Share

BAB 4 Karyawan Baru

Rania berdiri menatap gedung setinggi 400 meter dengan total 77 lantai. Gedung ini merupakan gedung tertinggi dikota Jakarta. Rania melangkah masuk ke dalam gedung. Saat berada didalamnya, Rania takjub dengan perubahan interior gedung yang berubah 180 derajat dibanding setahun yang lalu saat dia interview. Rania segera menuju ke receptionis untuk menemui seseorang.

"Permisi mbak, saya mau bertemu dengan Bapak Isman Ferdinand. Apakah beliau ada ditempat?" tanya Rania.

"Apakah ibu sudah membuat janji dengan Pak Isman? Karena saat ini beliau sedang meeting dengan departement marketing." jawab receptionis itu dengan ramah.

"Sudah mbak, bilang saja Rania Carmita Lestari sudah datang." sahut Rania dengan mantap

"Baik, akan saya hubungi Bapak Isman, harap tunggu sebentar ya bu."

Rania mengedarkan pandangannya ke sekeliling gedung. Tempat dimana dia dan Benny bertemu untuk pertama kalinya. Dia merindukan saat-saat kebersamaan dengan Benny kala itu. Sekarang semua sudah berubah sejak kehadiran Sinta dalam hidup mereka.

"Bu, Pak Isman sudah selesai meetingnya, anda disuruh menemui beliau di ruang meeting lantai 70." Recepcionist itu membuyarkan lamunan Rania.

"Baik mba, terima kasih." Rania lalu menuju lift untuk naik ke lantai 70, tempat dimana dulu dia interview bersama Benny.

Saat pintu lift terbuka ada Benny dan Sinta hendak masuk ke dalam lift. Mereka berdua terkejut melihat Rania ada disitu.

"Ran, mau apa kamu disini?" tanya Benny dengan panik.

"Kamu jangan cari masalah ya gendut!" hardik Sinta.

"Maaf, aku juga punya urusan. Minggir!" Rania mendorong Sinta, hampir saja Sinta terjatuh apabila tidak ditahan Benny.

"Ran, please kita selesaikan dirumah saja, jangan disini." Benny menarik tangan Rania untuk menghentikan langkahnya.

"Ada apa ini?" Seorang pria tampan menghentikan keributan itu.

"Maaf Pak Isman, sepertinya ibu ini tersesat, maklum pak, gedung kita terlalu besar." sahut Sinta sambil tersenyum mengejek.

"Tersesat? Loh bukannya anda Rania Carmita Lestari?" sahut Isman dengan sedikit terkejut.

"Benar pak saya Rania." jawab Rania tersenyum puas.

"Mari silahkan masuk, kita bicara di dalam." sahut Isman sembari membuka kan pintu untuk Rania.

"Apa bapak mengenal wanita itu?" tanya Benny penasaran.

"Kamu akan tau nanti. Tunggu saja disini jangan kemana-mana." jawab Isman lalu menutup pintu ruang meeting itu.

"Mau apa si gendut itu! Jangan-jangan dia mau bongkar hubungan kita!" Sinta mulai panik dan penasaran apa yang Rania lakukan didalam. Sedangkan Benny hanya terdiam sambil menatap ruangan itu.

Sementara di dalam ruangan...

"Kamu serius mau kerja disini?" Isman bertanya dengan penuh rasa penasaran.

"Iya, saya sudah terlalu lama menganggur. Saya butuh pekerjaan." jawab Rania mantap

"Oke, kalau begitu kamu mau ditempatkan dimana dan posisi apa?" tanya Isman lagi.

"Departement marketing, asisten pribadi Benny Pratama." jawab Rania lagi.

"Oke, mulai hari ini kamu bisa langsung bekerja." Isman berdiri dan menjabat tangan Rania.

Rania tersenyum, "Kita mulai permainan ini Benny!" gumam Rania dalam hati.

Saat Rania dan Isman keluar dari ruang meeting, masih ada Benny dan Sinta menunggu diluar. Mereka berdua menghampiri Rania dan Isman.

"Pak Benny, anda kan sudah berkali-kali meminta asisten pribadi untuk membantu anda mengurus tugas-tugas saat sedang tidak dikantor. Nah, saya mau memperkenalkan karyawan baru, yang akan menjadi asisten pribadi pak Benny. Ini mbak Rania Carmita Lestari." dengan santainya Isman memperkenalkan Rania kepada Benny.

"Asisten pak? Bukankah saya sudah memilih Sinta menjadi asisten saya? Kenapa Bapak mendadak merekrut orang baru tanpa memberitahu saya?" Benny terbelalak tidak percaya mendengar kabar itu.

"Kenapa tidak? Saya Direktur disini, saya bebas merekrut dan juga memecat karyawan saya. Kalau anda keberatan, silahkan ajukan surat pengunduran diri." bentak Isman sambil berlalu.

Rania tersenyum dan mendekati Benny, "Jadi, apa yang bisa saya bantu pak?"

"Dasar gendut! Bisa-bisanya kamu merebut posisi yang harusnya jadi milikku!" Sinta mendorong Rania dengan kasar, tapi dorongan itu tidak berpengaruh bagi Rania karena bobot Sinta hanya setengah dari bobot Rania.

"Apa bedanya denganmu jalang? Kamu bahkan merebut suamiku. Akan kubuat kalian berdua menyesal karena sudah mengkhianatiku!" Rania berlalu masuk ke dalam lift.

"Ini tidak bisa dibiarkan, ada hubungan apa antara Rania dan Pak Isman? Bagaimana bisa Rania direkrut langsung oleh Pak Isman dan menjadi karyawan disini, sedangkan dulu saat tes, dia gagal?" Sinta, mulai berpikir keras.

Benny menyetujui apa yang Sinta katakan. Tidak masuk akal, tiba-tiba Rania diterima bekerja, setelah hubungannya dengan Sinta terbongkar.

"Sudah kita kembali keruangan kita dulu, baru kita bicarakan lagi." sahut Benny masih sedikit terkejut dengan kejadian tadi.

Saat mereka berdua memasuki ruangan, sudah ada Rania berdiri memperkenalkan diri ditengah ruangan.

"Maaf pak Benny saya memperkenalkan diri sebelum bapak datang." Rania menyunggingkan senyum.

"Oke sudah cukup perkenalannya, silahkan kembali bekerja." Benny tidak menggubris Rania.

Sinta menghampiri Rania dan menyilangkan tangan ke dadanya dengan angkuh.

"Karena kamu masuk sini tanpa pemberitahuan, maka tidak ada meja kosong untuk kamu bekerja. Lebih baik duduk saja di pantri, tempat itu lebih cocok untukmu! Orang gendut sepertimu hanya merusak pemandangan departemen ini."

Rania hanya tersenyum mendengar ucapan Sinta, "Benarkah tidak ada meja kosong?" Sahut Rania.

Tak lama kemudian datang beberapa orang membawa meja, kursi dan laptop untuk Rania. Kemudian meletakkannya tepat didepan ruangan Benny.

Sinta terbelalak melihat itu. Rania tersenyum menang.

"Lihat, sekarang sudah ada mejanya. Tapi sepertinya disini terlalu banyak karyawan yang tidak berguna. Mungkin nanti akan ada 2 meja kosong ditinggal pemiliknya." ucapan Rania membuat Sinta tak bisa berkata-kata.

Dengan tenang Rania berjalan menuju mejanya dan menyalakan laptopnya. Sedangkan Sinta masih terpaku mendengar ucapan Rania tadi.

Rania berdiri dan masuk keruangan Benny, "Apa yang bisa saya bantu pak?"

"Tidak ada, silahkan keluar! Tolong panggilkan Sinta kemari!" bentak Benny.

"Baik pak akan saya panggilkan," Rania melangkah menuju pintu, namun kemudian berbalik untuk mengatakan sesuatu.

"Ah pak, saya cuma mau mengingatkan, sekarang saya asisten bapak. Semua yang berhubungan dengan Bapak, sudah jadi tanggung jawab saya. Jika Bapak menyuruh staff biasa untuk menanganinya, maka sama saja seperti bapak membocorkan rahasia yang mana staff biasa tidak boleh mengetahuinya. Bukankah itu pelanggaran di Rancal." Rania tersenyum lalu membungkukkan badan dan keluar dari ruangan itu.

"Kamu!" Benny menggeram, dia tidak menyangka Rania akan seberani itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status