“Hasil tes ini merupakan keputusan akhir yang diambil oleh tim medis.” Dokter telah menjelaskan bahwa Rosalyn tidak dapat mendonorkan sumsum tulangnya.
Paska mendapat pesan teks dari pusat medis, Rosalyn bergegas mendatangi tempat itu. Ia tidak sendirian, sebab Feli meminta Anna tetap berada di samping wanita itu. Sekarang, Rosalyn sedang duduk berhadapan dengan seorang dokter.“Tapi dokter … mungkin ini salah,” lirihnya berupaya menampik kenyataan. “A-aku belum terlambat datang bulan, bagaimana kalau periksa sekali lagi,” pintanya dengan suara parau.Raut wajah dokter tetap tenang. Dikarenakan hubungan mereka cukup baik, dokter itu memberi semangat pada Rosalyn.“Operasinya bukan gagal, tapi ditunda beberapa bulan lagi. Rosalyn … kamu pasti bisa,” ujar dokter itu sambil menggenggam erat kedua tangan Roslayn yang berubah dingin.Setelahnya raga ramping itu berjalan keluar dari ruang dokter. Rosalyn nyaris terjatuh di depan pintu. Sigap“Kenapa wajahmu lesu begitu Lily?” tegur Rosalyn sesaat melihat asisten pribadinya memasuki ruang kerja.Bukan hanya itu saja, Rosalyn juga terkejut sebab Lily menunduk dalam seolah-olah telah melakukan kesalahan besar.“Saya tidak berhasil mendapatkan gaun terbaik dari perancang busana viral itu.” Lily mereguk saliva sebab khawatir Rosalyn kecewa dan mengurungkan niat menghadiri undangan Tuan Manassero.“Bukan masalah besar Lily.” Rosalyn tersenyum hangat lantas menghampiri asistennya.Ia melihat dua gaun cantik yang terbungkus kotak berwarna keemasan. Rosalyn sangat menyukai pilihan asistennya karena pakaian itu tidak terlalu terbuka. Sesuai dengan musim dingin serta tubuhnya yang sedang hamil.“Gaun terbaik itu dibeli oleh Tu—”Ucapan Lily terpotong manakala pintu ruang kerja tiba-tiba saja terbuka. Brahma melangkah masuk sembari membawa kanvas berukuran kecil. Anak itu memamerkan hasil lukisannya. Sehingga Rosalyn melupakan kalimat Lily dan fokus pada Brahma.**Petang ini Rosalyn
“Apa yang kamu lakukan?” tegur Rosalyn sambil menarik kedua kakinya menjauh dari tangan Dewa.“Supaya kamu tidak kedinginan,” kata pria itu dengan enteng. Sorot matanya memancarkan kehangatan serta kasih sayang.Jujur saja, Rosalyn bingung. Untuk pertama kali pria di hadapannya melakukan sesuatu yang menyentuh relung hati. Ya, ia dapat melihatnya melalui cara pandang Dewa. Kemudian, ia mengalihkan fokus pada kotak sepatu di tangan mantan suaminya.Setelah mengusap kedua telapak kaki Rosalyn, Dewa melekatkan sepasang sepatu cantik edisi terbatas. Bukan hanya itu saja, Presdir Cwell Grup juga melepas tuksedo hitamnya lantas menyampirkan pada bahu Rosalyn.“Dewa?!” Rosalyn ingin protes tetapi … ia juga memerlukannya untuk menghangatkan tubuh.“Sudah hangat belum?” tanya pria itu.Ketika Rosalyn hendak menanggapi, Dewa lebih dulu merangkum pipinya dan telapak tangan besar pria membuat nyaman … Rosalyn sangat menyukainya. Akan tetapi ia tidak boleh terbuaiMelihat mantan istrinya sedang me
Netra hazel Rosalyn terkunci pada asistennya, ia juga menggelengkan kepala dengan pelan. Sekarang tubuh wanita itu benar-benar tegang.“Kenapa kamu diam. Apa hubunganmu dengan istriku?” tegas Dewa. Mata elangnya seolah-olah sedang menguliti Anna membuat kulit gadis mud aitu berubah pucat.“Umm … itu Nona adalah … sebenarnya—”“Aku bekerja dengan Nona Schmid,” potong Rosalyn sebelum Anna membocorkan identitasnya.Hanya saja tidak semudah itu meyakinkan pria kritis seperti Dewa. Sebab saat ini pria itu melayangkan tatapan penuh intimidasi pada Anna. Rosalyn pun turun tangan, terpaksa ia menggunakan jurus terakhir.Telapak tangan Rosalyn menyentuh dan mengusap dada bidang pria itu. Benar, tindakan ini berhasil mengalihkan perhatian Dewa. Tangan lebar pria itu semakin erat memegangi pinggul ramping. Dalam sekejap Dewa membawa Rosalyn masuk ke dalam aula.Dewa memberondong Rosayn dengan pertanyaan, “Jadi selama ini kamu bekerja dengan Nona Schmid? Apa dia baik? Kamu tidak kesulitan ‘kan?”
“Tidak boleh!” putus Rosalyn. Ia paham betul apa yang diinginkan mantan suaminya. Tinggal satu atap selama lima tahun membuat Rosalyn mengenali pria itu dengan baik. Dahulu Dewa tidak pernah bisa menahan diri dari gairah, pria itu selalu memaksakan kehendak. “Jangan menyentuhku, Dewa! Aku lagi hamil,” sentak wanita itu. Rosalyn mengamati arah pandang Dewa dan itu tertuju pada bibirnya. Ia langsung memalingkan wajah untuk menghentikan fantasi liar sang mantan. “Iya aku tahu kamu 'kan hamil anakku. Aku mau bertanggung jawab, menyayangi dia sejak dalam kandungan.” Dewa menyeringai puas seolah berhasil memenangkan pertandingan. Wajah ketus Rosalyn semakin membuat Dewa tergila-gila, perlahan pria itu mencubit gemas dagu lancip dan menggesernya hingga tatapan mereka saling mengunci. “Tidak ada wanita selain kamu. Rosalyn Keller kamu satu-satunya di sini.” Tiba-tiba saja Dewa menunjuk dada bidangnya. Rosalyn melebarkan kelopak mata, mendengar mantan suaminya mengatakan kalimat mengge
Tadi Dewa memperlihatkan beberapa gambar, di mana ketika pingsan wanita itu menempelkan wajahnya pada dada bidang Dewa.“Sayang, kenapa menunduk?” kata Dewa. Suara pria itu terdengar gagah dan seksi di tengah suasana hangat seperti ini, tetapi Rosalyn malah gugup. Perempuan pemilik mata almond tertegun mendengar kata ‘sayang’ terlontar dari bibir Dewa. Pria itu memang gila, Rosalyn berpikir mungkinkah dalam perjalanan menuju Kota Milan kepala mantan suaminya terbentur bongkahan batu?‘Hentikan Dewa, aku malu!’ teriak Rosalyn dalam hati.Bagaimana tidak, saat ini Rosalyn sedang makan malam bersama kedua anaknya, Fabian, serta Anna. Kata-kata Dewa membuat dua manusia dewasa di hadapannya tercengang. Apalagi Fabian langsung membolakan mata.Sadar akan tatapan Fabian, Dewa mengangkat dagu seolah memberitahu pria itu bahwa pemenang dalam perselisihan ini adalah Antakadewa Caldwell.‘Aku tidak akan kalah. Fabian kamu harus menyerah!’
“Apa Nona baik-baik saja?” tanya Lily. Sebab sedari tadi Rosalyn melamun dan memainkan pena di antara jari tengah dan telunjuk. Wanita cantik itu masih terdiam, sesekali mengernyitkan dahi lalu menggelengkan kepala. Entah mengapa perasaan Rosalyn saat ini tak menentu. Alasannya karena mendengar pujian manis dari bibir mantan suaminya. “Setahuku mulut dia sangat pedas,” gumamnya. Lily yang duduk di samping Rosalyn terperangah. Siang ini keduanya sedang menunggu Tuan Alan di ruang privat restoran bintang lima. “Siapa maksud, Nona?” Sayang, tidak ada tanggapan apa pun dari Rosalyn. Sebab pikirannya dipenuhi oleh wajah serta suara Dewa. Setelah beberapa detik melamun, Rosalyn melihat jam tangan kemudian mendesah lelah lantaran Tuan Alan sudah terlambat dua menit. “Apa Tuan Alan seorang yang ingkar janji dan tidak disiplin?” Rosalyn menoleh pada Lily. “Tapi … asistennya tidak mengabari apa-apa. Sebentar, saya hubungi beliau lagi.” Lily beranjak dari duduknya. Gadis muda i
“Dewa … aku hanya ingin dicintai olehmu, bukan dibuang seperti ini.” Vinsensia tertunduk lesu di dalam taksi.Beberapa saat berlalu perempuan itu turun di depan hunian megah. Dahulu Vinsensia memimpikan hidup sejahtera sebagai Nyonya rumah di sini. Nahas kisah cintanya tidak direstui oleh kedua orang tua Dewa, sehingga ia bertekad merebut pria itu dari tangan istri sahnya.Vinsensia mengenal seluk beluk vila ini, ia juga tahu Dewa sudah lama tidak pulang. Untuk itu Vinsensia menemui beberapa pelayan—menggali informasi.“Apa kamu tahu di mana Dewa tinggal?” Vinsensia mengiba dan menangis di depan pelayan itu.Pelayan mengangguk kecil tetapi menunduk dalam karena takut. “Tolong bantu aku, katakan di mana dia?” desak perempuan itu di tengah isak tangisnya.Pelayan mengangkat pandangan dan memindai penampilan Vinsensia yang tidak semewah sebelumnya. Vinsensia menyentuh perut ratanya. “Anak dalam kandunganku membutuhkan ayahnya! Dewa harus bertanggung jawab, tolong katakan di mana pacark
“Nona, mobil di belakang itu sejak tadi mengikuti kita,” ucap sopir dengan raut wajah cemas.Mendengar hal itu tentu saja Rosalyn panik lalu menyentuh perutnya. Ia menolehkan kepala dan … mengenali kendaraan itu milik mantan suami. Seketika rasa khawatir menghilang, berganti kepercayaan dan kenyamanan.“Itu Tuan Caldwell. Bapak jalan saja, tidak perlu dihiraukan,” tutur Rosalyn tetapi kepalanya masih menoleh ke belakang.Kelopak mata berbulu lentik itu mengedip perlahan. Walau wajah tampan Dewa tidak terlihat tetapi Rosalyn urung mengalihkan pandangan.Ia bergumam, “Kenapa dia mengejar? Apa ada sesuatu yang penting?”Sedangkan Lily yang duduk di samping sopir tidak berani berasumsi, khawatir berakibat fatal bagi hubungan bosnya.Rasa penasaran Rosalyn belum terjawab, hingga ia tiba di lokasi tujuan. Rosalyn tidak menunggu Dewa, dan langsung menemui klien.Kala ini Rosalyn sedang berbincang bersama seorang lelaki muda. Ketika ia menggeser pandangan, pupil matanya melebar karena melihat