Setelah berbincang dengan sang ayah, Brahma bergegas menemui adiknya di dapur. Ia melihat Arimbi asyik menyantap kue kering. Anak laki-laki itu juga berbisik pada adiknya, “Dewasa nanti kamu jadi artis saja ya.”Arimbi tertawa pelan mendengar ucapan sang kakak. Lantas keduanya saling menepuk tangan di bawa meja. “Kerja sama yang bagus ya, Kak,” sahutnya.Brahma mengembalikan telepon genggam pada Rosalyn. “Ma, ponselnya aku taruh di atas meja ya.”Rosalyn menolehkan kepala lalu menjentikkan ibu jari sembari tersenyum.Meskipun musim dingin, hunian ini terasa hangat sebab Tuan Jack dan Feli selalu menemani Rosalyn. Sekarang Feli membantu wanita itu memasukkan adonan kue ke dalam oven. Sedangkan Tuan Jack duduk di depan Brahma dan Arimbi.“Kamu serius mau melakukan itu?” bisik Feli.“Ya Bibi. Aku harus memanfaatkan waktu selagi Dewa tidak ada di sini.” Rosalyn menatap dalam kekhawatiran yang terlukis pada wajah Feli. Ia melanjutkan, “Bibi jangan mencemaskan apa pun ya.”Feli terdiam engga
“Aku bukan dermawan, Kevin!” tolak Dewa. Ia tidak mau menerima usulan atau alasan apa pun.Kevin Keller memandang bengis kepada Dewa. Pria itu mengepalkan tangan dengan kuat hingga buku jarinya memutih … tetapi mendadak mengeluarkan air mata. Dengan suara nyaris tenggelam, Kevin mengungkapkan keinginannya, “Izinkan anakku lahir ke dunia.”Seketika Dewa bertukar pandang bersama Fabian. Sorot mata keduanya menyiratkan banyak makna.Dewa mengangguk. “Baiklah. Tapi dia dalam pengawasanku!”Terpaksa Kevin mengiakan dan tidak mendebat lagi. Bagi pria itu paling penting buah hatinya lahir dengan selamat. Mengingat pengkhianat Vinsensia, Kevin tidak peduli lagi pada masalah yang menimpa perempuan itu.**Kala ini Rosalyn sedang berbaring di atas brankar. Ia menjalani pemeriksaan ulang guna mendonorkan sel sehat untuk Arimbi. Sepasang manik hazel memandangi jarum suntik yang menusuk kulit.Paska kembalinya ia ke Kota Milan beberapa hari lalu, sejumlah rencana telah tersusun rapi. Rosalyn bersi
“Anak-anak pintar,” puji Dewa diikuti senyum lebar. Ia merasa beruntung didukung oleh kedua anaknya.Ruangdi hatinya tidak lagi kosong sebab ia yakin bisa mendapatkan Rosalyn. Dewa bergegas menemui Pandu untuk memberikan perintah khusus.Setelahnya Dewa tidak jera menghubungi Fabian. Bahkan meneror pria itu agar memberitahu di mana keberadaan Rosalyn. Sayang kali ini Fabian tidak bersikap kooperatif.“Cari saja sendiri, Dewa! Walaupun tahu, aku tidak mau kamu bertemu Rosalyn. Kalian sudah cerai ‘kan? Itu artinya aku punya peluang besar.” Fabian tertawa mengejek.Dewa menyahut dengan suara lantang, “Sampai kapan pun Rosalyn adalah istriku. Sebaiknya kamu cari saja perempuan lain!”Fabian menggelengkan kepala lalu berujar dengan gaya angkuh, “Aku lebih dulu mengenal dan mencintai Rosalyn. Jadi .. relakan saja dia untukku.”Kelopak mata Dewa melebar sempurna, pria itu merangsek maju lantas mencengkeram kerah kemeja putih Fabian.“Aku suaminya!” teriak Dewa.Pada akhirnya kedua presdir ta
Rosalyn termangu di tempat. Tanpa sadar lelehan hangat telah menganak sungai. Ia tersenyum simpul sembari menyeka air mata. Perlahan kedua tungkai wanita itu bergerak maju.“Kamu ada di sini?” tanyanya pada perempuan itu.“Ya, Rosalyn … aku merindukanmu. Kamu ke mana saja?”“Anna, aku senang kita bisa bertemu lagi.” Rosalyn langsung memeluk erat tubuh temannya.Bahkan keduanya sesenggukan bersama lalu tertawa di sela isak tangis. Rosalyn tidak habis pikir bagaimana caranya Anna mengetahui tempat tinggalnya.Setelah menenangkan diri sejenak, keduanya duduk di ruang tamu. Kali ini Feli sengaja meninggalkan Rosalyn, supaya mereka memiliki waktu melepas rindu.“Anna … bagaimana bisa kamu ada di sini?” Mata Rosalyn masih digenangi air mata.“Itu karena Pak Fabian. Beliau memberitahu dengan syarat aku merahasiakan alamatmu dari Pak Dewa.” Anna tersenyum kikuk.Mantan rekan kerja Rosalyn itu juga membeberkan apa yang didengar telinganya beberapa jam lalu. Ketika Dewa dan Fabian bertengkar, k
“Hasil tes ini merupakan keputusan akhir yang diambil oleh tim medis.” Dokter telah menjelaskan bahwa Rosalyn tidak dapat mendonorkan sumsum tulangnya.Paska mendapat pesan teks dari pusat medis, Rosalyn bergegas mendatangi tempat itu. Ia tidak sendirian, sebab Feli meminta Anna tetap berada di samping wanita itu. Sekarang, Rosalyn sedang duduk berhadapan dengan seorang dokter.“Tapi dokter … mungkin ini salah,” lirihnya berupaya menampik kenyataan. “A-aku belum terlambat datang bulan, bagaimana kalau periksa sekali lagi,” pintanya dengan suara parau.Raut wajah dokter tetap tenang. Dikarenakan hubungan mereka cukup baik, dokter itu memberi semangat pada Rosalyn.“Operasinya bukan gagal, tapi ditunda beberapa bulan lagi. Rosalyn … kamu pasti bisa,” ujar dokter itu sambil menggenggam erat kedua tangan Roslayn yang berubah dingin.Setelahnya raga ramping itu berjalan keluar dari ruang dokter. Rosalyn nyaris terjatuh di depan pintu. Sigap
“Kenapa wajahmu lesu begitu Lily?” tegur Rosalyn sesaat melihat asisten pribadinya memasuki ruang kerja.Bukan hanya itu saja, Rosalyn juga terkejut sebab Lily menunduk dalam seolah-olah telah melakukan kesalahan besar.“Saya tidak berhasil mendapatkan gaun terbaik dari perancang busana viral itu.” Lily mereguk saliva sebab khawatir Rosalyn kecewa dan mengurungkan niat menghadiri undangan Tuan Manassero.“Bukan masalah besar Lily.” Rosalyn tersenyum hangat lantas menghampiri asistennya.Ia melihat dua gaun cantik yang terbungkus kotak berwarna keemasan. Rosalyn sangat menyukai pilihan asistennya karena pakaian itu tidak terlalu terbuka. Sesuai dengan musim dingin serta tubuhnya yang sedang hamil.“Gaun terbaik itu dibeli oleh Tu—”Ucapan Lily terpotong manakala pintu ruang kerja tiba-tiba saja terbuka. Brahma melangkah masuk sembari membawa kanvas berukuran kecil. Anak itu memamerkan hasil lukisannya. Sehingga Rosalyn melupakan kalimat Lily dan fokus pada Brahma.**Petang ini Rosalyn
“Apa yang kamu lakukan?” tegur Rosalyn sambil menarik kedua kakinya menjauh dari tangan Dewa.“Supaya kamu tidak kedinginan,” kata pria itu dengan enteng. Sorot matanya memancarkan kehangatan serta kasih sayang.Jujur saja, Rosalyn bingung. Untuk pertama kali pria di hadapannya melakukan sesuatu yang menyentuh relung hati. Ya, ia dapat melihatnya melalui cara pandang Dewa. Kemudian, ia mengalihkan fokus pada kotak sepatu di tangan mantan suaminya.Setelah mengusap kedua telapak kaki Rosalyn, Dewa melekatkan sepasang sepatu cantik edisi terbatas. Bukan hanya itu saja, Presdir Cwell Grup juga melepas tuksedo hitamnya lantas menyampirkan pada bahu Rosalyn.“Dewa?!” Rosalyn ingin protes tetapi … ia juga memerlukannya untuk menghangatkan tubuh.“Sudah hangat belum?” tanya pria itu.Ketika Rosalyn hendak menanggapi, Dewa lebih dulu merangkum pipinya dan telapak tangan besar pria membuat nyaman … Rosalyn sangat menyukainya. Akan tetapi ia tidak boleh terbuaiMelihat mantan istrinya sedang me
Netra hazel Rosalyn terkunci pada asistennya, ia juga menggelengkan kepala dengan pelan. Sekarang tubuh wanita itu benar-benar tegang.“Kenapa kamu diam. Apa hubunganmu dengan istriku?” tegas Dewa. Mata elangnya seolah-olah sedang menguliti Anna membuat kulit gadis mud aitu berubah pucat.“Umm … itu Nona adalah … sebenarnya—”“Aku bekerja dengan Nona Schmid,” potong Rosalyn sebelum Anna membocorkan identitasnya.Hanya saja tidak semudah itu meyakinkan pria kritis seperti Dewa. Sebab saat ini pria itu melayangkan tatapan penuh intimidasi pada Anna. Rosalyn pun turun tangan, terpaksa ia menggunakan jurus terakhir.Telapak tangan Rosalyn menyentuh dan mengusap dada bidang pria itu. Benar, tindakan ini berhasil mengalihkan perhatian Dewa. Tangan lebar pria itu semakin erat memegangi pinggul ramping. Dalam sekejap Dewa membawa Rosalyn masuk ke dalam aula.Dewa memberondong Rosayn dengan pertanyaan, “Jadi selama ini kamu bekerja dengan Nona Schmid? Apa dia baik? Kamu tidak kesulitan ‘kan?”