Joland pergi ke kantornya dengan segera setelah pembicaraan dengan istrinya. Dia tak lagi muda dan butuh penerus. Citranya yang dulu selalu memenangkan peperangan kini telah bergeser dan sekarang dimiliki oleh keluarga Duke Lexid, bahkan anaknya yang seumuran dengan anak Joland juga berprestasi dan menjadi pahlawan perang seperti Ayahnya. Joland kini sudah seperti macan ompong yang kehilangan taringnya dan cakarnya. Semakin lama keluarga Duke Lexid bahkan semakin berjaya, kekayaan dan kekuatannya melebihi keluarga Kerajaan. Hal ini membuat Joland sedikit tertekan.
Dia memikirkan cara untuk membuat keluarga Duke Lexid harus ada dibawahnya karena bagaimana pun otoritasnya sebagai raja masih berlaku dan sebelum Duke Lexid bisa menggulingkannya, Jolan harus segera melucuti taring dan cakar Duke Lexid."Kalau saja anakku lebih berguna!" kata Joland mengeluh. Anaknya sejak kecil sudah diajarkan ilmu berpedang dan bela diri, tapi Ricardo tak menunjukkan bakatnya dan malah terlihat payah. Jadi ketika ada perang datang, Joland memerintahkan bawahannya untuk mengatasi krisis keamanan negara Mulk itu. Dibawah komando Duke Lexid yang gila karena ditinggal mati istrinya, kemenangan selalu diraih Kerajaan Mulk. Anak Joland yang tidak pandai berpedang itu malah menunjukkan minat dan bakatnya dibidang sastra. Sesuatu yang Joland benci karena tidak ada gunanya, pikirnya. Lalu anaknya mulai gila perempuan yang mengarah pada seks di usianya yang mulai menginjak dewasa, salah satu hal yang diturunkan Joland kepada anaknya.Duke Lexid juga mengibarkan sayapnya dengan mengirim anaknya ke perang penakhlukan yang kembali dengan kemenangan. Joland yang melihat keluarga Duke semakin bersinar terang pun tak menyukainya. Bagaimana mungkin keluarganya semakin merosot sementara keluarga Duke semakin berjaya."Aku harus menemukan cara untuk menekan keluarga tersebut!" kata Joland membulatkan tekadnya.***Meskipun Ayah dan kakak laki-laki sibuk bekerja dan mengabdi kepada negeri ini. Mereka tak pernah melupakan kewajibannya sebagai keluarga. Bagi Gerard, kedua anaknya adalah hal yang paling utama baginya. Terlebih putrinya, karena kalau putra yang ahli pedang pasti bisa menjaga dirinya. Jadi Felix keluar dari daftar prioritasnya. Satu-satunya masalah bagi Felix yang akan meneruskan Duchy ini adalah masalahnya dengan perempuan. Gerard menyaksikan sendiri, bagaimana tingkah kikuknya Felix saat dihadapkan perempuan."Maaf Nona, tapi semua dansaku hanya kupersembahkan untuk adik perempuanku!" katanya memberi jawaban atas seorang Lady yang mengajaknya bercanda pada Ball perjamuan kemenangan perang. Lady yang sudah memberanikan diri untuk mengajaknya berdansa tentu saja sangat malu dan langsung pergi berlari."Ck..." Gerard saat itu hanya mendecakan lidahnya karena sifat anaknya yang kejam terhadap anak orang.Belum lagi surat cinta dari para gadis, "Ih... apa-apaan isinya surat ini," katanya dengan nada marah dan juga jijik sekaligus.< Dear Kapten Felix yang gagah dan rupawanSaya berdoa siang dan malam agar kapten pulang dengan selamat selama di medan perang. Saya bahkan tak nafsu makan memikirkan kapten yang harus berjuang untuk Kerajaan ini....> Felix yang hanya membaca pembukaan surat itu langsung merinding dan membuang surat tersebut. Lalu surat-surat lainnya juga tak kalah Malang karena tak pernah dibaca dan langsung dibuang. Gerard benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan anaknya yang aneh itu. Dipuji banyak perempuan bukannya suka malah jijik. Sekali lagi Gerard hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.Sedangkan Lesha yang notabenenya adalah seorang perempuan, dia lebih lemah dimata Gerard. Padahal Lesha juga belajar berpedang dan ilmu bela diri secara diam-diam. Lesha yang dimanja tapi sangat mandiri itu sangat gengsi kalau harus merepotkan orang lain. Jadi tanpa sepengatahuan Ayah dan kakak laki-lakinya yang over protektif dia belajar cara melindungi dirinya sendiri. Kenapa diam-diam? karena kalau dia bilang pun tidak akan di ijinkannya. Belajar berpedang dan ilmu beladiri selalu menguras tenaga dan fisik, tak jarang juga badan ikut tergores pedang atau mendapatkan memar. Jadi Ayah dan Kakaknya tentu akan menolak permintaan yang berbahaya itu. Untuk mengakali tangan kapalannya, Ariana selalu memakai sarung tangan agar kakak dan Ayahnya tidak curiga.Jadwal latihannya adalah ketika Ayah dan Kakaknya pergi, lalu dia akan mencari alasan kebaktian untuk bisa pergi keluar, padahal kebaktian yang dia lakukan hanya satu jam saja selebihnya dia pergi untuk belajar berpedang dari ahli yang dia bayar secara pribadi.Ayah dan kakak laki-lakinya pasti akan merasa kecolongan jika tahu hal ini. Adik yang lemah lembut di depan mereka itu sebenarnya adalah topeng yang selalu ingin mereka lihat. Padahal watak asli Lesha adalah seorang yang lincah, kejam dan dingin. Dia sangat cocok jika harus menjadi penjahat. Tapi demi Ayah dan Kakaknya, Lesha bermain peran dengan apik. Nyatanya kakak dan Ayahnya tidak tahu kalau sifat Lesha sangat bertolak belakang dengan keseharian yang dia lihat. Lesha yang asli suka sekali berkuda daripada merajut. Rajutannya bahkan kasar dan buruk, jadi Dia diam-diam selalu menyuruh orang untuk menyulam sapu tangan untuk Ayah dan Kakak laki-lakinyq. Mungkin suatu hari nanti sifat aslinya akan terbongkar. Tapi sementara ini Dia adalah seorang aktris teatrikal yang naskahnya dia buat sendiri.Ricardo sangat frustasi karena terkena amarah Ibunya. Saat emosi begini biasanya dia akan mencurahkan hasratnya kepada para perempuan. Dia suka menyiksa perempuan dan menangis dibawahnya. Semakin perempuan menjerit dan memohon kepadanya semakin kesenangannya meningkat. Dulu tidak begini, dia lebih suka membuat puisi yang indah tapi semenjak Ayahnya memukulinya hingga babak belur dengan tangannya sendiri karena puisinya yang bagus dengan nama anonim. Dia juga pernah menulis diam-diam, tapi kumpulan puisinya ditemukan oleh dayang yang jadi mata-mata Ayahnya sehingga, Joland sang Raja menghukum Ricardo di penjara bawah tanah. Perlakukan yang kejam itu membuat Ricardo menyerah dan mengganti hobinya dengan bersenggama dengan para pelacur. Anehnya, hobi memalukan itu tak oernah mendapat teguran orang tuanya, bahkan mereka tak pernah mengurungnya ke penjara bawah tanah karena pergi ke tempat prostitusi setiap hari.Ricardo melampiaskan emosinya dengan bercinta secara brutal dan menjadi gila.
Lesha benar benar berniat pergi dari Duchy Lexid. Dia memberi tahu Emma tentang rencananya, tentu saja wajah Emma kaget dan langsung berteriak historis, "Nona...!" Tapi Emma cepat sadar sehingga dia cepat membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Emma paling tahu bahwa Lesha Lexid adalah manusia yang paling susah di beri tahu. Maka, apapun pendapat Emma pasti tidak penting dan Lesha tetap akan pergi ke Ibukota. Jadi pada akhirnya Emma harus kalah dari Putri kebanggaan Duke Gerard.Seperti biasanya perannya adalah berjaga di depan pintu dengan alasan bahwa Nonanya tak enak badan dan memastikan tidak ada seorang pun yang akan masuk ke kamar majikannya. Baju penyamarannya sangat banyak, tampilan Lesha kini persis seperti seorang anak laki-laki. Dia memakai korset ketat di dadanya untuk menutupi benjolan payudaranya. Pakaiannya longgar sehingga tak akan memamerkan bentuk badannya. Tali kekang kuda pun mulai dia hentakkan dan kuda yang berlari itu semakin menjauhi mansionnya yang mewa
Lesha masih memandangi dua manusia yang duduk di depannya dengan tatapan aneh. Tapi malah dua orang itu menatap Lesha dengan mata tajam dan tak perduli. Mata Lesha memindai melihat sekitar ternyata memang semua meja sudah penuh, jadi Lesha memaklumi dua orang itu yang tiba-tiba saja duduk di hadapannya, lalu melanjutkan makan siangnya yang lezat itu. 2 gelas Bir kemudian tersaji di meja yang sama dengan Lesha. Anehnya 2 orang yang ada di depan Lesha itu makan dengan tertib tanpa bertukar kata. Mereka makan dengan beringas dan dalam sekejap makanan itu habis tak bersisa.'Hebat....' Lesha ingin bertepuk tangan. Melihat sorotan mata kekaguman, Laki-laki yang tak bertudung itu berdeham, "Ehem..." Lesha yang sadar karena sudah berlaku tidak sopan dengan melihat orang itu pun tersenyum. Dia ingin berkata maaf karena sudah tidak sopan, tapi orang itu sepertinya tak terlalu mempermasalahkannya jadi Lesha melanjutkan makannya yang sudah hampir habis.Senyuman Lesha yang dilemparkan tadi it
Perempuan yang mendatangi Lesha tampak kecewa karena ditolak. Lesha masih mengamati sekitar. Tempat tersebut sangat ramai, banyak ekspresi yang bisa dilihat oleh Lesha, dari ekspresi putus asa dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan, lalu juga wajah sumringah bahagia, ada juga wajah dengan penuh emosi. "Hm... menarik!" kata Lesha. Dia lalu duduk di sofa yang sengaja disediakan di pinggir arena tempat bermain. Seorang pelayan datang untuk menawarkan minuman dan makanan. "Air putih saja," kata Lesha memesan. Pelayan itu terlihat mengerutkan dahinya karena merasa aneh. Mungkin Lesha satu-satunya orang yang datang dan memesan air putih saja. Karena sebagian minuman yang ditawarkan oleh pelayan tadi adalah alkohol seperti vodka, sampaign, wine, tequila, margarita, mojito with lime, sweet mimosa, pina colada dan lain-lain."Apa aku ikut main saja ya?" gumam Lesha. Tak lama minumanmya datang, segelas air putih."Apakah Tuan seorang pelancong?" Tanya pelayan yang datang. Dia adalah pelaya
Awalnya Lesha hanya ingin coba-coba karena dia penasaran dan juga tertarik dengan tawaran Kristof. Tapi siapa sangka, Kristof tampil sebagai penasehat dan menang banyak. Bahkan jumlah koin emasnya kini sudah 2 kali lipat. 'Balik modal dalam waktu sesingkat itu? pantas orang-orang kecanduan judi,' gumam Lesha dalam hati. Sudah pukul 2.30 siang, Lesha harus bergegas pergi karena kalau kemalaman di tengah jalan melewati hutan menuju wilayahnya akan semakin berbahaya. "Kristof... kurasa ini sudah cukup," kata Lesha."Ah... maaf Tuan Ahsel, saya terlalu bersemangat," jawab Kristof. Berkat perkataan Ahsel, Kristof menyimpulkan bahwa Tuan yang dia pandu bukanlah orang yang tampak serakah dan tamak. Dia murni hanya penasaran bagaimana rupa kasino. Tapi Kristof merasa belum cukup puas sehingga dia akan menawarkan untuk satu kali putaran main saja. "Ah baik Tuan, tapi Tuan tidak bisakah kita bermain satu putaran lagi, hanya sekali saja," wajah Kristof memelas. Awalnya Lesha menolak karena wa
Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa. Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak. Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek."Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman
Ternyata mereka sudah diikuti semenjak dari kasino. Mereka (perampok) tahu bahwa dua orang itu menang banyak. Jadi para perampok yang bersindikat itu tidak mau menyia nyiakan ladang penghasilan mereka."Sial!" gumam Kristof. Lesha tahu bahwa wajah Kristof sangat panik. Ini seperti keluar dari sarang buaya masuk ke kandang singa. Meskipun Lesha bisa bela diri dan menjaga dirinya sendiri, tapi dia tetap khawatir karena ini pertama kalinya dia benar benar berhadapan dengan penjahat. "Yah setidaknya aku akan benar benar mempraktikkan ilmu bela diri yang selama ini sudah kupelajari," Lesha lantas mengeluarkan pedang yang sudah Dia bawa. "Hahaha...." perampok itu tertawa melihat tingkah Lesha. "Tuan Ahsel..." panggil Kristof, akan merekapotkan kalau bertempur melawan perampok sambil membawa 200 koin emas, tapi kalau meletakkan secara sembarangan, koin itu juga bisa hilang. "Saya bisa bela diri Kristof," Lesha mengambil langkah kuda-kuda."Kita kalah jumlah," bisik Kristof."Apa Tuan bisa
Agak memalukan memang, tapi Lesha benar benar lupa dimana mereka harusnya bertemu."Ck..." orang yang menolong Lesha mendecakkan lidahnya."Maaf, saya sungguh lupa tempat dimana harusnya saya bertemu janji untuk membagi kpin emas kami," wajah Lesha diliputi pasrah dan juga menahan malu."Tapi tenang saja, saya tidak akan melupakan janji saya. Janji harus ditepati!" Lesha adalah orang yang keras kepala, jadi Dia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri."Apa kau yakin temanmu bukanlah komplotannya?" akhirnya pemuda tersebut bersuara. Suaranya berat sehingga terdengar sangat seksi. Untuk sesaat, Lesha terpesona. Orang itu kemudian menjentikkan tangganya untuk menyadarkan Lesha. "Ya? bagaimana?""Temanmu itu komplotannya bukan?" nadanya sedikit membentak dan membuat Lesha kaget. 'Ah iya benar juga ya, tapi tidak mungkin Kristof seperti itu,' gumam Lesha. Meskipun pertemuannya dengan Kristof sangatlah singkat, tapi Lesha yakin akan kepribadian pemuda yang baru ditemuinya itu."Itu.... say
".....?""5 koin emas satu hari!" Dia berkata sekali lagi."Aku akan menyewakan Max untukmu," pemuda itu meskipun ragu tapi tetap menolongnya. "Baik! terimakasih," Lesha sungguh terharu dengan kebaikan hatinya."Silahkan kirimkan tagihan ke Panti asuhan Marco di Wilayah Duchy Lexid, atas nama Tuan Ahsel," Lesha kemudian memberikan alamat palsunya kepada Pemuda tersebut. Meski bukan alamat asli, tapi Lesha adalah orang yang berperan besar disana, Direktur panti asuhan tersebut juga kaki tangannya, jadi sangat mudah bekerja sama dengan Direktur panti. Akan ada masalah besar kalau Dia memberinya alamat asli, bagaimana pun Kakak dan Ayahnya adalah orang yang sangat teliti, apalagi kalau menyangkut soal dirinya."Ebtysem..." pemuda tersebut menyebutkan sebuah nama, "Nama saya Ebtysem!"Lesha tersenyum, meskipun dibawah tudung, dia jelas bisa tahu kalau pemuda yang badannya tinggi dan badannya kekar itu mempesona. 'Ah... kalau berlama lama aku bisa jatuh cinta dengannya.'"Sampai jumpa Tua
Agak memalukan memang, tapi Lesha benar benar lupa dimana mereka harusnya bertemu."Ck..." orang yang menolong Lesha mendecakkan lidahnya."Maaf, saya sungguh lupa tempat dimana harusnya saya bertemu janji untuk membagi kpin emas kami," wajah Lesha diliputi pasrah dan juga menahan malu."Tapi tenang saja, saya tidak akan melupakan janji saya. Janji harus ditepati!" Lesha adalah orang yang keras kepala, jadi Dia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri."Apa kau yakin temanmu bukanlah komplotannya?" akhirnya pemuda tersebut bersuara. Suaranya berat sehingga terdengar sangat seksi. Untuk sesaat, Lesha terpesona. Orang itu kemudian menjentikkan tangganya untuk menyadarkan Lesha. "Ya? bagaimana?""Temanmu itu komplotannya bukan?" nadanya sedikit membentak dan membuat Lesha kaget. 'Ah iya benar juga ya, tapi tidak mungkin Kristof seperti itu,' gumam Lesha. Meskipun pertemuannya dengan Kristof sangatlah singkat, tapi Lesha yakin akan kepribadian pemuda yang baru ditemuinya itu."Itu.... say
Ternyata mereka sudah diikuti semenjak dari kasino. Mereka (perampok) tahu bahwa dua orang itu menang banyak. Jadi para perampok yang bersindikat itu tidak mau menyia nyiakan ladang penghasilan mereka."Sial!" gumam Kristof. Lesha tahu bahwa wajah Kristof sangat panik. Ini seperti keluar dari sarang buaya masuk ke kandang singa. Meskipun Lesha bisa bela diri dan menjaga dirinya sendiri, tapi dia tetap khawatir karena ini pertama kalinya dia benar benar berhadapan dengan penjahat. "Yah setidaknya aku akan benar benar mempraktikkan ilmu bela diri yang selama ini sudah kupelajari," Lesha lantas mengeluarkan pedang yang sudah Dia bawa. "Hahaha...." perampok itu tertawa melihat tingkah Lesha. "Tuan Ahsel..." panggil Kristof, akan merekapotkan kalau bertempur melawan perampok sambil membawa 200 koin emas, tapi kalau meletakkan secara sembarangan, koin itu juga bisa hilang. "Saya bisa bela diri Kristof," Lesha mengambil langkah kuda-kuda."Kita kalah jumlah," bisik Kristof."Apa Tuan bisa
Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa. Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak. Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek."Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman
Awalnya Lesha hanya ingin coba-coba karena dia penasaran dan juga tertarik dengan tawaran Kristof. Tapi siapa sangka, Kristof tampil sebagai penasehat dan menang banyak. Bahkan jumlah koin emasnya kini sudah 2 kali lipat. 'Balik modal dalam waktu sesingkat itu? pantas orang-orang kecanduan judi,' gumam Lesha dalam hati. Sudah pukul 2.30 siang, Lesha harus bergegas pergi karena kalau kemalaman di tengah jalan melewati hutan menuju wilayahnya akan semakin berbahaya. "Kristof... kurasa ini sudah cukup," kata Lesha."Ah... maaf Tuan Ahsel, saya terlalu bersemangat," jawab Kristof. Berkat perkataan Ahsel, Kristof menyimpulkan bahwa Tuan yang dia pandu bukanlah orang yang tampak serakah dan tamak. Dia murni hanya penasaran bagaimana rupa kasino. Tapi Kristof merasa belum cukup puas sehingga dia akan menawarkan untuk satu kali putaran main saja. "Ah baik Tuan, tapi Tuan tidak bisakah kita bermain satu putaran lagi, hanya sekali saja," wajah Kristof memelas. Awalnya Lesha menolak karena wa
Perempuan yang mendatangi Lesha tampak kecewa karena ditolak. Lesha masih mengamati sekitar. Tempat tersebut sangat ramai, banyak ekspresi yang bisa dilihat oleh Lesha, dari ekspresi putus asa dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan, lalu juga wajah sumringah bahagia, ada juga wajah dengan penuh emosi. "Hm... menarik!" kata Lesha. Dia lalu duduk di sofa yang sengaja disediakan di pinggir arena tempat bermain. Seorang pelayan datang untuk menawarkan minuman dan makanan. "Air putih saja," kata Lesha memesan. Pelayan itu terlihat mengerutkan dahinya karena merasa aneh. Mungkin Lesha satu-satunya orang yang datang dan memesan air putih saja. Karena sebagian minuman yang ditawarkan oleh pelayan tadi adalah alkohol seperti vodka, sampaign, wine, tequila, margarita, mojito with lime, sweet mimosa, pina colada dan lain-lain."Apa aku ikut main saja ya?" gumam Lesha. Tak lama minumanmya datang, segelas air putih."Apakah Tuan seorang pelancong?" Tanya pelayan yang datang. Dia adalah pelaya
Lesha masih memandangi dua manusia yang duduk di depannya dengan tatapan aneh. Tapi malah dua orang itu menatap Lesha dengan mata tajam dan tak perduli. Mata Lesha memindai melihat sekitar ternyata memang semua meja sudah penuh, jadi Lesha memaklumi dua orang itu yang tiba-tiba saja duduk di hadapannya, lalu melanjutkan makan siangnya yang lezat itu. 2 gelas Bir kemudian tersaji di meja yang sama dengan Lesha. Anehnya 2 orang yang ada di depan Lesha itu makan dengan tertib tanpa bertukar kata. Mereka makan dengan beringas dan dalam sekejap makanan itu habis tak bersisa.'Hebat....' Lesha ingin bertepuk tangan. Melihat sorotan mata kekaguman, Laki-laki yang tak bertudung itu berdeham, "Ehem..." Lesha yang sadar karena sudah berlaku tidak sopan dengan melihat orang itu pun tersenyum. Dia ingin berkata maaf karena sudah tidak sopan, tapi orang itu sepertinya tak terlalu mempermasalahkannya jadi Lesha melanjutkan makannya yang sudah hampir habis.Senyuman Lesha yang dilemparkan tadi it
Lesha benar benar berniat pergi dari Duchy Lexid. Dia memberi tahu Emma tentang rencananya, tentu saja wajah Emma kaget dan langsung berteriak historis, "Nona...!" Tapi Emma cepat sadar sehingga dia cepat membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Emma paling tahu bahwa Lesha Lexid adalah manusia yang paling susah di beri tahu. Maka, apapun pendapat Emma pasti tidak penting dan Lesha tetap akan pergi ke Ibukota. Jadi pada akhirnya Emma harus kalah dari Putri kebanggaan Duke Gerard.Seperti biasanya perannya adalah berjaga di depan pintu dengan alasan bahwa Nonanya tak enak badan dan memastikan tidak ada seorang pun yang akan masuk ke kamar majikannya. Baju penyamarannya sangat banyak, tampilan Lesha kini persis seperti seorang anak laki-laki. Dia memakai korset ketat di dadanya untuk menutupi benjolan payudaranya. Pakaiannya longgar sehingga tak akan memamerkan bentuk badannya. Tali kekang kuda pun mulai dia hentakkan dan kuda yang berlari itu semakin menjauhi mansionnya yang mewa
Ricardo sangat frustasi karena terkena amarah Ibunya. Saat emosi begini biasanya dia akan mencurahkan hasratnya kepada para perempuan. Dia suka menyiksa perempuan dan menangis dibawahnya. Semakin perempuan menjerit dan memohon kepadanya semakin kesenangannya meningkat. Dulu tidak begini, dia lebih suka membuat puisi yang indah tapi semenjak Ayahnya memukulinya hingga babak belur dengan tangannya sendiri karena puisinya yang bagus dengan nama anonim. Dia juga pernah menulis diam-diam, tapi kumpulan puisinya ditemukan oleh dayang yang jadi mata-mata Ayahnya sehingga, Joland sang Raja menghukum Ricardo di penjara bawah tanah. Perlakukan yang kejam itu membuat Ricardo menyerah dan mengganti hobinya dengan bersenggama dengan para pelacur. Anehnya, hobi memalukan itu tak oernah mendapat teguran orang tuanya, bahkan mereka tak pernah mengurungnya ke penjara bawah tanah karena pergi ke tempat prostitusi setiap hari.Ricardo melampiaskan emosinya dengan bercinta secara brutal dan menjadi gila.