Rumah Kakek

Rumah Kakek

last updateLast Updated : 2021-10-06
By:  Honey LemonOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
8 ratings. 8 reviews
17Chapters
3.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

(Berdasarkan kisah nyata) Dara cukup sedih saat rumah mendiang Kakek nya pernah dicap sebagai rumah angker. Karena bagaimanapun juga rumah itu merupakan rumah masa kecil Dara dan adik adiknya. Namun, ia pun tak bisa menampik kalau rumah itu memang sangat menyeramkan! 16 tahun berlalu kini Rumah Kakeknya telah berubah dan di renovasi. Akan tetapi, masih banyak teka teki yang tidak ia ketahui tentang rumah itu. "Sebenarnya .. Sosok apakah yang sering mengganggu kami saat kecil dirumah itu? Apakah sekarang 'mereka' masih ada disana? Haruskah aku kembali untuk mengungkap misteri tentang Rumah Kakek??"

View More

Chapter 1

Pemandangan Berbeda

Aku memandang kembali bangunan kokoh yang berdiri di hadapanku, kedua orang tuaku sudah mendahului dengan om Agung, tante Eva dan mamang Danu.

Rasanya cukup ragu untuk kembali memasuki rumah ini, setelah bertahun-tahun aku memiliki kenangan buruk mengenai tempat di mana nenek dan kakekku pernah tinggal.

"Dara, kok malah bengong?” sapa om Agung menghampiriku.

Aku tersenyum kecut dan mengangguk dengan segan. Gina, sepupuku segera menarik tangan untuk mengelilingi rumah yang baru saja direnovasi tersebut.

Adikku, Tasya dan Robi, entah sudah merambah hingga ke mana. Rumah besar berlantai dua ini memang sangat luas dan menjadi lebih mewah dari sebelumnya.

Om Agung menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk memugar kembali menjadi bangunan baru dan tidak ada lagi kesan ‘suram’.

“Dua belas tahun aku pernah di sini, kayaknya semua baru terjadi kemarin,” gumamku sembari menebarkan pandangan ke seluruh ruangan, sementara berdiri di tengah, ruang keluarga.

“Emang bener, ya, Kak?” tanya Gina sembari berbisik.

Aku menoleh padanya. “Tentang?”

Gina menelan ludah dan merapatkan tubuhnya hingga memeluk lenganku.

“Kalo rumah ini angker?” ucapnya lirih.

Aku hanya melempar senyum samar. Jika kukatakan tentang berbagai pengalaman yang cukup meninggalkan mimpi buruk, pasti Gina, sepupuku, sudah hengkang kaki dan berteriak pada ibunya, meminta agar cepat pulang.

“Tergantung cara pandang kamu. Mungkin karena dulu aku penakut, makanya sering ngalamin kejadian konyol,” jawabku terkesan diplomatis.

Gina meringis dan tidak begitu saja percaya dengan penyataanku.

Entah kenapa, meski sudah mengalami banyak perubahan, aku masih merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuatku cemas sekaligus gelisah saat ini. Terdengar suara dari arah dapur, tante Eva, yang meminta kami melihat kamar di lantai dua.

Gina memohon kami semua untuk mengunjungi setiap ruangan. Dengan sedikit enggan, aku menaiki anak tangga, menyusul Gina yang sudah berlari lebih dulu.

Kakiku menapaki satu persatu, tapi bunyi derak aneh yang tidak seharusnya terdengar dari tangga yang terbuat dari batu dan semen, kini terdengar. Aku menoleh ke bawah, lalu kembali mendonggakkan kepala ke arah atas.

Aku benar-benar tidak ingin ke atas sana!

Bayangan itu masih melekat di kepalaku. Kini keringat dingin mulai muncul dan kakiku semakin berat melangkah.

Oh Tuhan, apa yang aku lakukan sekarang? Benarkah rumah ini tidak lagi menyimpan kengerian di masa lalu dulu?

Sebenarnya, banyak sekali perubahan pada rumah ini yang membuatku takjub. Walaupun sudah sah dimiliki oleh om Agung, aku tetap menyebut rumah ini sebagai Rumah Kakek. Entah mengapa, karena memori yang ada di rumah ini sangatlah kuat. Suka, duka bahkan hal menegangkan pun aku alami juga di sini.

Rumah ini benar-benar luas..

Garasinya bisa muat empat sampai lima mobil, walaupun area ruang tamu diperkecil, namun ruang keluarga kini diperbesar, ada pula dapur bersih dan kotor. Itu masih di lantai satu, belum lagi di lantai dua, ada lima kamar tidur di rumah ini. Ditambah dengan dua kamar kecil yang salah satunya untuk karaoke keluarga dan kamar untuk asisten rumah tangga.

“Hebat euy, Gung. Jadi keren begini rumahnya,” ucap ayahku.

“Siapa dulu dong, Agung. Hahaha,” balas om Agung berbangga diri.

“Walaupun fisik rumah ini sudah berubah, tapi kenangan di sini takkan pernah terlupakan, ya. Banyak kenangan orang tua kita disini,” ibuku menambahkan.

Ayah, Ibu, dan anggota keluargaku lainnya saling merangkul satu sama lain yang membuat suasana semakin haru. Mendengar ucapan ibu, aku jadi teringat saat aku berkunjung beberapa tahun lalu sebelum rumah ini direnovasi.

Masa kecilku banyak dihabiskan di sini sampai setidaknya aku menamatkan sekolah dasar di umur dua belas tahun. Tiap kali aku berkunjung setelah tak tinggal lagi di sini, salah satu temanku pernah berkata,

“Dara, sekarang rumah kamu terkenal angker di komplek ini, loba jurig!”

Jujur, mendengar ucapan itu aku cukup sedih karena bagaimanapun juga, ini rumah mendiang kakek dan nenek yang sangat kusayangi. Aku hanya bisa terdiam tanpa kata sembari memberi senyum kecut saat mendengarnya. Bagaimana bisa rumah ini jadi di kenal dengan rumah hantu?! Gumamku kesal.

Tapi, aku tidak pernah menyampaikan hal itu pada sepupu atau keluarga besarku. Yang tau persis tentang kejadian-kejadian aneh di rumah ini hanyalah keluarga intiku saja. Karena, kami yang terakhir tinggal di rumah ini dengan rentan waktu yang cukup lama. Sebelum menjadi moderen seperti sekarang, sebenarnya bangunan dan model rumah ini tidaklah buruk atau menyeramkan. Hanya saja semua kejadian aneh muncul setelah sepeninggal kakekku.

Pamanku juga sempat tinggal sebentar bersama kami di rumah ini, namun karena kesibukanya kuliah, terkadang ia tak pulang ke rumah, ia adalah paman yang biasa ku panggil mang Danu.

Apakah dia tau tentang sesuatu dirumah ini? Aku tak yakin, karena saat itu ia tak pernah berbicara apa pun mengenai rumah ini.

“Hayu, kita foto-foto dulu! Habis itu, ntar Om traktir bakso si Mas Bejo!” ucap om Agung.

“Asyiiik! Kangen pisan euy sama bakso Mas Bejo! Kira-kira, dia masih inget sama aku nggak, ya?”

“Pasti inget atuh, kan masa kecil kamu teh di sini, Dara.”

Selepas mendokumentasikan beberapa foto, kami keluar rumah dan bertemu para tetangga, mereka masih sama seperti dahulu. Baik, ramah dan peduli semasa aku masih tinggal di sini.

“Wah, Wah, pantesan meni rame di luar. Ternyata, ada rombongan keluarga Pak Sutrisno di sini,” tutur pak Darman yang menyapa kami sesaat akan meninggalkan rumah.

Ia adalah tetangga yang rumahnya tepat bersebelahan dengan rumah kakek. Kedua rumah ini sama-sama di posisi yang menghadap ke jalan besar atau jalan utama. Jika dibayangkan, dua bangunan ini berada di persimpangan jalan yang berbentuk letter L. Kebanyakan orang menyebut rumah kakek dan pak Darman adalah rumah tusuk sate.

Yang konon katanya, posisi ini tidak baik untuk sebuah rumah karena akan mendatangkan hal-hal buruk nantinya. Jadi, selain sempat terkenal angker, nama Sutrisno yaitu nama belakang kakekku sempat menjadi buah bibir di komplek perumahan ini karena mitos tusuk sate tersebut.

“Kumaha damang, Pak? Sehat?” tanyaku pada pak Darman.

“Sehat, kamu gimana? Udah pada gede, euy. Udah lama nggak ketemu, tau-tau udah sebsar ini. Jadi inget waktu kalian masih kecil-kecil,” balasnya dengan tertawa kecil.

“Iya, Pak. Aku juga nggak nyangka bisa liat rumah ini lagi dengan pemandangan yang udah jauh berbeda dari yang dulu.”

“sekarang, suara-suara aneh itu kayaknya udah jarang terdengar lagi, Neng. Nggak tau, ya takutnya bapak salah, soalnya bapak juga jarang di rumah, sih,” cerita pak Darmak Darman.

Perubahan rumah ini tak hanya membuat keluarga kami saja yang bahagia, para tetangga pun merasakan hal yang sama. Kini, rumah ini sudah siap ditempati kembali.

“Gina, aku rasa rumah ini sudah nggak ada hawa negatif lagi. Aku nggak tau tapi hatiku berkata seperti itu.”

“Baguslah kalau gitu, Kak. Tapi, kalau Kakak dikasih kesempatan untuk tinggal di sini lagi, apa Kakak mau?” tanya Gina padaku.

“Hmm …. Kayaknya sih, nggak mau .”

“Loh, kok gitu, Kak?”

“Nggak apa-apa, hanya saja walaupun secara fisik sudah berubah, namun kejadian-kejadian itu masih terbayang-bayang di pikiran dan takut mendatangkan sugesti buruk padaku, dan aku nggak mau itu terjadi.”

Entah aku yang berlebihan atau memang begitu adanya. Memang benar, kalau kenangan di rumah ini sangat menyeramkan sampai menimbulkan trauma di usiaku yang sekarang sudah beranjak dewasa .

“Memangnya, semenyeramkan itukah untuk Kak Dara sampai kaka tidak mau lagi tinggal di sini?” tanya Gina.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ayunina Sharlyn
asyik, enak dibaca. lanjut kak
2021-12-04 20:24:36
0
user avatar
HeNov
Mesti masuk list ini
2021-12-04 19:35:20
0
user avatar
Kristina Yovita
Sy suka bacaan misteri, lanjoottt
2021-12-04 19:02:16
0
user avatar
FAI
seru, tapi ini udh ga update ya?
2021-11-29 12:01:41
0
user avatar
Theresia Rini S
Aku nunggu eksekusi berikutnya. Dari awal sudah merinding disko!!!
2021-09-24 18:38:48
0
user avatar
Key Nara
pertama lihat blurb, penempatan katanya mantul. Narasi yang digunakan penulis juga gak bikin pembaca bosan. Konflik utama sepertinya bakal belibet, ini yang jadi daya tarik terbesar sepeetinya. Semangat teruss, kak. lanjutttt......
2021-09-24 13:55:16
0
user avatar
athena_vivian
oh, myyyy...horor..kenapa kalo rumah tua itu selalu menyeramkan
2021-09-24 10:35:48
0
user avatar
Ayunina Sharlyn
wah, seru dan mulai serem. lanjut thor ...
2021-09-16 22:38:49
0
17 Chapters
Pemandangan Berbeda
Aku memandang kembali bangunan kokoh yang berdiri di hadapanku, kedua orang tuaku sudah mendahului dengan om Agung, tante Eva dan mamang Danu. Rasanya cukup ragu untuk kembali memasuki rumah ini, setelah bertahun-tahun aku memiliki kenangan buruk mengenai tempat di mana nenek dan kakekku pernah tinggal. "Dara, kok malah bengong?” sapa om Agung menghampiriku. Aku tersenyum kecut dan mengangguk dengan segan. Gina, sepupuku segera menarik tangan untuk mengelilingi rumah yang baru saja direnovasi tersebut. Adikku, Tasya dan Robi, entah sudah merambah hingga ke mana. Rumah besar berlantai dua ini memang sangat luas dan menjadi lebih mewah dari sebelumnya. Om Agung menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk memugar kembali menjadi bangunan baru dan tidak ada lagi kesan ‘suram’. “Dua belas tahun aku pernah di sini, kayaknya semua baru terjadi kemarin,” gumamku sembari menebarkan pandangan ke seluruh ruangan, sementara berdiri di tengah, ruang
last updateLast Updated : 2021-08-11
Read more
Masa Kecil : Suara Misterius
Jika aku mengingat kejadian dulu, terkadang aku tertawa seorang diri sekaligus takut di saat yang bersamaan. Hal lucu yang kuingat adalah, saat itu aku hanyalah seorang anak kecil biasa yang sedang menjaga adik-adiknya di rumah dan tidak tau sama sekali tentang hal-hal yang berhubungan dengan mistis. “Dara, Ayah dan Ibu pergi kerja dulu, ya? Tolong jaga adik-adikmu.” “Siap, Bu!” seruku. “Tasya, kamu bantu kakakmu ya?! Jangan nakal dan bantu Kak Dara jaga Robi,” perintah ibu. “Iya, Bu. Hmm …. Bu, pulangnya bawa makanan, ya?!” celetuk Tasya dengan menunjukkan senyum manja. “Iya, doain kerjaan ibu sama ayah lancar, ya? Biar bisa bawa makanan passulang nanti,” balas ibu seraya mengusap kepala kami. Sedikitnya, aku sudah diajari tentang bagaimana menjaga keamanan di rumah dan mengasuh adik-adikku saat ayah dan ibu pergi bekerja. Contohnya, seperti menyalakan lampu di luar rumah saat hari mulap gelap, mengunci pintu, dan juga menyiapkan maka
last updateLast Updated : 2021-08-14
Read more
Cerita Orang
“Oh, jadi itu awal mulanya. Ah, itukan cuma suara saja, Kak. Bisa jadi, itu beneran tikus seperti kata om Farhan. Iya kan, Om?” tanya Gina pada ayahku. Ayah hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Gina sambil meminum secangkir kopi. “Ih, itukan baru permulaan, Gin! Masih ada cerita selanjutnya yang lebih aneh. Lagi pula, mana ada suara tikus berlari dengan suara sekeras itu. Aku bahkan ingat sekali sampai sekarang jelasnya suara itu,” jelasku pada Gina. “Terus, kelanjutannya bagaimana?” “Lebih baik, makan baksonya dulu Neng Gina, Neng Dara …. Keburu dingin, nanti kan bisa lanjut cerita lagi,” ucap mas Bejo memotong pembicaraan kami. “Benar juga kata Mas Bejo. Eh, tapi penasaran deh. Kita sambil cerita-cerita aja, ya. Waktu Mas sering berjualan keliling komplek, pas lewat rumah kakek pernah mengalami sesuatu atau kejadian aneh nggak?” tanyaku penasaran. “Yaa …. Kalau dulu sih pernah, terutama pasca almarhum Pak Sutrisno sudah ndak ada
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more
Masa Kecil : Benda Aneh
Hari yang dinanti pun tiba. Kami memanfaatkan hari libur ini dengan membersihkan rumah bersama. Aku mendapat bagian membersihkan area ruang tamu. “Dara, kamu sapu dan pel bagian ini, ya? Cukup sampai ruang tamu saja, ruang tengah biar jadi bagian Tasya supaya dia bisa belajar beres-beres rumah.” “Siap, Bu!” sahutku. Aku menyapu semua sudut ruangan serta kolong meja dan kursi. Banyak sekali debu yang sudah menggumpal di sana. Ketika aku tarik sapu dari kolong kursi, aku melihat sesuatu yang cukup aneh. Seperti plastik namun rapuh, warnanya transparan dan sedikit kekuningan dengan bentuk yang panjang walaupun sudah ada beberapa bagian yang koyak karena sudah terbalut debu. “Tasyaaa! Kalau jajan, buang sampah ke tempatnya dong! Jangan di taruh di mana saja, ini ada bekas makananmu di kolong kursi!” teriakku kesal. “Iya, Kak. Maaf, tapi aku nggak buang sampah ke situ kok, Kak.” Tasya tertunduk menghampiriku. “Lalu, ini apa?! Duh, sudahlah.
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more
Teka Teki
“Jahat banget, ih Kak Dara! Aku inget banget kejadian itu, Kakak malah tidur lagi, jadinya terpaksa aku tidur padahal haus banget,” keluh Tasya ketus. “Hahahaha, habisnya aku juga takut, Tas. Menurut kamu, Kakak berani? Hahaha,” jawabku sambil tertawa geli. “Kalau kamu, Robi. Masih inget nggak sama kejadian kamu ngamuk-ngamuk itu?” tanya Gina pada Robi. “Engga, Kak.” “Pasti lah Robi nggak bakalan inget, dia kan masih kecil. Aku juga sama, masih anak-anak. Jadi sama takutnya saat itu,” ucapku memperjelas. “Terus, apa sekarang Kakak tau penyebab semua kejadian misterius di rumah itu?” “Nggak tau, sih. Sekilas, emang pernah dengar penyebabnya dari opini orang-orang, tapi masih simpang siur.” “Kayaknya seru kalau kita mecahin misteri ini, kaya di film-film gitu, hehe,” ujar Gina terlihat antusias. “Ada ada aja kamu, Gin. Tapi, kamu harus denger dulu semua cerita dari berbagai sumber tentang rumah itu, baru kita nyimpulin se
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more
Masa Kecil : Sang Pemilik Datang
“Perkenalkan ini Teh Nining, dia yang akan menjaga kalian selama ibu dan ayah bekerja. Jangan pada nakal, ya?!” Perempuan itu tersenyum manis pada kami. Ia terlihat masih muda, umurnya sekitar dua puluh sampai dua puluh tiga tahunan. Ia mengenakan kaos polos dan celana kain, dengan rambut panjang setengah punggung yang diikat kepang. Kami mengobrol banyak dengan teh Nining. Sejauh ini, ia terlihat baik dan ramah. Kalau dilihat dari raut wajahnya, untuk kesan pertama melihat kondisi kami dan keadaan rumah ini, ia cukup nyaman tanpa ada ekspresi ketidaksukaan. “Ning, kamar kamu di sini, ya. Kamu tidak harus memasak, kamu hanya fokus untuk menjaga anak-anak saja dan boleh juga kalau kamu mau sedikit membersihkan rumah,” perintah ibu. “Muhun, Bu.” Ibu menempatkan teh Nining di kamar paviliun yang bersebelahan dengan ruangan sumur Sebenarnya, itu bukanlah kamar. Hanya saja, ruanganya cukup luas dan bisa untuk difungsikan sebagai kamar tidur.
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more
Masa Kecil : Apa Maumu!?
“Seperti apa wajahnya, Nak?! Jelaskan pada Ibu!” “Yang Tasya ingat, semula wajahnya seperti Teh Nining. Namun, saat sampai di atas, wajahnya berubah menjadi hi-hi-hitam dan ma-tanya merah menyala ….” Di saat Tasya menjelaskan sosok menyeramkan itu, tiba-tiba tubuhnya terkelulai lemas dan ia tak sadarkan diri. Kami semua panik, ibu segera menelepon ayah. Badan Tasya menjadi panas dan suhunya mencapai tiga puluh sembilan derajat celcius dan masih dalam keadaan pingsan. Kami masih menunggu kehadiran ayah yang tak kunjung datang. Ibu memutuskan untuk tidak memberitahu atau meminta tolong pada siapa pun karna akhir-akhir ini ia merasa sudah banyak merepotkan banyak orang. Malam itu suasana benar-benar mencekam, aku menahan tangis karena takut melihat kondisi adikku yang seperti ini. Syukurlah beberapa saat kemudian, perlahan Tasya mulai membuka matanya, gelisah yang menghampiri kami setidaknya berkurang sedikit saat ini. “Bu, to-tolong usir dia, Bu
last updateLast Updated : 2021-08-18
Read more
Masa Kecil : Teh Nining
Mang Danu dan ayah sudah pergi sejak tadi pagi entah kemana. Setelah tadi malam keduanya berdebat dan dilerai oleh kang Duloh, akhirnya mereka berdamai dengan sebuah kesepakatan. Kami yang masih trauma karena kejadian semalam, memutuskan untuk menginap di rumah salah satu tetangga yaitu, rumah bu Popon. “Percaya ka Danu, A Farhan. Danu siga kieu sanes dihaja. Insya Allah solusi ieu berhasil. ” Sedikitnya, itulah pembicaraan yang terdengar antara ayah dan pamanku itu. Untung saja, kondisi Tasya sudah lumayan membaik walaupun ia sempat mengigau tak jelas saat tidur. “Neng Dara, Tasya, Robi kalau ada apa-apa bilang sama Ibu dan tidur di sini, jangan sungkan,” ajak bu Popon pada kami.  “I-iya, Bu. Dara nggak berani cerita karena takut merepotkan. Lagi pula sekarang udah ada teh Nining yang menjaga kami.” “Ah, siga ka saha wae atuh, Neng. Kalian kan sudah lama di sini. Terutama, Ibu juga kenal baik dengan almarhum Pak Sutrisno. Kalian sudah Ib
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more
Masa Kecil : Benda Pelindung Diri
“Selamat malam para pendengar setia Radio Gordan FM, kembali lagi dengan saya, Rizki Alamsyah dalam siaran ‘Cerita Misteri' . Pada malam jum'at kali ini, cerita akan berasal dari salah satu rumah di daerah Bandung Timur. Bersama kami, telah hadir Bapak Farhan selaku pemilik rumah dan juga Pak Haji Asep sebagai tetangga sekaligus saksi dari beberapa kejadian misteri di rumah ini. “ Suara sang penyiar yang cukup familiar di telingaku terdengar lebih bagus saat mendengarkannya langsung. Sebenarnya, sesekali aku pernah mendengar siaran ini bersama mang Danu tetapi tak pernah selesai karena takut. Aku tak menyangka kalau saat ini rumahku sendirilah yang akan diangkat ceritanya. “Bu, aku kaya lihat teh Nining di luar,” bisikku pada ibu di sebelahku. “Mungkin kamu salah lihat, Nak. Ibu sudah sms bu Popon untuk menjaga adik-adikmu. Kamu jangan berisik, ya? Banyak berdoa saat siaran berlangsung,” tegas ibu. Setengah jam berlalu ayah sudah menceritakan semua ke
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more
Masa Kecil : Jambrong
“Akhirnya, ketemu juga jimat sialan ini!” racau ayah yang suaranya terdengar olehku. “Eh, tong asal ngomong, Farhan! Pamali!” tegur pak Asep. Aku paham mengapa ayah sangat kesal sekaligus senang saat menemukan jimat itu. Aku pun tak menyangka jika teh Nining ada hubungannya dengan semua ini. Seseorang yang ku anggap sebagai malaikat penjaga, ternyata menyimpan keburukan di baliknya. Setidaknya, itulah yang ada dalam benakku pada wanita yang menjaga aku dan kedua adikku itu. “Baiklah. Sekarang, kita hanya perlu bicara pada Nining. Ia pasti lebih tau tentang jimat ini. Bu Ambar, bisa tolong panggilkan Nining ke sini?” papar kyai Usman. “Ba-baik, Kyai. Dara, kamu tunggu di sini sebentar sama Mang Danu, ya? Ibu jemput teh Nining sebentar,” ucap ibu pada kyai Usman beriringan dengan bicara padaku. “Oh ya, Pak Farhan. Para kru akan pulang duluan, saya di sini ditemani oleh Rizki saja, dia membawa kamera pribadi untuk dokumentasi bilamana nantinya di
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status