Hari menjelang malam. Lampu-lampu penerangan menyala. Jalan-jalan di Jakarta terlihat lenggang. Situasinya sama seperti saat Ramadan dan semua warga sudah pulang kampung. Hanya debu dan Bus Transjakarta saja yang berseliweran. Tetapi tidak di Stadion Gelora Bung Karno, gelanggang olahraga Jakarta. Detik ini 77.000+ bangku di area tribun dan lapangannya terisi penuh. Orang-orang sedang berpesta akbar dalam event - NeroXXX.
Di setiap sudut GBK itu lautan manusia sedang asyik berjoget-joget esek-esek, saling berpelukan menggesek-gesek bagian privat sambil mengikuti irama bit konser musik, “Jedag! Jedug! Jedag! Jedug! Tetetet…!” Suaranya membahana menggedor-gedor langit. Mereka yang berdiri dekat speaker sampai merasakan jantungnya seperti terpukul-pukul oleh gelombang suaranya. Sinar-sinar lampu laser warna-warni ikut menari, berkedap-kedip, berayun ke kiri dan ke kanan, menembak angkasa.
Di lapangan bola orang-orang mengelilingi panggung berukuran 24 x 9 x 2 meter, tinggi rigging 12 meter, posisi berhadapan dengan Royal Longue – area untuk para VIP di tribun atas. Di kedua sisinya terpasang layar raksasa untuk para penonton yang berada jauh di belakang. Dua buah truk peti 20 kaki nampak terparkir di samping.
Di atas panggung gadis-gadis bohai, berparas cantik, melepaskan pakaiannya satu-persatu sampai hanya menyisakan lingerie berenda yang hampir-hampir tak menutupi tubuh. Itu pun masih terus dipreteli oleh pria-pria tampan, berbadan kekar setengah telanjang dengan perut six pack. Mereka menari-nari erotis dengan koreografi papan atas dan bukan asal seronok. Payudara berayun-ayun, pinggul berputar-putar, aurat dibuka tutup, membangkitkan hasrat birahi penonton di lapangan bola dan tribun. Mereka yang di bawah berdansa, bercumbu, menaut-naut lidah sambil menyalurkan hasrat. Rumput-rumput pun basah oleh cairan biologis.
Acara itu digadang-gadang semeriah ASEAN Games dan disiarkan langsung ke seluruh penjuru negeri. Sebuah event yang akan memuaskan hasrat kedagingan manusia, yaitu SEKS sebebasnya.
Sejak sebulan lalu, kabar acara super amoral besutan Geng Ular itu telah menggemparkan seluruh lapisan masyarakat, khususnya kalangan rohaniwan lintas agama. Jelas, mereka sangat menentang. Bagi mereka ini bentuk penghujatan kepada Allah, pekerjaan setan terkutuk. Mereka telah mewanti-wanti umatnya untuk menjauhi acara itu dan mengajak melakukan perlawanan serta berbuat sesuatu untuk menghentikannya.
Gelombang pro dan kontra berbenturan. Masyarakat terpolarisasi.
Kelompok yang kontra berkata, “Mereka yang setuju itu seperti binatang, memuaskan hasrat seksual tanpa harkat dan martabat, padahal manusia dianugerahi Tuhan akal budi. Ke mana harga diri mereka?”
Suara yang pro berkata, “Hidup-hidup gue, lo yang ngurusin. Kalian bilang kami seperti binatang dan tak bermartabat. Loh, bukannya ini semua yang kalian harapkan nanti kalau masuk surga. Ketika katanya semua akan dikabulkan tanpa batasan, SEKS BEBAS! Kemana akal dan budi yang kalian gembar-gemborkan sekarang? Bukankah itu kemunafikan?”
Kelompok yang kontra berdemo ke jalanan seminggu setelah kemunculan iklan event itu di berbagai media. TV, radio dan sosial media menyiarkan kemunculan berbagai demonstrasi di sudut-sudut kota Jakarta. Gelombang puncaknya tepat di hari H.
Hari Minggu, jumlah pendemo membludak memenuhi jalan-jalan sekitar GBK. Mereka membawa plakat-plakat dan mengutuki acara itu dari luar. Para ketua demo berdiri di atas mobil-mobil komando, berorasi menggunakan toa.
Namun siapa yang bisa melawan seorang Johny Iblis, preman penguasa Jakarta, manusia “setengah dewa” yang kebal hukum, bos Geng Ular yang memiliki akses ke semua perangkat hukum, dan para orang kuat di pemerintahan. Bahkan desas-desusnya ia sudah mulai membangun negara di dalam negara.
Pasukan Brimob anti huru-hara hanya berjaga-jaga di luar parameter, menjaga aksi demo agar tetap dalam batas aman. Kendaraan taktis polisi seperti watercanon, mobil pengendali massa, Barakuda, serta motor trail juga bersiaga. Karena di sekitar gedung GBK, anak buah Johny Iblis terlihat membawa senapan serbu AK-47 buatan Rusia.
Di mata para pendemo, pihak kepolisian tidak berbuat cukup dan seolah melindungi keberlangsungan acara itu. Mereka adu mulut dengan pihak berwajib, menuntut polisi untuk menghentikan acara tersebut dan menangkap seluruh panitia pesta kemungkaran itu, termasuk Johny Iblis. Penilaian mereka tidak sepenuhnya salah. Namun mau bagaimana lagi.
Selagi di luar ribut, di area dalam pelayan-pelayan seksi bersepatu roda, berseliweran membagikan pil-pil kuat agar bisa tegang lama non stop dan tissue magic untuk memberikan pengalaman yang lebih luar biasa. Orang-orang menyambarnya seperti minyak goreng langka. Mereka asyik bercinta dengan siapa saja yang mereka sukai dan temui. Payudara tak lagi terbungkus, “ular-ular” keluar dari sarangnya, pedang-pedang mencari sarung, “sawah-sawah” digarap. Berdua, bertiga, berempat, tak masalah, selama enjoy tak ada kata tabu, semua boleh, semua legal. Sampah-sampah kondom berisi cairan putih susu terus memenuhi tempat sampah. Suara erangan, tawa nakal dan desahan terdengar dimana-mana. BH dan celana dalam tak bertuan berserakan dan bergelantungan di mana-mana.
Lalu tiba-tiba dari tengah lapangan terdengarlah orang bersorak-sorai. Suara riuh bergemuruh bagai ombak, “Johny! Johny! Johny!” teriak lautan manusia mengelu-elukan Johny Iblis seiring kemunculannya dari bagian tengah panggung menggunakan stage lift. Suara mereka sampai terdengar hingga keluar stadion. Lampu-lampu menyorot kepadanya. Para pendemo memonitor situasi di dalam tersebut lewat layar-layar besar yang terpasang di sisi gedung GBK atau lewat hape via live streaming.
Johny tampil mengenakan make up putih tebal seperti The Joker dan rambutnya diikat sanggul kecil ala pesilat zaman dulu. Ia mengenakan rompi jas tampilannya sangat necis.
Penonton tak henti-hentinya berteriak-teriak memanggil nama sang pahlawan. Kemudian Johny meraih mikrofon dan mengepalkan tangannya ke udara. Hanya dalam sekejab semuanya hening. Setiap gerak tubuh pria ini begitu berkarisma sanggup mengendalikan lautan manusia dengan satu gerakan.
Setelah semuanya tenang, ia mengambil nafas, lalu berteriak dengan keras, “Hari ini TUHAN TIDAK ADA!”
Orang-orang langsung menyambut dengan semangat, “TUHAN TIDAK ADA! TUHAN TIDAK ADA!” Ini adalah moto yang terkenal dari Johny Iblis.
“Hari ini, kita akan lakukan apa yang kita mau. Tanpa penghakiman dari orang-orang munafik beragama di sekitar kita. Manusia-manusia sombong itu merasa hebat hanya karena percaya Tuhan ada. Padahal lihatlah dunia ini, lihat yang mereka lakukan! Betapa korupnya orang-orang ber-Tuhan itu. Mereka berbohong, mencuri, menindas, timbangan mereka curang, semena-mena, bahkan menjual agama mereka demi nafsu mereka. Mereka tak bisa melihat bobroknya diri tapi mengklaim diri mereka tercerahkan dan menyebut kita ber-DOSAAAHHhh.
Tapi kalian semua tahu kebenarannya. Akulah yang mengangkat kalian dari kemiskinan dan rasa rendah diri dengan jalanku. Sementara mereka membuang kalian, merendahkan kalian, atas nama agama dan Tuhan mereka.
AKULAH JURU SELAMAT KALIAN!”
“HIDUP JOHNY! JOHNY! JOHNY!”
“I AM YOUR GOD!”
“JOHNY! JOHNY! JOHNY!”
“KALIAN INGIN SEKS!?!”
Semua orang menjawab, “YA!”
“KALIAN INGIN SEKS!?!” tanya Johny lebih keras.
Orang-orang menjawab semakin keras, “YA!”
“Akan kuberikan kalian SSEEEKKSSSSS!” ucap Johny sambil melebarkan tangan dan kakinya, lalu menggetarkan tubuhnya dan menggoyang alat vitalnya. Saat dia melakukan itu seakan ada energi magis memancar dari titik di antara pangkal pahanya. Semua penonton langsung histeris kencang, Khsususnya para wanita suarangnya sampai melengking tinggi. Tangan para penonton sampai menjulur-julur ke depan, nafas mereka terengah-engah., seakan mereka sedang melihat konser Elvis Presley. Sebagian sampai ada yang jatuh pingsan.
Lalu muncullah rombongan besar wanita berbikini dan pria yang hanya mengenakan cangcut yang isinya menggelembung menonjol di permukaan fabriknya, di panggung dan di sekitaran tribun dan lapangan. Mereka terlihat cantik-cantik dan tampan. Levelnya sudah seperti artis-artis. Para penonton makin riuh.
“Inilah para bidadara dan bidadari untuk kalian. Pakai mereka sesuka kalian. Jika hanya PESTA SEKS, tidak perlu menunggu surga dan makhluk adikodrati. Di dunia ini aku bisa mendatangkan surga. Sekarang bukalah pakaian kalian, tunjukkan aurat kalian kepada dunia tanpa takut.”
Orang-orang bersorak dan melucuti setiap helai kain yang melekat di tubuh mereka. Stasiun TV yang meliput peristiwa ini, kebingungan menyensor peristiwa ini. Saking banyaknya orang telanjang.
Johny iblis diam beberapa saat. Lalu dia menatap ke arah kamera dengan tajam. Wajahnya tampak close up di layar raksasa.
“Kepada semua orang yang MERASA SUCI di luar sana. Berdoalah kepada Tuhanmu sesuka hatimu. Saya tak takut sedikit pun kepada Dia. Untuk apa takut pada sesuatu yang tak ada. Lihatlah dunia ini. Adakah Tuhanmu menghentikan bom nuklir Hiroshima Nagasaki yang merengut seratus ribu lebih nyawa manusia? Adakah Dia mencegah pembantaian dua koma tujuh juta orang Yahudi di kamp konsentrasi Nazi? Adakah Tuhanmu dan Allahmu yang MAHA… MAHA Kasih itu mencegah konflik berdarah di Poso Ambon? Apakah Tuhanmu yang kau sebut sebagai Bapa dan Ayah menyelamatkan anak-anak gadis dan laki-lakimu yang diperkosa di tempat-tempat ibadahmu oleh para pemuka agamamu? Bahkan di kitab-kitab suci Dia sendiri yang memerintahkan perang antar manusia, termasuk menginstruksikan genosida terhadap suatu bangsa, pembantaian total termasuk wanita hingga anak-anak.”
Johny Iblis berhenti sesaat. Lalu raut wajahnya berubah menyeramkan dan nada suaranya menjadi sinis. Ia berkata, “Tidak ada yang kebetulan kata kalian. Satu helai rambut pun tidak akan jatuh tanpa kehendak-Nya. Semua sudah ada dalam rencana-Nya!
Kalau begitu berdoalah detik ini juga kepada Tuhanmu agar Dia mengubah rencana-Nya terhadap manusia ciptaannya hari ini!”
Seluruh lampu padam. Gelap gulita. Semua orang kaget dan riuh berbalur bingung. Apa maksud ucapan Johny Iblis, mengapa terdengar suram? Tak ada yang menggunakan hape sebagai sumber penerangan karena memang diminta untuk tidak membawanya atau disita. Bulan pun kini menghilang di balik awan.
Dibalik kegelapan malam, terdengar suara mesin baling-baling dari arah atas. Tiba-tiba lampu sorot menembak ke langit. Ternyata ada beberapa zeppelin raksasa melintas di atas. Benda angkasa itu menyemprotkan sesuatu dalam jumlah banyak. Sesuatu yang bentuk kecil,turun seperti hujan ke bumi. Orang-orang menggapai dan mengambilnya. Benda itu adalah mawar putih. Apa maksudnya?
Tak ada yang sadar, sejak tadi puluhan anggota Geng Ular sudah menutup dua belas pintu masuk Stadion dengan rantai besar dan gembok, termasuk pintu masuk merah, kuning dan biru. Anak buah Johny berjaga-jaga di sana, memastikan tidak ada satu tamu pun yang dapat keluar.
Tak lama kemudian terdengar pekikan dari satu titik. Orang-orang bingung ada apa? Dari satu titik menyusul titik yang lain. Teriakan-terikan itu histeris.
“Da..da…daraaaaaah!”
Di tengah kepanikan itu, terdengar Johny tertawa tergelak. Seiring tawanya teriakan-teriakan itu makin banyak.
“Marilah kita mulai pesta berdarah ini!” seru Johny.
Belum hilang rasa kaget mereka, mesin dua buah truk peti kemas yang terparkir di samping kiri dan kanan panggung sekonyong-konyong meraung. Lampu kabutnya menyala, menyilaukan mata yang bertatapan dengannya. Kendaraan berbobot lima puluh ton maju, melesat cepat menabrak kerumunan. “BAK! BAK! BAK!” terdengar bunyi tubuh orang terbentur benda keras, menyusul suara tulang patah dan tengkorak pecah terdengar. Krak! Krak! Krak! Seiring suara organ manusia yang mejret bak nyamuk gemuk pecah ditekan jari. JRET!
Sebagian orang lari tunggang langgang. Sebagian lagi masih bingung tidak memahami hal yang tengah terjadi.
Dinding di kedua sisi peti kemas terlepas membentuk sebuah pintu. Di tiap pintu telah bersiap dua orang dengan sebuah senapan mesin berat - M2 Browning kaliber .50 di belakang barikade kantong pasir. Satu orang untuk reload, dan yang lain menembaki orang-orang sekitar.
“TA! TA! TA! TA!” bunyi senjata yang memekakkan telinga, menyalak hampir tanpa henti.
Senjata pelumpuh kendaraan lapis baja, kini menembusi tubuh manusia. Suara mekanik mengokang dan menembak sudah seakan menjadi satu. Rantai peluru 300 butir per renteng bergerak dengan cepat bagai tersedot ke lubang hitam. Satu peluru merenggut dua hingga lima nyawa dalam sekali lesat.
“AAAA! AA! AAAA!” suara jeritan korban-korban yang terkena tembakan!
JEDENG! Lampu-lampu kembali menyala. Lapangan bola menyajikan sebuah pemandangan yang mengerikan. Mayat-mayat telanjang bergelimpangan tumpang tindih di atas rumput Zeon Zoysia. Hamparan mawar putih di atasnya berubah menjadi merah oleh darah dalam waktu singkat.
Semua orang di lapangan bola langsung berteriak panik berhamburan. Aksi dorong-mendorong tak dapat dihindari, sebagian orang jatuh dan tak bisa berdiri lagi, terinjak-injak sampai mati. Suasana mencekam. Pekik ketakutan berkumandang di seluruh Stadion, disaksikan secara langsung oleh semua penduduk Indonesia yang terpaku kaku di bangku rumah mereka.
Sementara itu para bidadara tampan dan bidadari cantik kini menjelma menjadi malaikat maut dengan senapa mesin AK-47 di tangan. Mereka menyebar ke berbagai posisi, baik di tribun atas maupun bawah. Suara senapan yang mampu memuntahkan 600 butir peluru per menit bergema di seluruh sudut Stadion. Peluru-peluru tajam berdesingan menembusi tubuh manusia sesuka hati.
Di tribun atas peluru menghujani batok kepala dari arah atap. Anak buah Johny Iblis menembak dari jembatan besi yang biasa digunakan oleh teknisi untuk melakukan perawatan lampu dan atap baja.
Hanya kurang dari sepuluh menit ribuan orang tumbang bersimbah darah. Cipratan darah membasahi kursi Stadion dan lantai beton. Pesta akbar NeroXXX berubah menjadi rumah penjagalan manusia.
Sebagian besar orang berlari menuju pintu keluar. Orang-orang terdepan merasa sudah paling selamat. Salah besar. Justru mereka sasaran empuk. Saat mereka semakin dekat, pasukan Geng Ular muncul dari persembunyian dan menyambut mereka dengan hujan timah panas.
“TA! TA! TA! TA!”
Orang-orang berjatuhan, meregang nyawa di anak tangga pintu masuk 1 sampai dengan 12.
Mereka yang masih hidup langsung balik haluan, namun gelombang kerumunan dari belakang mereka, mendorong mereka jatuh terguling-guling di tangga.
Sebagian orang sudah putus asa dan nekat. Mereka berlari menerjang anggota Geng Ular dengan kursi. “TA! TA!” Mereka pun mati konyol
Bak orang menyemprot Baygon ke barisan semut para anggota Geng Ular menghabisi semua tamu yang hadir tanpa rasa bersalah.
Kepolisian sama sekali tidak menduga kejadian ini. Dengan jumlah korban berjatuhan yang tak terkendali, kesatuan Brimob segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan sandera yang tersisa.
Bukan Johny Iblis namanya kalau kepolisian tidak mengerahkan seluruh personel dan semua kekuatan arsenalnya ke lapangan.
Kendaraan lapis baja - Barakuda 4x4 impor dari Korea Selatan lengkap dengan senjata kaliber besar menerobos masuk lewat gerbang pintu masuk merah, kuning. Mereka juga merobohkan gerbang pintu masuk agar orang bisa kabur. Brimob dan anggota Geng Ular saling baku tembak.
Di luar polisi menginstruksikan para pendemo untuk segera meninggalkan area GBK. Tanpa menunggu lama para pendemo langsung membubarkan diri. Konyol jika masih mau di situ.
Namun sebelum orang-orang di luar sempat pergi, terdengar jeritan dari arah pintu masuk merah. Menyusul suara truk peti kemas meluncur dengan kecepatan tinggi, menerjang sebuah kendaraan taktis Barakuda hingga terpental. “BANG!”
Truk itu mengaum, ingin menerkam para pendemo. Lampu sorotnya menyala bengis. Bagian muka truk telah merah oleh darah. Tetesan darah mengalir deras di bemper, menunjukkan sudah seberapa banyak korbannya.
Melihat truk ngebut ke arah mereka sontak para pendemo berteriak panik dan berlari makin kencang.
Empat Barakuda langsung mengejar dan menembaki truk tersebut dari kedua sisi dengan Browning M2 yang terpasang di atapnya. Dua mobil di tiap sisi. Anggota Geng Ular tidak mau kalah dan membalas tembakan.
“TA! TA! TA! TA!” suara senapan mesin saling bertukar peluru.
“Tang! Taratang! Taratatang” dentang peluru menghantam logam.
Mobil lapis baja milik polisi berlubang di sana-sini. Akan tetapi besi baja pelindung setebal 8 mm itu masih sanggup bertahan, meskipun under spec untuk memberi keamanan. Berbeda dengan truk peti kemas yang tanpa lapisan pelindung, seperti kardus. Truk itu menjadi bulan-bulanan peluru Brimob, mendesak penembak di dalam peti kemas hingga kewalahan. Selain itu Brimob juga roda ban untuk melumpuhkan truk itu.
DUAR! DUAR! DUAR! Suara keras beberapa ban pecah dan mengeluarkan asap. Namun truk itu tetap melaju meski terseok.
Sialnya tepat di jalur truk berdiri seorang anak perempuan berusia delapan tahun yang terlepas dari orang tuanya. Dia memeluk sebuah boneka kelinci sambil mewek. Raut wajahnya ketakutan saat menatap kendaraan raksasa itu yang hendak melumatnya. Sang supir truk maut menyeringai saat ia hendak mengambil satu nyawa lagi.
“Awas!” Seorang anggota brimob berlari ke arahnya dan hendak melemparkannya. Tapi waktu sudah tak memungkinkan, mereka berdua pasti akan mati.
Tiba-tiba saja terjadi gempa bumi dasyat. Tidak ada orang yang dapat berdiri tegak. Tembok-tembok retak. Tiang-tiang roboh. Tanah terbelah di mana-mana. Ukurannya juga tidak main-main bisa mencapai 20 meter. Salah satunya tepat melintang di dekat anak dan anggota Brimob itu. Truk besar itu yang sedang berkecepatan tinggi tak dapat lagi menghindar dan kejeblos ke dalam celah menganga. Kepala truk itu menghantam keras tepian bumi. “DUAAAK!” Kaca depannya hancur pecah berantakan. Daya hantamnya cukup untuk melemparkan anak kecil dan anggota Brimob yang hanya terpisah satu meter. Mereka berguling-guling di tanah dan selamat.
Darah parah korban mengalir masuk ke dalam retakan-retakan bumi itu seperti mulut yang sedang meminum darah korban kebiadaban Johny Iblis.
Kepolisian terus berjuang. Pertempuran di GBK berlangsung alot. Banyak korban berjatuhan dari pihak Brimob. Meskipun demikian pihak aparat berhasil unggul. Polisi baru berhasil melumpuhkan seluruh anggota Geng Ular menjelang tengah malam.
Polisi terus memburu Johny Iblis untuk meredam semua kegilaan ini dan mereka berhasil menemukannya di sebuah ruang bawah tanah tersembunyi. Namun dalam kondisi yang tak terduga.
Johny Iblis sudah mati, bersama dengan beberapa mayat anak buahnya. Polisi hanya menemukan satu orang yang hidup, yaitu seorang anak gadis berusia 10 tahun di ruangan itu. Anak itu tergeletak di tanah kesurupan.
Pembantaian masal di GBK menjadi berita utama di dalam dan di luar negeri. Topik itu terus hangat selama berminggu-minggu.
Berbagai opini bermunculan di tengah masyarakat. Sebagian mengkritik institusi kepolisian. Karena hanya segelintir orangyang berhasil selamat. Sebagian lagi merasa senang, karena menganggap pembantaian itu adalah azab dari Allah atas kemaksiatan.
Dari semua fakta dan informasi yang ada, sejumlah pertanyaan masih membingungkan pihak kepolisian:
Apa motif Johny Iblis membunuh begitu banyak manusia? Siapa yang membunuh Johny Iblis? Kenapa ada seorang anak kecil di ruangan bawah tanah itu, apa yang sedang ia lakukan? Mengapa ia hidup sementara yang lain mati? Ia satu-satunya saksi hidup. Tapi anak itu mengalami gangguan kejiwaan. Kondisinya tak memungkinkan untuk dimintai keterangan.
Tujuh tahun kemudian. SMAN 696. Sekolah macam anak tiri tak terurus. Temboknya dekil, cat mengelupas, cemong sana-sini dengan coretan grafiti di tembok luarnya, kayu kusen-kusen pintu dan jendela sudah pucat dan retak kena terik dan hujan, memohon untuk kena dempul dan pelitur lagi. Para murid berpakaian suka-suka. Yang adam kerahnya terangkat, kancingnya terbuka sedada, rambutnya mengkilap tersemir pomade. Sementara yang hawa, bajunya ketat-ketat, menonjolkan perbukitan kembar berdiameter rupa-rupa, roknya pendek-pendek, yang bila orangnya membungkuk, membuat kaum adam bersiul-siul mengagumi ciptaan Yang Maha Kuasa dengan gemas. Di sudut lain, asap putih rokok mengepul di anak tangga. Puntung-puntung rokok berserakan di lantai. Guru-guru yang lewat tak berani menegur mereka. Mereka hanya menatap sebentar dan geleng-geleng. Tatapan mereka pun dibalas dengan tatapan - “Apa loh lihat-lihat…” Guru-guru wanita yang terbilang masih muda mereka goda dengan siulan-siulan genit dan pandang
Linda sedang berada di ruang BK untuk mengurus izin untuk pulang lebih awal kepada Bu Lope. Guru BK yang badannya seperti jelly. Lemak-lemaknya tak dapat bersembunyi dari pakaiannya dan bergoyang-goyang memantul jika dia bergerak atau berjalan. Selagi keduanya berbicara, Linda mulai merasa menggigil. Uap putih keluar dari mulutnya. “Apakah kamu tak apa-apa?” tanya guru BK. Linda menatap ke atas ke arah pendingin ruangan. Tapi AC itu mati. Sementara di luar matahari juga bersinar cerah. Linda menggeleng merespon pertanyaan Bu Lope. Ia menghela nafas. Ia selalu mengalami kedinginan bila ada sesuatu yang tidak baik. Energi astral negatif yang kuat. Setelah ini biasanya akan ada kejadian yang tidak baik, cepat atau lambat. Bisa dikatakan mirip Spider-sense milik manusia laba-laba. Fitur khusus yang bisa merasakan adanya bahaya. Ia memiliki kelebihan ini sudah sejak kecil. Biasanya ia selalu menghindar dan tidak mau tahu. Kemampuannya ini membuat
Kekacauan di SMAN 696 memanggil orang nomor satu di sekolah turun gunung. Pak Juniadi, kepsek jangkung berkacamata dengan sigap mengelola keadaan, “Kumpulkan semua korban di gedung serba guna. Ruang UKS tak cukup. Berdayakan dokter kecil untuk pertolongan pertama. Telpon rumah sakit, minta ambulan. Pulangkan anak-anak lain agar jangan sampai jumlah korban, khususnya wanita, bertambah.” Ruang serba guna di area belakang sekolah. Gedungnya paling bagus, paling baru. Bisa menampung sekitar tiga ratusan orang. Tinggi langit-langitnya mencapai 4 meter. Fasilitas ini digunakan untuk acara kelulusan, peribadatan dan sebagainya. Pak Juniadi terlihat serius. Ada sekitar 50-an siswi yang mengalami kejadian aneh ini. Mungkin ini waktunya untuk wanita itu turun tangan lagi, pikirnya. “Panggil Ibu Florensia dan Laskar Rohani!” perintah Pak Juniadi. Seorang wanita tua bergegas menuju Ruang Serba Guna. Derap langkah sepatu seperti prajurit berbaris mengikut
Siswa dan siswi SMAN 696 tergesa-gesa meninggalkan sekolah. Mereka masih syok. Belum pernah dalam sejarah sekolah terjadi kerasukan aneh semacam itu. Di trotoar depan sekolah Linda menunggu angkot yang ke arah rumahnya. Ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Matanya terasa perih, kering dan gatal. Di rumah mamanya bisa memperbaiki kacamatanya. Tiba-tiba sebuah mobil BMW hitam berhenti di depan Linda. Gerung mesinnya berkata, “Milyarraann.” Aneh, mobil semewah itu berhenti di sini. Ini bukan sekolah anak-anak tajir. Ini SMAN 696. Satu kaca jendela pecah saja sebulan baru ganti. Kaca jendela mobil itu perlahan turun. Di dalamnya tampak om-om gemuk berjas coklat, kemeja putih dan kancingnya terbuka hingga sedada. Usianya sekitar kepala empat. Ia meneguk sekaleng bir dan "Ahhh…" Om-om itu mengangkat kacamata hitamnya. Bola matanya menelanjangi Linda dari atas hingga bawah. Ia mengangguk ke atas dan bertanya “Berapa neng sejam?” Deg! Li
Rumah kontrakan satu lantai dengan lahan taman kecil di sekelilingnya. Di sisi kiri rumah terdapat garasi satu mobil yang beralih fungsi menjadi bengkel. Penuh peralatan dan barang, namun tertata. Tidak ada yang aneh di bengkel yang gelap itu. Kecuali, sebuah bangku terbalik di tengah ruangan dan tepat di atasnya berayun tubuh seorang wanita. Kriet…kriet… suara tali mencekik lehernya. Usia wanita tersebut sekitar 40 tahunan. Ia mengenakan kaos putih berlapis celana panjang kodok denim. Tak jauh, cahaya mentari menembus kaca jendela, menyinari sebuah bingkai foto handmade dari besi, berornamen susunan gir. Frame itu bersandar di meja, membingkai momen indah wanita itu memeluk Linda remaja yang jutek. Ya, wanita itu tak lain dan tak bukan adalah…. Ceklek! Linda membuka pintu garasi. “Mama?!” pekiknya syok. Ia segera menyalakan lampu dan melempar tasnya. Linda berlari mendekat. Alisnya mengernyit. Ia perhatikan kondisi mamanya d
Tujuh tahun yang lalu. Di sebuah rumah sakit. Satu keluarga. Suami, istri, dan dua anak mereka terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tubuh mereka terbalut perban di sana sini. Alat bantu nafas, sensor detak jantung, infus dan instrumen lainnya terpasang di sekujur badan mereka. Mereka tak dapat bergerak banyak karena parahnya luka-luka yang diderita. Gegar otak, patah tulang, memar, luka potong, dan sebagainya. Tiga hari yang lalu, sang ayah, tipe laki-laki yang sayang keluarga, mengangkat pemukul baseball dan hendak meremukkan kepala istri dan anak-anaknya. Seperti mimpi buruk yang orang tak bisa terbangun darinya. Semua berawal dari putri mereka bermain jelangkung. Dan yang datang dan tak mau pulang adalah satu makhluk astral yang memiliki kesenangan mempengaruhi sesama anggota keluarga untuk saling membunuh. Kini pandangan mereka tertuju pada malaikat penolong mereka yang berdiri di dekat pintu. Seorang wanita paruh baya berkulit sawo ma
Pangkaslah batang dan daun tanaman sampai habis, selama akarnya masih hidup, berilah air, maka tunas-tunas baru akan tumbuh lagi.Siska, tetangga Millia berkencan dengan mantannya, Soni di kafe jalan Amboa. Cinta lama itu bersemi kembali. Sebuah cinta yang terlarang, karena sebuah cincin telah melingkar di jari manisnya. Perjumpaan keduanya di mal empat bulan yang lalu, mengawali perselingkuhan mereka.Perpisahan Siska dan Soni bukan karena saling benci, melainkan karena tidak mendapat restu dari kedua orang tuanya. Bagi ayah dan ibu Siska, Soni bukanlah tipe laki-laki yang bertanggungjawab. Terlalu liar dan masih ingin berenang-senang, kata mereka. Namun bagi Siska, Soni adalah pria yang telah mengambil mahkota keperawanannya. Ia adalah pemilik hatinya.Orang tua Siska memperkenalkan Hans kepada Siska, seorang pria yang konservatif, kaku, mementingkan keamanan dan kepastian. Ciri-ciri laki-laki yang setia dan lebih menjamin di mata kedua orang tua Siska.
Kembali ke masa sekarang. Waktu menujukkan jam sembilan malam. Suasana sudah gelap, dan terdengar suara jangkrik mengirik.Kamar tidur Linda, dua kamar kecil yang bergabung jadi satu. Kamar yang satunya berasal dari hibah mamanya, karena tidak terpakai. Jeni lebih memilih tidur di dalam lemari ala Doraemon.Kamar anak perempuan remaja biasanya terpajang pernak-pernik yang manis dan lucu, foto-foto berisi momen-momen bahagia bersama keluarga atau teman di dinding, mungkin juga beberapa poster artis KPOP, dan di rak bukunya berbaris novel-novel romantis, atau chicklit. Akan tetapi Linda berbeda. Ia menggantung samsak 25 kg pada bracket besi yang terpasang di dinding kamarnya. Di tempat tidurnya tergeletak buku non fiksi “Portal Dunia Gaib.” Dan satu-satu foto yang ada di kamarnya adalah foto saat dia masih kecil bersama Jeni dan Millia, terbingkai dalam frame putih polos di meja. Kamar Linda nampak remang-remang. Hanya mengandalkan caha
Kedua bibir Mbah Moen mengatup rapat, alisnya mengernyit, matanya menatap lekat mayat istrinya yang hancur untuk terakhir kali. Suami mana yang tak pedih melihat tubuh istrinya dikoyak-koyak tanpa hormat. Keparat! Akhirnya ia berbalik dan pergi. Tak ada yang bisa ia lakukan. “Hei! Mau kemana kau!?” hardik si Janggut melihat Mbah Moen melarikan diri. “Jangan pergi sebelum kau kasih tahu rahasiamu!” Amarah Mbah Moen berkobar seperti hutan rimba kebakaran akibat terik. Ia menyalahkan dirinya atas ketidakmampuan menyelamatkan istrinya. Semua itu harus ia tebus dengan penghukuman diri. Berlari Mbah Moen ke atas gunung secepat mungkin. Tapi langkahnya berat seperti tergandul bola besi. Nafasnya terengah-engah tak seperti biasa. Akibat perkara dunia memenuhi relung hatinya.
Meskipun dalam keadaan sekarat Mbah Asih masih bisa mengenali ekspresi suaminya. Mata yang teralih ke sana kemari, berfokus hanya kepada pendengarannya seakan ada suara datang dari berbagai arah. Setan laknat itu pasti sedang menggoda suaminya. Setan terkuat Gunung Wijen dikunci di dalam kerajaan gaibnya sendiri oleh Mbah Moen. Bukan karena Mbah Moen lebih kuat darinya melainkan makhluk itu telah salah langkah hingga terjebak. Sejak itu sosoknya tak dapat pergi meninggalkan kerajaannya sendiri. Namun demikian ia masih bisa melakukan kontak batin dari kejauhan dan kekuatannya masih bisa sedikit menggapai keluar. Itu alasan Mbah Moen mencegah orang-orang untuk naik ke gunung ini. Agar tidak ada manusia terjebak jeratan tipu muslihatnya yang sehalus jaring laba-laba dan menggoda hati manusia yang lemah. Hati yang haus dengan keinginan-keinginan yang tak tergapai. Selayak air menggoda kerongkongan yang kering. Bertetangga dengan makhluk astral semacam itu
“Selamatkan bayiku,” mohon ibu itu, mengangkat anaknya kepada Mbah Moen dengan gemetar. Kengerian tergurat di wajahnya, mengetahui kemungkinan anaknya tak kan hidup sampai esok hari. Ia tak peduli lagi dengan nyawanya. Asal buah hatinya selamat. Mbah Moen memandang bayi yang tak berdaya itu. Ia mengernyit, menghela nafas. Tak tega, tapi ia tidak mau turut campur dengan prahara dunia yang fana. Ia tak suka hatinya mendapat beban dilema seperti ini. “Anak yang tampan,” kata si Janggut dari belakang. Suara itu membuat adrenalin ibu itu banjir deras, matanya melotot lebar, alisnya mengernyit, jantungnya berdebar keras melihat tangan “malaikat pencabut nyawa” itu perlahan mencengkram kepala anaknya. Raut wajahnya semakin jelek melipat, seperti orang dipaksa meminum sesuatu yang sangat pahit. Air matanya berurai.
Mbah Moen, seorang juru kunci Gunung Merapi Wijen. Tubuhnya kurus kering. Tulang pipinya menonjol. Tingginya sudah menyusut lantaran usia. Bibirnya selalu tersenyum, seperti orang yang sudah tak memiliki beban hidup. Pekerjaan sehari-hari Mbah Moen menutup portal-portal gaib yang sering terbuka sebagai jalan masuk makhluk astral negatif ke gunung tersebut. Bila ada makhluk yang berhasil lolos, Mbah Moen akan menangkapnya dan menguncinya di satu tempat hingga tak bisa kemana-mana mengganggu. Mbah Moen sebagai seorang ahli kebatinan yang sensitif dapat merasakan energi negatif dari Hutan Terlarang yang melalang buana ke seluruh penjuru. Ia memukul-mukul tengkuknya yang terasa penat. Badannya kaku tidak enak akhir-akhir ini. Padahal sudah bertahun-tahun dia tidak pernah sakit. “Sini aku pijitin,” kata Mbah Asih, istrinya. Jari-jari tua keriput dengan ruas tulang jari menonj
Setan Kebaya Merah kembali bersemayam di Hutan Terlarang. Dari sana ia mengirimkan sinyal ke seluruh penjuru nusantara, mengundang orang-orang untuk datang. Mereka yang mengolah ilmu kebatinan pasti dapat merasakan denyut panggilan misterius yang menjalar di alam raya. Terasa begitu menggairahkan bagi mereka pencari kekuatan, namun meresahkan bagi mereka yang menginginkan kedamaian. Bencana gonjang-ganjing akan datang tak lama lagi. Hutan Terlarang. Hutan rimba misterius mistis. Hutan yang memiliki kesadaran. Siapa pun yang masuk akan tersesat berhari-hari. Kiri jadi kanan, kanan jadi kiri, depan jadi belakang, belakang jadi depan. Jauh dekat semua serba terbalik. Segala sensasi indera menipu. Tidak ada satu pun yang bisa dijadikan petunjuk di hutan itu. Masuk ke sana sama saja mati. Datang berombongan juga tak berguna. Hutan itu akan mencerai-beraikan. Teman
Di luar telah gelap. Rembulan enggan keluar. Nenek Min sedang berduka di rumah petaknya. Hanya suara jangkrik yang menemani di luar jendela. Ia duduk di depan meja. Di atasnya terdapat sebuah celupak — alat penerangan dari tanah liat berbahan bakar minyak kelapa dan minyak jarak. Api menyala di ujung sumbunya yang berbaring di cerat. Cahaya kuningnya menerangi ruangan remang-remang. Lidah api itu sedikit menari-nari, seakan mencoba menghibur wanita tua di hadapannya. Mata Nenek Min memandang ke api, cahaya itu menariknya dalam lamunan.Dua hari lalu rombongan Gatuk kembali dari pengejaran. Di belakang kudanya tergeletak tubuh Anggini yang diseret pakai tali. Kebaya merahnya compang-camping, kotor dengan darah dan debu. Wajah dan tubuhnya penuh luka beset dan baret. Rambutnya acak-acakan. Bahkan batang hidungnya sudah tak ada. Sama sekali tak terlihat, kalau dulunya ia seorang ratu sebuah negeri. Hati Nenek Min hancur melihat kondisi Anggini. Gatuk dengan bangga memperto
Pada tengah malam, Anggini dan Nenek Min menggali kuburan Zanna yang masih basah. Mereka masuk ke dalam liang, membongkar papan-papan penutupnya. Mayat anak itu sudah membengkak dan mengeluarkan bau busuk dari dalam kain kafan. Tubuhnya melunak. Darah dan cairan lain keluar dari tubuhnya. Anggini menutup hidung dan mulutnya dengan kain untuk mengurangi bau. Kemudian ia membungkus Zanna dengan kain pelapis tambahan. Kemudian Nenek Min membantu meletakkan mayat Zanna ke punggung Anggini, sambil Anggini mengikatnya ke tubuhnya dengan tali. “Aku akan pergi ke rumah orang tuanya, mempertemukan Zanna dengan keluarganya, dan menyerahkan obat ini.” “Ini gila, Anggini” Anggini memeluk Nenek Min, “Aku akan mewujudkan impian anak ini. Doakan agar aku berhasil.”
Anggini tanpa daya diseret-seret ke rumah penyiksaan Patah Arang.“Jangan, jangan bawa saya ke sana!” mohon Anggini ketakutan. Ia meronta-ronta, melawan, menahan sebisanya. Ia tak ingin kembali ke tempat itu. Rasa ngeri membuatnya gemetar.Tapi ia tak berdaya diseret dua laki-laki kekar ke sana. Rasa takutnya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Setibanya mereka di rumah penyiksaan. Gatuk membuka sebuah kotak yang berukuran kecil, kurang lebih setengah badan wanita rata-rata. Terakhir kali Anggini melihat seorang wanita disiksa dan meninggal di dalamnya.“Masukkan dia ke dalam situ!”Anak buah Gatuk memaksa Anggini untuk menekuk tubuhnya, meringkuk seperti bayi dalam rahim agar ia bisa dimasukkan ke dalamnya. Baru setelah itu peti itu ditutup dan dikunci. Cahaya obor menembus sebuah lubang kecil yang berfungsi sebagai saluran udara. Tubuh Anggini hampir sama sekali tak bisa bergerak. Nafas terasa tidak nya
Hari istimewa tiba. Zanna berulang tahun. Anggini telah menyiapkan sebuah kejutan kecil untuknya. Dua buah gelang tembaga berbentuk Bunga Gladiol. Gladiol berasal dari kata Latin, Gladius yang berarti pedang. Umumnya dikenal sebagai Bunga Bakung. Bermakna ketulusan, kemurahan hati, serta pendirianteguh. Anggini sengaja memilih bunga itu sebagai simbol asa Zanna meraih mimpi, menembus segala rintangan yang ada dengan kedua tangannya, diiringi kerendahan hati dan tetap setia pada jati dirinya. Selain itu bunga itu biasanya mekar di bulan Agustus. Pas dengan bulan kelahiran Zanna.Anggini sudah tak sabar untuk menghadiahkan gelang itu, tapi ia menunggu waktu selesai bekerja. Agar ia, Nenek Min dan Zanna benar-benar dapat menikmati momen bersama itu dan membu