sambil memandang Benny dengan seksama.

Kemudian Sinta menaiki ranjang dan tidur disebelah Benny.

"Akhirnya, kamu punya ayah nak", ucap Sinta lagi sambil mengelus perutnya. Dan tak lama Sinta tertidur karena lelah.

Benny melirik kearah Sinta yang sudah tertidur pulas.

"Licik sekali wanita ini. Baiklah, setidaknya aku bisa memanfaatkan dramanya untuk kepentinganku sendiri", gumam Benny sambil menyeringai menatap Sinta. Kemudian Benny melanjutkan tidurnya kembali hingga pagi hari.

* * *

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Listi Amanda
gk bisa dibuka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status