“Anak-anak pintar,” puji Dewa diikuti senyum lebar. Ia merasa beruntung didukung oleh kedua anaknya.Ruangdi hatinya tidak lagi kosong sebab ia yakin bisa mendapatkan Rosalyn. Dewa bergegas menemui Pandu untuk memberikan perintah khusus.Setelahnya Dewa tidak jera menghubungi Fabian. Bahkan meneror pria itu agar memberitahu di mana keberadaan Rosalyn. Sayang kali ini Fabian tidak bersikap kooperatif.“Cari saja sendiri, Dewa! Walaupun tahu, aku tidak mau kamu bertemu Rosalyn. Kalian sudah cerai ‘kan? Itu artinya aku punya peluang besar.” Fabian tertawa mengejek.Dewa menyahut dengan suara lantang, “Sampai kapan pun Rosalyn adalah istriku. Sebaiknya kamu cari saja perempuan lain!”Fabian menggelengkan kepala lalu berujar dengan gaya angkuh, “Aku lebih dulu mengenal dan mencintai Rosalyn. Jadi .. relakan saja dia untukku.”Kelopak mata Dewa melebar sempurna, pria itu merangsek maju lantas mencengkeram kerah kemeja putih Fabian.“Aku suaminya!” teriak Dewa.Pada akhirnya kedua presdir ta
Rosalyn termangu di tempat. Tanpa sadar lelehan hangat telah menganak sungai. Ia tersenyum simpul sembari menyeka air mata. Perlahan kedua tungkai wanita itu bergerak maju.“Kamu ada di sini?” tanyanya pada perempuan itu.“Ya, Rosalyn … aku merindukanmu. Kamu ke mana saja?”“Anna, aku senang kita bisa bertemu lagi.” Rosalyn langsung memeluk erat tubuh temannya.Bahkan keduanya sesenggukan bersama lalu tertawa di sela isak tangis. Rosalyn tidak habis pikir bagaimana caranya Anna mengetahui tempat tinggalnya.Setelah menenangkan diri sejenak, keduanya duduk di ruang tamu. Kali ini Feli sengaja meninggalkan Rosalyn, supaya mereka memiliki waktu melepas rindu.“Anna … bagaimana bisa kamu ada di sini?” Mata Rosalyn masih digenangi air mata.“Itu karena Pak Fabian. Beliau memberitahu dengan syarat aku merahasiakan alamatmu dari Pak Dewa.” Anna tersenyum kikuk.Mantan rekan kerja Rosalyn itu juga membeberkan apa yang didengar telinganya beberapa jam lalu. Ketika Dewa dan Fabian bertengkar, k
“Hasil tes ini merupakan keputusan akhir yang diambil oleh tim medis.” Dokter telah menjelaskan bahwa Rosalyn tidak dapat mendonorkan sumsum tulangnya.Paska mendapat pesan teks dari pusat medis, Rosalyn bergegas mendatangi tempat itu. Ia tidak sendirian, sebab Feli meminta Anna tetap berada di samping wanita itu. Sekarang, Rosalyn sedang duduk berhadapan dengan seorang dokter.“Tapi dokter … mungkin ini salah,” lirihnya berupaya menampik kenyataan. “A-aku belum terlambat datang bulan, bagaimana kalau periksa sekali lagi,” pintanya dengan suara parau.Raut wajah dokter tetap tenang. Dikarenakan hubungan mereka cukup baik, dokter itu memberi semangat pada Rosalyn.“Operasinya bukan gagal, tapi ditunda beberapa bulan lagi. Rosalyn … kamu pasti bisa,” ujar dokter itu sambil menggenggam erat kedua tangan Roslayn yang berubah dingin.Setelahnya raga ramping itu berjalan keluar dari ruang dokter. Rosalyn nyaris terjatuh di depan pintu. Sigap
“Kenapa wajahmu lesu begitu Lily?” tegur Rosalyn sesaat melihat asisten pribadinya memasuki ruang kerja.Bukan hanya itu saja, Rosalyn juga terkejut sebab Lily menunduk dalam seolah-olah telah melakukan kesalahan besar.“Saya tidak berhasil mendapatkan gaun terbaik dari perancang busana viral itu.” Lily mereguk saliva sebab khawatir Rosalyn kecewa dan mengurungkan niat menghadiri undangan Tuan Manassero.“Bukan masalah besar Lily.” Rosalyn tersenyum hangat lantas menghampiri asistennya.Ia melihat dua gaun cantik yang terbungkus kotak berwarna keemasan. Rosalyn sangat menyukai pilihan asistennya karena pakaian itu tidak terlalu terbuka. Sesuai dengan musim dingin serta tubuhnya yang sedang hamil.“Gaun terbaik itu dibeli oleh Tu—”Ucapan Lily terpotong manakala pintu ruang kerja tiba-tiba saja terbuka. Brahma melangkah masuk sembari membawa kanvas berukuran kecil. Anak itu memamerkan hasil lukisannya. Sehingga Rosalyn melupakan kalimat Lily dan fokus pada Brahma.**Petang ini Rosalyn
“Apa yang kamu lakukan?” tegur Rosalyn sambil menarik kedua kakinya menjauh dari tangan Dewa.“Supaya kamu tidak kedinginan,” kata pria itu dengan enteng. Sorot matanya memancarkan kehangatan serta kasih sayang.Jujur saja, Rosalyn bingung. Untuk pertama kali pria di hadapannya melakukan sesuatu yang menyentuh relung hati. Ya, ia dapat melihatnya melalui cara pandang Dewa. Kemudian, ia mengalihkan fokus pada kotak sepatu di tangan mantan suaminya.Setelah mengusap kedua telapak kaki Rosalyn, Dewa melekatkan sepasang sepatu cantik edisi terbatas. Bukan hanya itu saja, Presdir Cwell Grup juga melepas tuksedo hitamnya lantas menyampirkan pada bahu Rosalyn.“Dewa?!” Rosalyn ingin protes tetapi … ia juga memerlukannya untuk menghangatkan tubuh.“Sudah hangat belum?” tanya pria itu.Ketika Rosalyn hendak menanggapi, Dewa lebih dulu merangkum pipinya dan telapak tangan besar pria membuat nyaman … Rosalyn sangat menyukainya. Akan tetapi ia tidak boleh terbuaiMelihat mantan istrinya sedang me
Netra hazel Rosalyn terkunci pada asistennya, ia juga menggelengkan kepala dengan pelan. Sekarang tubuh wanita itu benar-benar tegang.“Kenapa kamu diam. Apa hubunganmu dengan istriku?” tegas Dewa. Mata elangnya seolah-olah sedang menguliti Anna membuat kulit gadis mud aitu berubah pucat.“Umm … itu Nona adalah … sebenarnya—”“Aku bekerja dengan Nona Schmid,” potong Rosalyn sebelum Anna membocorkan identitasnya.Hanya saja tidak semudah itu meyakinkan pria kritis seperti Dewa. Sebab saat ini pria itu melayangkan tatapan penuh intimidasi pada Anna. Rosalyn pun turun tangan, terpaksa ia menggunakan jurus terakhir.Telapak tangan Rosalyn menyentuh dan mengusap dada bidang pria itu. Benar, tindakan ini berhasil mengalihkan perhatian Dewa. Tangan lebar pria itu semakin erat memegangi pinggul ramping. Dalam sekejap Dewa membawa Rosalyn masuk ke dalam aula.Dewa memberondong Rosayn dengan pertanyaan, “Jadi selama ini kamu bekerja dengan Nona Schmid? Apa dia baik? Kamu tidak kesulitan ‘kan?”
“Tidak boleh!” putus Rosalyn. Ia paham betul apa yang diinginkan mantan suaminya. Tinggal satu atap selama lima tahun membuat Rosalyn mengenali pria itu dengan baik. Dahulu Dewa tidak pernah bisa menahan diri dari gairah, pria itu selalu memaksakan kehendak. “Jangan menyentuhku, Dewa! Aku lagi hamil,” sentak wanita itu. Rosalyn mengamati arah pandang Dewa dan itu tertuju pada bibirnya. Ia langsung memalingkan wajah untuk menghentikan fantasi liar sang mantan. “Iya aku tahu kamu 'kan hamil anakku. Aku mau bertanggung jawab, menyayangi dia sejak dalam kandungan.” Dewa menyeringai puas seolah berhasil memenangkan pertandingan. Wajah ketus Rosalyn semakin membuat Dewa tergila-gila, perlahan pria itu mencubit gemas dagu lancip dan menggesernya hingga tatapan mereka saling mengunci. “Tidak ada wanita selain kamu. Rosalyn Keller kamu satu-satunya di sini.” Tiba-tiba saja Dewa menunjuk dada bidangnya. Rosalyn melebarkan kelopak mata, mendengar mantan suaminya mengatakan kalimat mengge
Tadi Dewa memperlihatkan beberapa gambar, di mana ketika pingsan wanita itu menempelkan wajahnya pada dada bidang Dewa.“Sayang, kenapa menunduk?” kata Dewa. Suara pria itu terdengar gagah dan seksi di tengah suasana hangat seperti ini, tetapi Rosalyn malah gugup. Perempuan pemilik mata almond tertegun mendengar kata ‘sayang’ terlontar dari bibir Dewa. Pria itu memang gila, Rosalyn berpikir mungkinkah dalam perjalanan menuju Kota Milan kepala mantan suaminya terbentur bongkahan batu?‘Hentikan Dewa, aku malu!’ teriak Rosalyn dalam hati.Bagaimana tidak, saat ini Rosalyn sedang makan malam bersama kedua anaknya, Fabian, serta Anna. Kata-kata Dewa membuat dua manusia dewasa di hadapannya tercengang. Apalagi Fabian langsung membolakan mata.Sadar akan tatapan Fabian, Dewa mengangkat dagu seolah memberitahu pria itu bahwa pemenang dalam perselisihan ini adalah Antakadewa Caldwell.‘Aku tidak akan kalah. Fabian kamu harus menyerah!’