Setelah sedikit bersajak, Pangeran Zhao Kong tersenyum dan bersiap untuk menyerang lagi.
“Omong kosong. Rupanya begini cara seorang terpelajar menghadapi kematian,” kata Gu Buchou dengan mengertak giginya.
Hahahahaha.....Hahahaha......
Pangeran Zhao Kong tertawa keras tiada henti. Dia terus-menerus tertawa seperti orang gila.
“Aku pergi,” tiba-tiba Duan Fang You berkata demikian. Tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya dia melangkah keluar. Melihat kejadian itu, tawa Pangeran Zhao Kong bertambah keras.
“Diam kau pangeran sial!” kutuk Chiu Sek, lalu dengan sedikit berlari dia mendekati Duan Fang You dan memegang bahu kanannya. Katanya: “Kenapa? Kita hampir menyelesaikan tugas kita?”
Duan Fang You menghelas nafas, “Aku tak tertarik. Lagipula aku di sini tidak untuk menjalankan tugas. Aku datang untuk menguji kemampuannya dan membalaskan kematian sepupuku. Setelah tahu dia tidak bisa menggunakan tenaga dalam, kenapa harus kulanjutkan. Lagipula, aku juga bukan orang suruhan seperti kalian. Aku pergi!"
“Sialan kau, Duan! Brengsek!” gerutu Chiu Sek.
“Sudahlah, biarkan dia pergi. Lagipula tenaga kita sudah cukup untuk menghabisi pangeran sial ini, hahahaha.” Ujar Liu Dan Lin diiringi tawa keras. “Sekarang mampuslah kau!”
Liu Dan Lin menyabetkan tombaknya dengan keras. Lalu pedang Gu Buchou yang tajam itu menyambar ke arah kepala Zhou Kong. Meski terluka parah dan kehabisan tenaga, Pangeran Zhou Kong masih bisa mengelak dari dua serangan mematikan itu.
Tiba-tiba, dari arah belakang Li Kai Sek menusuk punggung Pangeran Zhou Kong dengan pedangnya. Melihat kesempatan menggiurkan itu, Chiu Sek tak mau ketinggalan. Dia langsung menerjang leher Pangeran Zhou Kong dengan golok andalannya.
Dan, kepala itu menggelinding ke tanah. Darah Pangeran Zhou Kong bercucuran ke mana-mana. Mulutnya masih terbuka lebar karena terkejut atas tikaman Li Kai Sek. Pangeran yang baru satu hari menjadi Putra Mahkota itu mati mengenaskan.
****
Angin meniup kencang. Pohon-pohon bergoyang secara bergantian. Meski hari telah gelap, malam tidak segelap biasanya. Bulan purnama dengan sengaja telah menyebarkan cahaya.
Empat Pendekar Wangi terus berlari tanpa henti membelah hutan. Mereka sedang menuju kediaman keluarga Li, ayah dari Putri Li Ming, istri Pangeran Zhou Kong.
Di provinsi Taiyuan, keluarga Li merupakan klan paling terpandang. Hampir seluruh perputaran dagang dan keamanan, selain ditangani pemerintah kerajaan, keluarga Li memiliki peran penting.
Dikatakan bahwa keluarga Li mempunyai tentara pribadi lebih besar daripada tentara kerajaan yang ada di Taiyuan. Sebab itu, petugas kerajaan di Taiyuan harus berpikir dua kali jika menyinggung keluarga Li.
Orang-orang di Taiyuan sangat menaruh hormat kepada mereka, terutama kepada Tuan Besar Li Guzhou, ayah Putri Li Ming. Rakyat Taiyuan biasa memanggil Li Guzhou dengan sebutan Jenderal Besar. Panggilan ini tentu tidak jatuh tiba-tiba dari langit, tapi memang memiliki alasan.
Lima belas tahun yang lalu, terjadi pemberontakan di Zhending. Salah satu kota besar di tepi perbatasan Kekaisan Song dan Liao. Meski jarak Zhending dengan dua provinsi Kekaisaran Liao, Xijin dan Datong, masih terbilang jauh. Zhending masih layak dipertimbangkan sebagai daerah terdekat dengan perbatasan.
Saat itu, Jenderal Wen Yu Sing, konon didukung oleh Kaisar Liao melakukan pemberontakan. Setelah berhasil menguasai kekuatan militer di Zhending, sasaran berikutnya adalah Taiyuan. Peperangan hebat pun terjadi di perbatasan Taiyuan, kedua belah pihak mengalami kerugian besar.
Meski Jenderal Wen Yu Sing memimpin lebih dari seratus ribu tentara, pada akhirnya dia gagal menaklukan Taiyuan dan dikalahkan dengan telak oleh Jenderal Li Guzhou yang saat itu telah pensiun, tapi terpaksa harus ikut ambil bagian dalam peperangan.
Karena jasanya itulah, Kaisar Song Renzong menikahkan putranya, Pangeran Zhao Kong dengan anak ketiga Jenderal Li Guzhou, yaitu Putri Li Ming.
“Bagaimana keadaan Pangeran Zhao Ming dan Puteri Zhao Rong. Apa demam mereka telah turun?” tanya Bu Peng kepada kedua adiknya yang sedang menggendong mereka.
Mendengar kata demam, membuat Zhao Shing cemas. “Paman, bagaimana keadaan adik-adikku?” serobotnya dengan wajah polos. Dia terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan adik-adiknya.
“Mereka akan baik-baik saja, Pangeran. Tak usah terlalu khawatir,” jawab Bu Liak sembari mengelus bahu Pangeran Zhao Shing.
“Bagaimana keadaan pangeran sendiri?” Bu Sengku berjongkok di depan wajah Pangeran Zhao Shing yang memucat. Tangannya mengambil sehelai kain untuk mengusap kotoran dan keringat yang menempel di wajah Zhao Shing.
“Aku tak apa-apa. Ayah telah melarangku menangis,” jawabnya.
“Ayahmu akan baik-baik saja,” Bu Peng berusaha meyakinkan.
Anak empat belas tahun itu menggeleng. “Tak perlu berbohong, Paman. Aku tahu Ayah tak akan kembali. Dia telah pergi jauh seperti Ibu. Kalian tak perlu berbohong untuk membuatku kuat.”
Meski berlagak tegas, dengan remang-remang sinar rembulan bisa terlihat jelas bahwa air muka Pangeran Zhao Shing menyiratkan kepiluan.
“Kakak Pertama, lebih baik kita istirahat di sini sejenak. Sepertinya mereka lapar,” ungkap Bu Huang sambil memperlihatkan keadaan Putri Zhao Rong yang menangis tanpa henti.
“Ya, kau benar. Kita harus membuat mereka berhenti menangis. Aku yakin betul anjing-anjing Pangeran Zhao You masih mengejar kita. Aku yakin mereka akan membunuh siapa saja yang dicurigai menyaksikan peristiwa tersebut,” Bu Peng tampak berpikir dalam. Dahinya berkerut. Lanjutnya: “Adik keempat, sekarang kau cari apa saja yang bisa dimakan di hutan ini. Ingat, kau harus hati-hati,” perintah Bu Peng kepada Bu Liak.
“Baik, kalian tunggu di sini,” Bu Liak bergegas pergi.
Bu Peng memang sengaja menyuruh Bu Liak yang pergi, dia tahu betul kecerdasan adik terakhirnya ini. Jika pun nanti dia bertemu orang-orang suruhan Pangeran Zhao You, kekhawatirannya tidak terlalu besar.
Bu Peng juga sudah menyiapkan obat bius untuk Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong jika tangisan mereka tak kunjung berhenti.
Ahhhh... ahhhhhh...
Mendadak Pangeran Zhao Shing berguling-guling hebat memegangi dadanya. Tiga Pendekar Wangi kaget, mereka terkejut sekaligus tak mengerti apa yang tengah terjadi dengan Zhao Shing.
“Kenapa Pangeran? Apa yang terjadi?” Bu Huang menyerahkan Putri Zhao Rong kepada Bu Peng dan mendekati Pangeran Zhao Shing. Di antara mereka berempat, dia memiliki kemampuan pengobatan paling tinggi.
“Pangeran! Pangeran!” Bu Peng dan Bu Sengku cemas.
“Bagiamana?” tanya Bu Sengku.
Dengan mata terpejam Bu Huang memeriksa nadi Pangeran Zhao Shing. Keringat bercucur hebat dari keningnya.
Dia merasakan ada hawa aneh dalam tubuh Pangeran Zhao Shing. Seakan ada kekuatan tenaga dalam yang sangat besar. Bahkan jika dibandingkan dengan mereka berempat, tenaga dalam yang ada di dalam tubuh Pangeran Zhao Shing masih jauh lebih besar.
“Aneh, sungguh aneh,” kata Bu Huang.
Bu Peng maju beberapa langkah ke depan. Tangan kirinya mengguncang-guncang bahu Bu Huang. “Aneh kenapa?” tanyanya tak sabar.
“Paman, dadaku.... Aaahhhh.”
“Pangeran! Pangeran! Pangeran!” Bu Huang menerkam kencang kedua lengan bahu Zhao Shing. Pangeran muda itu telah kehilangan kesadaran seketika.
“Pangeran! Pangeran!”Zhao Shing yang tiba-tiba tidak sadarkan diri membuat para Pendekar Wangi panik. Di sela-sela kepanikan mereka, terdengar suara angin kencang berlari ke arah mereka.Lalu dengan nafas terengah-engah Bu Liak keluar dari semak-semak hutan. Katanya: “Kakak Pertama, kita harus cepat pergi dari sini. Orang-orang Pangeran Zhao You sedang menuju ke mari.”“Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus meninggalkan tempat ini.” Bu Peng tampak cemas, tapi memang beginilah adanya, tiada pilihan lain selain lari. "Berikan obat ini kepada Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong. Jangan sampai tangisan mereka terdengar."Meski berat, Bu Peng harus melakukannya demi keselamatan mereka bertiga.“Bagaimana dengan Pangeran Zhao Shing? Dia tidak sadarkan diri,” tukas Bu Huang.Bu Liak terkaget mendengar keadaan Pangeran Zhao Shing. Baru saja sebentar dia pergi, keadaan telah berubah demikian terbalik.“Kita tidak punya pilihan. Biar aku yang menggendongnya. Kalian bawa Putri Zhao Rong
“Tenanglah, jangan sampai kau membangunkan Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong,” Bu Sengku mengingatkan.“Aku tak tahu lagi harus bagaimana? Keadaan Pangeran Zhao Shing dan adik keempat membuatku sangat cemas.”“Ya, ya, aku mengerti. Satu-satunya tugas kita sekarang adalah mengantarkan mereka ke Taiyuan secepat mungkin. Di sana Pangeran Zhao Shing akan mendapat pengobatan lebih baik. Itulah satu-satunya harapan kita,” kata Bu Peng.“Semoga Pangeran Zhao Shing dapat bertahan,” ucap Bu Huang sambil menggelengkan kepala.“Aku akan mencari kereta kuda untuk mengangkut mereka,” tanpa menunggu persetujuan dari saudara-saudaranya, Bu Sengku langsung berdiri dan bergegas pergi.Bu Peng berdiri dan berkata setengah berteriak, “Tunggu!”Tepat di pintu kamar penginapan, seketika Bu Sengku berhenti. Dia membalikkan badannya dan bertanya, “Ada apa?”“Kau harus berhati-hati dan cepat kembali. Kita akan berangkat tengah malam nanti,” Bu Peng mendekati Bu Sengku dan menepuk-nepuk bahunya.“Jangan
Kegelisah tampak di wajah Bu Peng. Dia kebingungan bagaimana caranya bisa melewati gerbang itu. Jarak antara kereta kuda yang dihentikannya dan gerbang terakhir kota masih cukup jauh. Dia melihat pintu gerbang besar dengan benteng hitam disesaki para prajurit kerajaan.Perlahan-lahan gelap telah menjadi lebih gelap. Kemilau hitamnya perlahan mulai habis diterkam malam. Meski dibantu gelap, mereka tidak berani melangkahkan keretanya melewati gerbang itu. Karena cahaya lampion masih nyaman menyala.Menanggapi tindakan kakaknya yang tiba-tiba ini, Bu Sengku menyibak tirai yang menutupi pintu kereta. “Ada apa, Kakak pertama?” tanyanya.“Aku merasa cemas, Adik kedua. Aku khawatir kita gagal melindungi para pangeran. Penjagaan begitu ketat,” ujarnya dengan mata dipenuhi kecemasan.Bu Sengku menghela nafas panjang-panjang. Dia keluar dari kereta dan duduk tepat di samping kakaknya. “Lalu apa lagi yang bisa kita lakukan? Tidak ada jalan lain,” katanya dengan kepala tertunduk lemas.Mereka pun
Degup jantung Bu Peng berdetak lebih cepat mendengar kata ‘tunggu’. Dia takut para pengawal gerbang kota itu menggeledah bagian dalam keretanya. Belum sempat dia menjawab, terdengar suara lantang menghardik.“Kurang ajar!” hardik Jenderal Tai Kun Lun kepada pengawal itu. “Dia bersamaku. Dia mempunyai tugas penting yang diperintahkan langsung oleh Yang Mulia Kaisar. Kau berani menanyainya, berarti kau berani bertanya kepada kaisar?” teriaknya sangat keras.Pengawal itu ketakukan. Bibirnya bergetar hebat. Wajahnya mendadak pucat pasi. Sementara pengawal yang lain hanya tertunduk. Mereka mungkin takut menjadi sasaran kemarahan Jenderal Tai Kun Lun berikutnya.“Maafkan aku, Jenderal,” pengawal itu langsung berlutut dan bersujud di depan jenderal.“Baiklah, kali ini kau tidak aku hukum. Bukan karena aku memaafkanmu, tapi aku tidak punya waktu. Enyah kalian!” getak Jenderal Tai Kun Lun. Mendengar hal tersebut, beratus-ratus pengawal itu menyingkir. Mereka tidak berani menyinggung Jenderal T
Setelah berada di hadapan Empat Pendekar Wangi, orang tua berambut putih itu menyibakkan lengan bajunya yang panjang, seketika tiup angin yang sangat besar itu berhenti.Dilihat dari wajahnya, usia orang itu tidak kurang enam puluh dua tahun. Meski rambutnya telah memutih, anehnya jenggot orang tua itu masih hitam legam. Hampir tiada warna putih sedikit pun.“Kami memberi hormat pada tetua?” Bu Peng Cu melipatkan tangannya lalu membungkuk hormat.Orang tua itu masih tertawa keras. Dia perlahan menolehkan wajahnya ke arah Jenderal Tai Kun Lun dan tersenyum. Jenderal Tai terkejut. Matanya melotot tidak percaya. Sesaat dia kehilangan kesadarannya. Lalu orang tua itu berkata: “Tai Kun Lun!”“Hah, maafkan ketidaksopananku, Jenderal Besar Li. Aku tidak menyangka bisa bertemu Jenderal Besar di sini,” Jenderal Tai Kun Lun langsung berlutut dengan tangan menjura penuh hormat.“Tidak perlu sungkan. Aku bukan lagi seorang Jenderal Besar. Saat ini aku hanya rakyat biasa. Bangunlah,” perintah oran
Suara derap kuda dari kejauhan semakin dekat. Dari suaranya memang tidak banyak, tapi kemungkinan terdiri dari para pendekar hebat dunia persilayan.“Cepat kalian pergi! Mereka datang,” ujar Jenderal Li Guzhou sambil menggendong Pangeran Zhao Shing di punggungnya. “Kalian harus berpisah jalan. Tai Kun Lun! Kau bawa Zhao Rong ke rumah keluarga Jin Su Yu di Dali. Tidak peduli apa, kau harus mengantarkannya dengan selamat.”“Baik, Tetua. Aku akan melindunginya dengan nyawaku.”“Aku percayakan cucuku padamu.”Kemudian Jenderal Besar Li Guzhou menoleh ke arah Empat Pendekar Wangi. Katanya: “Kalian mesti membawa Zhao Ming ke Chengdu. Berikan dia pada keluarga Miao Yin Feng. Kau harus mengantarkannya dengan selamat. Aku sendiri yang akan mengantarkan Pangeran Zhao Shing ke tujuannya.”“Kami akan melakukan apapun untuk mengantarkannya dengan selamat. Tapi, ke mana tetua akan membawa Pangeran Zhao Shing?” tanya Bu Peng.“Aku akan menyuratimu saat aku menemukan tempat yang layak untuknya. Tapi,
Mendengar nama Tai Niu Xin dan Tai Kun Lun tidak membuat Permaesuri Yi Thing tenang. Karena jamak diketahui, keluarga Tai merupakan pengikut dan pendukung utama Pangeran Zhao Kong.“Aku tahu apa yang ada di pikiran Ibunda Ratu. Tapi tenang saja, aku telah menyiapkan semuanya. Aku mengancam akan membunuh Jenderal Tai Kun Lun dan semua keluarga Tai jika dia tidak melakukan apa yang aku minta. Dengan ini, kita bisa membunuh dua burung dengan satu batu. Hahaha..” Pangeran Zhao You tertawa keras membanggakan dirinya sendiri.“Aku harap semuanya berjalan lancar, anakku. Karena dengan menjadikan keluarga Tai sebagai terdakwa, maka Tai Kun Lun tidak akan bisa lagi kembali ke istana. Dan lebih menyenangkan lagi, semua jabatan yang dipegang oleh keluarga Tai akan dihapuskan. Mereka akan menjadi rakyat biasa.”“Benar, Ibunda Ratu. Selama ini Perdana Menteri Hu Lian Tang dan keluarga Tai menjadi tembok penghalang keberhasilan kita.”“Bagaimana pun juga, aku lebih suka Jenderal Tai Niu Xin dihukum
“Apa pesan guruku?” ulang Miao Yin Feng tidak sabar.“Jenderal Besar Li Guzhou meminta kami untuk mengantar Pangeran Zhao Ming kemari. Beliau meminta Tuan Miao untuk merawat Pangeran Zhao Ming untuk sementara,” ujar Bu Peng.“Apa yang terjadi!?”“Delapan hari yang lalu Pangeran Zhao Kong telah dibunuh oleh kakaknya sendiri, Pangeran Zhao You. Untungnya kami berhasil menyelamatkan semua anak-anak Yang Mulia Pangeran. Karena itu, Jenderal Besar Li Guzhou meminta Tuan Miao untuk melakukannya,” Bu Peng kembali menjawab.Untuk kedua kalinya Miao Yin Feng menjatuhkan lututnya ke lantai. Dia bersujud beberapa kali dengan air mata bercucuran. Agaknya dia telah merasakan kesedihan mendalam setelah mendengar kabar kematian Pangeran Zhao Kong.Mereka berdua memang mempunyai hubungan dekat. Beberapa tahun yang lalu, Miao Yin Feng mendampingi Pangeran Zhao Kong saat beliau berkelana. Meski waktu itu usia mereka terpaut cukup jauh.“Maafkan hambamu yang tidak berguna ini, Yang Mulia Pangeran. Maafk