Tepat setelah Isna memilih potret calon mempelai anaknya. Dia menghampiri anaknya lagi di kediamannya. Anaknya Ricardo masih saja tidur meskipun matahari sudah naik. Isna sidah kehabisan energi untuk marah. Jadi Dia hanya menginstruksikan dayang di kediaman anaknya untuk membangunkannya. Semua dayang di istana Putra Mahkota tahu betul bagaimana sifatnya. Mereka tidak ada yang berani membangunkan nya karena dia pasti akan mengamuk dan menyiksa orang yang sudah menganggu waktu istirahatnya.
"Permisi Yang Mulia... Yang Mulia... Yang Mulia..." Karena sudah dipanggil tiga kali dan tidak ada harapan untuk bangun. Pelayan itu menepuk kaki Ricardo dengan ringan dan pelan sambil masih memanggil namanya. "Yang Mulia..." Dia menepuk kaki Putra Mahkota berkali-kali kali, keringat dingin sudah menetes di dahinya. Nyawanya ada di ujung tanduk. Isna yang tidak sabar menerobos masuk kamar anaknya. dan duduk di samping kursi anaknya. Dia menyaksikan bagaimana pelayan itu membangunkan anaknya yang sudah seperti kerbau."Ck..." Isna mendecakkan lidahnya."Bangun Yang Mulia Putra Mahkota Ricardo!" suaranya menggema memenuhi ruangan kamar Ricardo. Untuk Ricardo yang sedang tidur pasti suara itu mengagetkannya.Ricardo bangun dengan gelagapan. Dia ingin marah tapi langsung sadar bahwa Ibunya duduk di samping kasur tidurnya dengan wajah garangnya. Merasa malu karena masih berantakan dia langsung menunduk."Apa Yang Mulia baru saja sadar?" Tanya Isna. Dia memakai bahasa formal . Meskipun Ricardo brengsek, dia masih menghormati Ibunya yang selalu menyayanginya. "Hormat kepada Ibunda ..." belum selesai dia memberikan salam kepada Ibunya sudah dipotong Isna, "Lupakan salam formalnya, cepat bersiap. Saya tunggu di ruang tamu Yang Mulia," kata Isna memberikan instruksi.Dia mau berbicara hal penting kepada anaknya, jadi setidaknya anaknya juga harus dalam kondisi yang bisa menerima omongan dan sadar sepenuhnya.Isna keluar dari kamar anaknya dan berjalan menuju ruang tamu istana Ricardo yang terletak paling depan dari bangunan.Ricardo buru-buru bersiap, dia tidak mandi dan hanya cuci muka, tapi dia berpakaian rapi untuk menemui Ibunya. Setelah cukup bersiap, dia menghampiri Ibunya yang sudah menunggunya."Maaf harus membuat Ibu menunggu," kita Ricardo. Dia kemudian duduk di depan Ibunya. Beruntung pelayan di kediamannya sangat peka sehingga Ibunya yang sudah menunggu dirinya itu sudah disajikan teh dan beberapa camilan pendamping.Isna masih diam dan menyesap teh hangatnya."Kalau boleh tahu, ada perlu apa Ibu datang kesini?" Tanya Ricardo cemas. Dia tahu selama ini selalu berbuat masalah, tapi Ibunya tak pernah menegurnya kecuali kasus yang cukup serius. seperti setahun yang lalu, saat dia mabuk dan memperkuat putri seorang bangsawan. Parahnya lagi perempuan yang dia perkosa hamil. Jadi Ibunya yang kejam dan selalu menyayanginya turun tangan untuk membereskan masalah tersebut."Yang Mulia sudah cukup umur," permulaan kalimat yang mengandung beban setelahnya. Mendengar Ibunya yang berbicara dengan serius, daun telinga Ricardo melebar untuk mendengarkan kalimat selanjutnya. "Yang Mulia harus segera menikah!" akhirnya kalimat inti yang Ricardo tunggu-tunggu keluar juga."Menikah?" Ricardo sudah tidak kaget, dia kadang juga ingin punya pasangan nikah seperti para bangsawan yang sudah punya tunangan dari umur 15 tahun. Tapi Ricardo, Putra Mahkota negeri ini masih saja melajang."Ya..." Kata Isna, lalu menginstruksikan dayangnya untuk memberikan selebaran yang sudah Dia persiapkan dengan baik. "Pilih Yang Mulia, salah satu diantaranya akan menjadi Putri Mahkota," kata Isna.Ricardo yang memilih selebaran potret perempuan cantik di depannya lantas mengucapkan, "Terserah Ibu saja, toh yang akan jadi Putri Mahkota hanya satu. Tapi... yang lainnya bisa dijadikan selir kan?"Sekarang Isna yang kaget. Anaknya memang sangat buruk. "Berapa selir yang Yang Mulia rencananya akan Yang Mulia miliki." Isna sedikit penasaran, apakah otak anaknya hanya selangkangan saja isinya."Aku berniat membangun harem Yang Mulia,"'Gila....'"Harem yang akan di isi dengan perempuan cantik dan aduhai..." katanya lagi tanpa pikir panjang.Yah Isna mengakui bahwa itu adalah salah satu kekurangan anaknya. Tapi Isna sendiri tidak menemukan satu saja keunggulan anaknya. Kepalanya pusing. "Yah, bangunlah harem saja Yang Mulia, Ibu harap dengan begitu Yang Mulia tidak akan lagi mendatangi tempat terkutuk itu!"Tempat terkutuk yang Isan maksut adalah tempat prostitusi yang setiap malam Ricardo datangi."Bagaimana Ibu bisa berkata demikian? tempat itu adalah satu-satunya kesenangan saya setiap malam!"Ricardo benar-benar anak yang tidak punya otak batin Isna."Apakah Yang Mulia tidak memikirkan nasib negeri ini?" Tanya Isna dengan serius."Tentu saja Ibu, tapi bukankah para menteri yang akan bekerja keras untuk menuntaskan masalah di negeri ini?' jawab Ricardo. Ya tidak salah sih, memang benar bahwa para menteri yang punya tugas masing-masing dalam memecahkan masalah. Tapi diatas menteri ada Raja yang bertanggung jawab dan mengkoordinasikan setiap masalah. Tanpa orang yang cakap sama saja negeri ini adalah canngkang kosong. Raja yang tidak mumpuni akan mudah dijatuhkan dan itu membahayakan. Isna tak habis pikir, perjuangannya dalam mempertahankan tempatnya di samping Raja dan menempatkan anaknya di pucuk singgasana hanya akan menghancurkan negeri ini.Joland pergi ke kantornya dengan segera setelah pembicaraan dengan istrinya. Dia tak lagi muda dan butuh penerus. Citranya yang dulu selalu memenangkan peperangan kini telah bergeser dan sekarang dimiliki oleh keluarga Duke Lexid, bahkan anaknya yang seumuran dengan anak Joland juga berprestasi dan menjadi pahlawan perang seperti Ayahnya. Joland kini sudah seperti macan ompong yang kehilangan taringnya dan cakarnya. Semakin lama keluarga Duke Lexid bahkan semakin berjaya, kekayaan dan kekuatannya melebihi keluarga Kerajaan. Hal ini membuat Joland sedikit tertekan.Dia memikirkan cara untuk membuat keluarga Duke Lexid harus ada dibawahnya karena bagaimana pun otoritasnya sebagai raja masih berlaku dan sebelum Duke Lexid bisa menggulingkannya, Jolan harus segera melucuti taring dan cakar Duke Lexid. "Kalau saja anakku lebih berguna!" kata Joland mengeluh. Anaknya sejak kecil sudah diajarkan ilmu berpedang dan bela diri, tapi Ricardo tak menunjukkan bakatnya dan malah terlihat payah. Ja
Ricardo sangat frustasi karena terkena amarah Ibunya. Saat emosi begini biasanya dia akan mencurahkan hasratnya kepada para perempuan. Dia suka menyiksa perempuan dan menangis dibawahnya. Semakin perempuan menjerit dan memohon kepadanya semakin kesenangannya meningkat. Dulu tidak begini, dia lebih suka membuat puisi yang indah tapi semenjak Ayahnya memukulinya hingga babak belur dengan tangannya sendiri karena puisinya yang bagus dengan nama anonim. Dia juga pernah menulis diam-diam, tapi kumpulan puisinya ditemukan oleh dayang yang jadi mata-mata Ayahnya sehingga, Joland sang Raja menghukum Ricardo di penjara bawah tanah. Perlakukan yang kejam itu membuat Ricardo menyerah dan mengganti hobinya dengan bersenggama dengan para pelacur. Anehnya, hobi memalukan itu tak oernah mendapat teguran orang tuanya, bahkan mereka tak pernah mengurungnya ke penjara bawah tanah karena pergi ke tempat prostitusi setiap hari.Ricardo melampiaskan emosinya dengan bercinta secara brutal dan menjadi gila.
Lesha benar benar berniat pergi dari Duchy Lexid. Dia memberi tahu Emma tentang rencananya, tentu saja wajah Emma kaget dan langsung berteriak historis, "Nona...!" Tapi Emma cepat sadar sehingga dia cepat membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Emma paling tahu bahwa Lesha Lexid adalah manusia yang paling susah di beri tahu. Maka, apapun pendapat Emma pasti tidak penting dan Lesha tetap akan pergi ke Ibukota. Jadi pada akhirnya Emma harus kalah dari Putri kebanggaan Duke Gerard.Seperti biasanya perannya adalah berjaga di depan pintu dengan alasan bahwa Nonanya tak enak badan dan memastikan tidak ada seorang pun yang akan masuk ke kamar majikannya. Baju penyamarannya sangat banyak, tampilan Lesha kini persis seperti seorang anak laki-laki. Dia memakai korset ketat di dadanya untuk menutupi benjolan payudaranya. Pakaiannya longgar sehingga tak akan memamerkan bentuk badannya. Tali kekang kuda pun mulai dia hentakkan dan kuda yang berlari itu semakin menjauhi mansionnya yang mewa
Lesha masih memandangi dua manusia yang duduk di depannya dengan tatapan aneh. Tapi malah dua orang itu menatap Lesha dengan mata tajam dan tak perduli. Mata Lesha memindai melihat sekitar ternyata memang semua meja sudah penuh, jadi Lesha memaklumi dua orang itu yang tiba-tiba saja duduk di hadapannya, lalu melanjutkan makan siangnya yang lezat itu. 2 gelas Bir kemudian tersaji di meja yang sama dengan Lesha. Anehnya 2 orang yang ada di depan Lesha itu makan dengan tertib tanpa bertukar kata. Mereka makan dengan beringas dan dalam sekejap makanan itu habis tak bersisa.'Hebat....' Lesha ingin bertepuk tangan. Melihat sorotan mata kekaguman, Laki-laki yang tak bertudung itu berdeham, "Ehem..." Lesha yang sadar karena sudah berlaku tidak sopan dengan melihat orang itu pun tersenyum. Dia ingin berkata maaf karena sudah tidak sopan, tapi orang itu sepertinya tak terlalu mempermasalahkannya jadi Lesha melanjutkan makannya yang sudah hampir habis.Senyuman Lesha yang dilemparkan tadi it
Perempuan yang mendatangi Lesha tampak kecewa karena ditolak. Lesha masih mengamati sekitar. Tempat tersebut sangat ramai, banyak ekspresi yang bisa dilihat oleh Lesha, dari ekspresi putus asa dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan, lalu juga wajah sumringah bahagia, ada juga wajah dengan penuh emosi. "Hm... menarik!" kata Lesha. Dia lalu duduk di sofa yang sengaja disediakan di pinggir arena tempat bermain. Seorang pelayan datang untuk menawarkan minuman dan makanan. "Air putih saja," kata Lesha memesan. Pelayan itu terlihat mengerutkan dahinya karena merasa aneh. Mungkin Lesha satu-satunya orang yang datang dan memesan air putih saja. Karena sebagian minuman yang ditawarkan oleh pelayan tadi adalah alkohol seperti vodka, sampaign, wine, tequila, margarita, mojito with lime, sweet mimosa, pina colada dan lain-lain."Apa aku ikut main saja ya?" gumam Lesha. Tak lama minumanmya datang, segelas air putih."Apakah Tuan seorang pelancong?" Tanya pelayan yang datang. Dia adalah pelaya
Awalnya Lesha hanya ingin coba-coba karena dia penasaran dan juga tertarik dengan tawaran Kristof. Tapi siapa sangka, Kristof tampil sebagai penasehat dan menang banyak. Bahkan jumlah koin emasnya kini sudah 2 kali lipat. 'Balik modal dalam waktu sesingkat itu? pantas orang-orang kecanduan judi,' gumam Lesha dalam hati. Sudah pukul 2.30 siang, Lesha harus bergegas pergi karena kalau kemalaman di tengah jalan melewati hutan menuju wilayahnya akan semakin berbahaya. "Kristof... kurasa ini sudah cukup," kata Lesha."Ah... maaf Tuan Ahsel, saya terlalu bersemangat," jawab Kristof. Berkat perkataan Ahsel, Kristof menyimpulkan bahwa Tuan yang dia pandu bukanlah orang yang tampak serakah dan tamak. Dia murni hanya penasaran bagaimana rupa kasino. Tapi Kristof merasa belum cukup puas sehingga dia akan menawarkan untuk satu kali putaran main saja. "Ah baik Tuan, tapi Tuan tidak bisakah kita bermain satu putaran lagi, hanya sekali saja," wajah Kristof memelas. Awalnya Lesha menolak karena wa
Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa. Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak. Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek."Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman
Ternyata mereka sudah diikuti semenjak dari kasino. Mereka (perampok) tahu bahwa dua orang itu menang banyak. Jadi para perampok yang bersindikat itu tidak mau menyia nyiakan ladang penghasilan mereka."Sial!" gumam Kristof. Lesha tahu bahwa wajah Kristof sangat panik. Ini seperti keluar dari sarang buaya masuk ke kandang singa. Meskipun Lesha bisa bela diri dan menjaga dirinya sendiri, tapi dia tetap khawatir karena ini pertama kalinya dia benar benar berhadapan dengan penjahat. "Yah setidaknya aku akan benar benar mempraktikkan ilmu bela diri yang selama ini sudah kupelajari," Lesha lantas mengeluarkan pedang yang sudah Dia bawa. "Hahaha...." perampok itu tertawa melihat tingkah Lesha. "Tuan Ahsel..." panggil Kristof, akan merekapotkan kalau bertempur melawan perampok sambil membawa 200 koin emas, tapi kalau meletakkan secara sembarangan, koin itu juga bisa hilang. "Saya bisa bela diri Kristof," Lesha mengambil langkah kuda-kuda."Kita kalah jumlah," bisik Kristof."Apa Tuan bisa
".....?""5 koin emas satu hari!" Dia berkata sekali lagi."Aku akan menyewakan Max untukmu," pemuda itu meskipun ragu tapi tetap menolongnya. "Baik! terimakasih," Lesha sungguh terharu dengan kebaikan hatinya."Silahkan kirimkan tagihan ke Panti asuhan Marco di Wilayah Duchy Lexid, atas nama Tuan Ahsel," Lesha kemudian memberikan alamat palsunya kepada Pemuda tersebut. Meski bukan alamat asli, tapi Lesha adalah orang yang berperan besar disana, Direktur panti asuhan tersebut juga kaki tangannya, jadi sangat mudah bekerja sama dengan Direktur panti. Akan ada masalah besar kalau Dia memberinya alamat asli, bagaimana pun Kakak dan Ayahnya adalah orang yang sangat teliti, apalagi kalau menyangkut soal dirinya."Ebtysem..." pemuda tersebut menyebutkan sebuah nama, "Nama saya Ebtysem!"Lesha tersenyum, meskipun dibawah tudung, dia jelas bisa tahu kalau pemuda yang badannya tinggi dan badannya kekar itu mempesona. 'Ah... kalau berlama lama aku bisa jatuh cinta dengannya.'"Sampai jumpa Tua
Agak memalukan memang, tapi Lesha benar benar lupa dimana mereka harusnya bertemu."Ck..." orang yang menolong Lesha mendecakkan lidahnya."Maaf, saya sungguh lupa tempat dimana harusnya saya bertemu janji untuk membagi kpin emas kami," wajah Lesha diliputi pasrah dan juga menahan malu."Tapi tenang saja, saya tidak akan melupakan janji saya. Janji harus ditepati!" Lesha adalah orang yang keras kepala, jadi Dia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri."Apa kau yakin temanmu bukanlah komplotannya?" akhirnya pemuda tersebut bersuara. Suaranya berat sehingga terdengar sangat seksi. Untuk sesaat, Lesha terpesona. Orang itu kemudian menjentikkan tangganya untuk menyadarkan Lesha. "Ya? bagaimana?""Temanmu itu komplotannya bukan?" nadanya sedikit membentak dan membuat Lesha kaget. 'Ah iya benar juga ya, tapi tidak mungkin Kristof seperti itu,' gumam Lesha. Meskipun pertemuannya dengan Kristof sangatlah singkat, tapi Lesha yakin akan kepribadian pemuda yang baru ditemuinya itu."Itu.... say
Ternyata mereka sudah diikuti semenjak dari kasino. Mereka (perampok) tahu bahwa dua orang itu menang banyak. Jadi para perampok yang bersindikat itu tidak mau menyia nyiakan ladang penghasilan mereka."Sial!" gumam Kristof. Lesha tahu bahwa wajah Kristof sangat panik. Ini seperti keluar dari sarang buaya masuk ke kandang singa. Meskipun Lesha bisa bela diri dan menjaga dirinya sendiri, tapi dia tetap khawatir karena ini pertama kalinya dia benar benar berhadapan dengan penjahat. "Yah setidaknya aku akan benar benar mempraktikkan ilmu bela diri yang selama ini sudah kupelajari," Lesha lantas mengeluarkan pedang yang sudah Dia bawa. "Hahaha...." perampok itu tertawa melihat tingkah Lesha. "Tuan Ahsel..." panggil Kristof, akan merekapotkan kalau bertempur melawan perampok sambil membawa 200 koin emas, tapi kalau meletakkan secara sembarangan, koin itu juga bisa hilang. "Saya bisa bela diri Kristof," Lesha mengambil langkah kuda-kuda."Kita kalah jumlah," bisik Kristof."Apa Tuan bisa
Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa. Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak. Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek."Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman
Awalnya Lesha hanya ingin coba-coba karena dia penasaran dan juga tertarik dengan tawaran Kristof. Tapi siapa sangka, Kristof tampil sebagai penasehat dan menang banyak. Bahkan jumlah koin emasnya kini sudah 2 kali lipat. 'Balik modal dalam waktu sesingkat itu? pantas orang-orang kecanduan judi,' gumam Lesha dalam hati. Sudah pukul 2.30 siang, Lesha harus bergegas pergi karena kalau kemalaman di tengah jalan melewati hutan menuju wilayahnya akan semakin berbahaya. "Kristof... kurasa ini sudah cukup," kata Lesha."Ah... maaf Tuan Ahsel, saya terlalu bersemangat," jawab Kristof. Berkat perkataan Ahsel, Kristof menyimpulkan bahwa Tuan yang dia pandu bukanlah orang yang tampak serakah dan tamak. Dia murni hanya penasaran bagaimana rupa kasino. Tapi Kristof merasa belum cukup puas sehingga dia akan menawarkan untuk satu kali putaran main saja. "Ah baik Tuan, tapi Tuan tidak bisakah kita bermain satu putaran lagi, hanya sekali saja," wajah Kristof memelas. Awalnya Lesha menolak karena wa
Perempuan yang mendatangi Lesha tampak kecewa karena ditolak. Lesha masih mengamati sekitar. Tempat tersebut sangat ramai, banyak ekspresi yang bisa dilihat oleh Lesha, dari ekspresi putus asa dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan, lalu juga wajah sumringah bahagia, ada juga wajah dengan penuh emosi. "Hm... menarik!" kata Lesha. Dia lalu duduk di sofa yang sengaja disediakan di pinggir arena tempat bermain. Seorang pelayan datang untuk menawarkan minuman dan makanan. "Air putih saja," kata Lesha memesan. Pelayan itu terlihat mengerutkan dahinya karena merasa aneh. Mungkin Lesha satu-satunya orang yang datang dan memesan air putih saja. Karena sebagian minuman yang ditawarkan oleh pelayan tadi adalah alkohol seperti vodka, sampaign, wine, tequila, margarita, mojito with lime, sweet mimosa, pina colada dan lain-lain."Apa aku ikut main saja ya?" gumam Lesha. Tak lama minumanmya datang, segelas air putih."Apakah Tuan seorang pelancong?" Tanya pelayan yang datang. Dia adalah pelaya
Lesha masih memandangi dua manusia yang duduk di depannya dengan tatapan aneh. Tapi malah dua orang itu menatap Lesha dengan mata tajam dan tak perduli. Mata Lesha memindai melihat sekitar ternyata memang semua meja sudah penuh, jadi Lesha memaklumi dua orang itu yang tiba-tiba saja duduk di hadapannya, lalu melanjutkan makan siangnya yang lezat itu. 2 gelas Bir kemudian tersaji di meja yang sama dengan Lesha. Anehnya 2 orang yang ada di depan Lesha itu makan dengan tertib tanpa bertukar kata. Mereka makan dengan beringas dan dalam sekejap makanan itu habis tak bersisa.'Hebat....' Lesha ingin bertepuk tangan. Melihat sorotan mata kekaguman, Laki-laki yang tak bertudung itu berdeham, "Ehem..." Lesha yang sadar karena sudah berlaku tidak sopan dengan melihat orang itu pun tersenyum. Dia ingin berkata maaf karena sudah tidak sopan, tapi orang itu sepertinya tak terlalu mempermasalahkannya jadi Lesha melanjutkan makannya yang sudah hampir habis.Senyuman Lesha yang dilemparkan tadi it
Lesha benar benar berniat pergi dari Duchy Lexid. Dia memberi tahu Emma tentang rencananya, tentu saja wajah Emma kaget dan langsung berteriak historis, "Nona...!" Tapi Emma cepat sadar sehingga dia cepat membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Emma paling tahu bahwa Lesha Lexid adalah manusia yang paling susah di beri tahu. Maka, apapun pendapat Emma pasti tidak penting dan Lesha tetap akan pergi ke Ibukota. Jadi pada akhirnya Emma harus kalah dari Putri kebanggaan Duke Gerard.Seperti biasanya perannya adalah berjaga di depan pintu dengan alasan bahwa Nonanya tak enak badan dan memastikan tidak ada seorang pun yang akan masuk ke kamar majikannya. Baju penyamarannya sangat banyak, tampilan Lesha kini persis seperti seorang anak laki-laki. Dia memakai korset ketat di dadanya untuk menutupi benjolan payudaranya. Pakaiannya longgar sehingga tak akan memamerkan bentuk badannya. Tali kekang kuda pun mulai dia hentakkan dan kuda yang berlari itu semakin menjauhi mansionnya yang mewa
Ricardo sangat frustasi karena terkena amarah Ibunya. Saat emosi begini biasanya dia akan mencurahkan hasratnya kepada para perempuan. Dia suka menyiksa perempuan dan menangis dibawahnya. Semakin perempuan menjerit dan memohon kepadanya semakin kesenangannya meningkat. Dulu tidak begini, dia lebih suka membuat puisi yang indah tapi semenjak Ayahnya memukulinya hingga babak belur dengan tangannya sendiri karena puisinya yang bagus dengan nama anonim. Dia juga pernah menulis diam-diam, tapi kumpulan puisinya ditemukan oleh dayang yang jadi mata-mata Ayahnya sehingga, Joland sang Raja menghukum Ricardo di penjara bawah tanah. Perlakukan yang kejam itu membuat Ricardo menyerah dan mengganti hobinya dengan bersenggama dengan para pelacur. Anehnya, hobi memalukan itu tak oernah mendapat teguran orang tuanya, bahkan mereka tak pernah mengurungnya ke penjara bawah tanah karena pergi ke tempat prostitusi setiap hari.Ricardo melampiaskan emosinya dengan bercinta secara brutal dan menjadi gila.