Awalnya Lesha hanya ingin coba-coba karena dia penasaran dan juga tertarik dengan tawaran Kristof. Tapi siapa sangka, Kristof tampil sebagai penasehat dan menang banyak. Bahkan jumlah koin emasnya kini sudah 2 kali lipat.
'Balik modal dalam waktu sesingkat itu? pantas orang-orang kecanduan judi,' gumam Lesha dalam hati. Sudah pukul 2.30 siang, Lesha harus bergegas pergi karena kalau kemalaman di tengah jalan melewati hutan menuju wilayahnya akan semakin berbahaya."Kristof... kurasa ini sudah cukup," kata Lesha."Ah... maaf Tuan Ahsel, saya terlalu bersemangat," jawab Kristof. Berkat perkataan Ahsel, Kristof menyimpulkan bahwa Tuan yang dia pandu bukanlah orang yang tampak serakah dan tamak. Dia murni hanya penasaran bagaimana rupa kasino. Tapi Kristof merasa belum cukup puas sehingga dia akan menawarkan untuk satu kali putaran main saja."Ah baik Tuan, tapi Tuan tidak bisakah kita bermain satu putaran lagi, hanya sekali saja," wajah Kristof memelas. Awalnya Lesha menolak karena waktunya mepet, tapi melihat wajah Kristof, Lesha pun menyanggupinya.Di meja judi kali ini para pemain bertaruh dengan jumlah spektakuler. Lesha juga mengamati dari tampilan mereka, melihat baju dan perawakannya mereka pasti bangsawan yang kaya. Hanya Lesha saja yang identitasnya tak diketahui. Sepanjang menyamar, Lesha juga mengenakan tudung sehingga tampilannya terkesan misterius dan karena wajahnya cantik, dia mengenakan bedak yang warnanya lebih gelap dengan kulit aslinya sehingga wajahnya menjadi coklat kumal, apalagi dengan aktivitas seharian ini sudah dipastikan wajahnya menjadi sedikit kusam."Hey Tuan... cepat keluarkan koinmu!" bentuk salah seorang pemain, dia punya perawakan gendut dan kumis tipis. Lesha yang tak suka dengan hardikannya itu pun segera memasang taruhannya. Dia memasak setengahnya yaitu 30 koin emas. "Kita pasang semuanya saja Tuan," bisik Kristof. Lesha ragu karena kalau dia memadang semuanya dan kalah... bukan karena Lesha perhitungan tapi karena kalau kalah Kristof tidak akan mendapatkan apa-apa, terlebih dia sedang membutuhkan."Percayalah padaku Tuan," Kristof yang selalu percaya diri itu pun meyakinkan Lesha."Oke, baiklah," akhirnya Lesha pun memasang semua loi emasnya."60 koin emas," kata seorang pemuda dengan rambut pirang terang. Dia tersenyum mengejek, di samping kanan kirinya sudah ada perempuan dengan pakaian dada yang sedikit melorot sehingga menampakkan payudaranya yang montok.Lesha hanya meliriknya saja tanpa memperdulikan omongannya."Kita mulai Tuan-tuan,"Di meja itu adalah permainan Roullete, Dalam permainan ini, seorang bandar memutar roda itu ke sebuah arah, lalu melemparkan sebuah bola ke arah yang berlawanan pada sebuah permukaan bulat yang dimiringkan, sehingga berputar mengelilingi roda itu. Bola itu akhirnya jatuh di permukaan roda.Bagai jelmaan keberuntungan, Lesha dan Kristof menang. Lesha yang degup jantungnya berpacu itu pun senang bukan main, tapi dia menggenggam tangannya karena kalau dia berteriak pasti terluhat kampungan dan lebih jelasnya karena penyamarannya takut terbongkar. Disini yang paling bahagia jelas Kristof karena dia sudah bisa dipastikan akan membawa banyak pulang koin emasnya."Apa apaan ini, kalian pasti curang!" kata lelaki gendut dengan arogannya. Orang seperti dia sudah sering Kristof temui, mana mungkin dia mau kalah, secara koin emang yang dia pertarungan juga banyak. Sang bandar melerai dan menjabarkan bahwa mereka berdua bermain adil."Bukankah pelayan itu adalah pegawai disini, kalian pasti sudah bekerja sama!" kata laki-laki berambut merah. Dia juga ikut bertaruh dan kalah dengan jumlah yang banyak. Lesha sudah naik pita tapi ditahannya."Maaf Tuan-tuan, tapi disini semua boleh bermain, baik rakyat jelata, bangsawan dan bahkan pegawai kami," kata si dealer. Hanya di kasino ini semua kata bisa berbaur, asal punya banyak uang dan juga tempat ini adalah sarang rentenir dimana mangsa selalu ada.Pegawai dengan bada kekar segera berjaga karena seperti akan ada keributan."Kalian semua memalukan!" kata pemuda dengan rambut pirang cerah tersebut."Ah... maafkan atas kelancangan saya Yang Mulia," pemuda berambut merah itu menunjukkan hirmatnya pada pemuda berambut pirang tersebut."Karena disini ada aku, maka tidak ada siapa pun yang kuijinkan untuk menang,""Apa apaan ini?" Kata si Lesha, suaranya terdengar oleh si pemuda berambut purang tersebut. "Kau tidak tahu siapa aku?" matanya melirik tajam ke arah Lesha."Apa kau juga tahu siapa aku?" Kata Lesha dengan nada kesal."Huh....""Berani beraninya seorang rakyat jelata berkata demikian dengan Yang Mulia Putra Mahkota!" bentuk bangsawan gendut dengan kumis tipis."Ada apa ini?" seorang bangsawan dengan usia 40 tahunan mendekat, dia adalah pemilik tempat ini."Yang Mulia Putra Mahkota..." dia memberikan hormatnya. Dia tahu kalau Putra Mahkota datang ketempatnya artinya akan ada keributan, karena ini bukan sekali atau dua kali terjadi.Si dealer kemudian menyampaikan duduk perkara tersebut, "Maafkan saya Yang Mulia, tapi permainan ini sudah dimenangkan oleh Tuan dengan jubah hitam tersebut, kalau kemenangan dibatalkan ini tidak adil," jelas bahwa sang pemilik memihak pada Kristof dan Lesha. "Apakah karena yang menang adalah pegawaimu lalu kau membelanya?" Kata bangsawan gendut dengan kumis tipis tersebut."Maaf Count Hiba, tapi permainan ini adil dan sesuai prosedur, jadi saya tidak membacanya karena ada pegawai saya yang ikut bermain," Dia juga sudah mulai tersulut emosi."Begini Viscount Gali, kami kalah banyak sehingga ini terasa tidak adil," kata si pemuda berambut merah.'Itukan salahmu ikut bermain, kenapa kalau kalah merasa tidak adil?' gumam Lesha.Viscount Gali merasa pusing dengan serangan bangsawan yang tidak tahu diri itu.Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa. Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak. Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek."Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman
Ternyata mereka sudah diikuti semenjak dari kasino. Mereka (perampok) tahu bahwa dua orang itu menang banyak. Jadi para perampok yang bersindikat itu tidak mau menyia nyiakan ladang penghasilan mereka."Sial!" gumam Kristof. Lesha tahu bahwa wajah Kristof sangat panik. Ini seperti keluar dari sarang buaya masuk ke kandang singa. Meskipun Lesha bisa bela diri dan menjaga dirinya sendiri, tapi dia tetap khawatir karena ini pertama kalinya dia benar benar berhadapan dengan penjahat. "Yah setidaknya aku akan benar benar mempraktikkan ilmu bela diri yang selama ini sudah kupelajari," Lesha lantas mengeluarkan pedang yang sudah Dia bawa. "Hahaha...." perampok itu tertawa melihat tingkah Lesha. "Tuan Ahsel..." panggil Kristof, akan merekapotkan kalau bertempur melawan perampok sambil membawa 200 koin emas, tapi kalau meletakkan secara sembarangan, koin itu juga bisa hilang. "Saya bisa bela diri Kristof," Lesha mengambil langkah kuda-kuda."Kita kalah jumlah," bisik Kristof."Apa Tuan bisa
Agak memalukan memang, tapi Lesha benar benar lupa dimana mereka harusnya bertemu."Ck..." orang yang menolong Lesha mendecakkan lidahnya."Maaf, saya sungguh lupa tempat dimana harusnya saya bertemu janji untuk membagi kpin emas kami," wajah Lesha diliputi pasrah dan juga menahan malu."Tapi tenang saja, saya tidak akan melupakan janji saya. Janji harus ditepati!" Lesha adalah orang yang keras kepala, jadi Dia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri."Apa kau yakin temanmu bukanlah komplotannya?" akhirnya pemuda tersebut bersuara. Suaranya berat sehingga terdengar sangat seksi. Untuk sesaat, Lesha terpesona. Orang itu kemudian menjentikkan tangganya untuk menyadarkan Lesha. "Ya? bagaimana?""Temanmu itu komplotannya bukan?" nadanya sedikit membentak dan membuat Lesha kaget. 'Ah iya benar juga ya, tapi tidak mungkin Kristof seperti itu,' gumam Lesha. Meskipun pertemuannya dengan Kristof sangatlah singkat, tapi Lesha yakin akan kepribadian pemuda yang baru ditemuinya itu."Itu.... say
".....?""5 koin emas satu hari!" Dia berkata sekali lagi."Aku akan menyewakan Max untukmu," pemuda itu meskipun ragu tapi tetap menolongnya. "Baik! terimakasih," Lesha sungguh terharu dengan kebaikan hatinya."Silahkan kirimkan tagihan ke Panti asuhan Marco di Wilayah Duchy Lexid, atas nama Tuan Ahsel," Lesha kemudian memberikan alamat palsunya kepada Pemuda tersebut. Meski bukan alamat asli, tapi Lesha adalah orang yang berperan besar disana, Direktur panti asuhan tersebut juga kaki tangannya, jadi sangat mudah bekerja sama dengan Direktur panti. Akan ada masalah besar kalau Dia memberinya alamat asli, bagaimana pun Kakak dan Ayahnya adalah orang yang sangat teliti, apalagi kalau menyangkut soal dirinya."Ebtysem..." pemuda tersebut menyebutkan sebuah nama, "Nama saya Ebtysem!"Lesha tersenyum, meskipun dibawah tudung, dia jelas bisa tahu kalau pemuda yang badannya tinggi dan badannya kekar itu mempesona. 'Ah... kalau berlama lama aku bisa jatuh cinta dengannya.'"Sampai jumpa Tua
Lesha makan malam dengan lahap, seperti orang kelaparan yang tidak diberi makanan enak sama sekali. Tindakan itu sama sekali tidak mencerminkan seorang Lady bangsawan. "Ehem...." Emma berdeham bermaksud memberi kode pada Lesha. Tapi Lesha sama sekali tidak perduli dan tetap makan dengan lahap. 'Apa yang terjadi di Ibukota Tuan Putri?' Emma menebak pasti ada sesuatu yang terjadi. Lesha memang benar benar kelaparan, setelah mengalami insiden panjang akhirnya dia bisa lega sampai di kediaman dan sekarang waktunya makan malam. Sungguh makanan akan tampak lezat kalian kelaparan. Itu adalah nilai moral yang Lesha petik. Untungnya Ayah dan Kakaknya belum sampai di kediaman, jadi mereka tidak bisa melihat tingkah Lesha yang seperti ini. Emma tak tahan, akhirnya mengusir semua pelayan karena Putri ingin makan dengan tenang. Lesha akhirnya sadar saat pelayan mundur dan pergi. Lesha yang tengah makan dengan suapan penuh di mulut itu pun melihat ke arah Emma. Emma kaget melihat p
Hari ini adalah jadwal kepulangan Duke Lexid, Jjari praktis membuat Lesha bersiap. Ini adalah hari paling melelahkan sepanjang masa. Sebab dia harus memakai gaun yang berat. Kalau tidak, ayahnya akan protes karena dia mengatakan pakaian biasa. "Dasar gila, coba saja para lelaki itu pakai baju wanita seperti ini , mereka masih bisa memberikan komentar tidak." Keluh Lesha. Dia lebih suka menggunakan celana dan bebas bergerak. Tapi demi Ayah yang membesarkannya Dnegan penuh cinta dan kasih, dia rela berpura pura , jadi wanita paling anggun dan cantik sepanjang masa. "Nona jangan begitu, orang orang saja iri melihat Nona. Mana ada mereka yang bisa memiliki gaun Madam Lilian eksklusif." Memang benar kata Emma. Gaun yang digunakan oleh Lesha selalu eksklusif dan Tidka ada duanya. kecuali mereka yang kemudian meniru gaun yang dibuat madam. setelah selesai bersiap dia turun ke lantai dasar. "Ayah...." Lesha datang memeluk Ayahnya. "Putri Ayah yang paling cantikkkkk...." Sepert
Di sore hari ketika mereka bertiga berkumpul, undangan dari istana datang. Sebuah perayaan pendirian negara yang mengundang seluruh bangsawan dari negeri hadir. "Aku malas pergi Ayah." Felix tiba tiba saja berbicara begitu. Bukan apa apa. Raja saat ini, Raja Joland bukanlah raja panutan. Dia hanya raja yang hanya nama saja. Semua keputusan diambil oleh permaisuri. Begitu pun dengan penerusnya. Tidak ada yang bisa dibanggakan. "Tapi kita harus hadir." Lexid kemudian membalas perkataan Felix Musim sosial telah tiba. "Ayah, kalau tidak apa apa kan tidak hadir." Lesha juga sama malasnya. Bertemu dengan bangsawan di ibukota itu membuatnya malas. Tapi kebanyakan para lady hanya ingin menjalin hubungan dengan kakaknya melalui dirinya . Itu rasanya melelahkan. "Entah ada apa, tapi semua anggota keluarga harus hadir Lesha." Begini begini, ayahnya adalah orang yang disiplin. Dia berada di kubu netral, tapi lebih suka membela kepentingan rakyat. "Kita akan memanggil madam Lilian."
Hari perjamuan istana pun tiba. Secara Naluri, Lexid dan Felix tentu saja langsung melindungi adiknya dari mata mata bangsawan yang mencari istri. Mau Tua atau muda, mereka semua sama saja. kumbang kumbang itu tidak akan bisa hinggap pada bunga cantik yang sedang mekar. Bunga itu dirawat dan dijaga dengan sangat baik. Adiknya begitu berharga sampai sampai harus dilindungi dari tatapan mereka. Bukan sekedar mengagumi kecantikan Putri Duke Lexid saja, tapi sebenarnya mereka pasti berharap bisa mempersunting nya. "Lihat tatapan mereka!" Felix secara tidak sengaja langsung mode overprotektif. "Aku juga ingin mencungkil bola mata mereka." Tidak mau kalah, Lexid juga berkata demikian. Mereka semua paham makna tatapan dari Duke dan Tuan muda itu. Mata mereka kemudian berkeliaran seolah olah tidak terjadi apa apa. Sungguh menatap mata Duke itu sangat menyeramkan. Saat mereka semua sudah lepas dari para bangsawan yang ingin tahu, malah tiba saatnya memberikan salam kepada keluarga
Buru buru Lesha pergi ke balkon. Ball room istana itu membuatnya muak saja. Dia tidak pernah membayangkan akan dipasangkan dengan orang paling dia benci seumur hidupnya.Dia masih ingat bagaimana Ricardo bertindak di kasino beberapa waktu yang lalu. Dia masuk balkon tanpa memperhatikan bahwa disana sudah ada seseorang. Dia berdiri si sudut gelap dekat pintu masuk."Sepertinya Nona mengalami waktu yang sulit.""Huwa..." Hampir saja Lesha berteriak kaget.Dia pikir dia seorang diri. Untung saja dia tidak mengumpat tadi. Apa jadinya kalau dia tadi mengumpat keluarga Kerajaan."Maaf, aku pikir disini tidak ada orang.""Santai saja."Lelaki itu melangkah dari kegelapan."Kau?"Lesha cukup kaget dengan perawakan yang dia kenal. "Halo Tuan Ahsel!""...?" Lelaki ini tahu identitas nya."Siapa kau sebenarnya?""Saya Ebtysem... sejak awal saya tidak pernah berbohong mengenai identitas diri saya!""Kau...""Saya adalah cucu dari Marquis dari barat.""...?""Kamu...?""Saya adalah penerusnya, m
Hari perjamuan istana pun tiba. Secara Naluri, Lexid dan Felix tentu saja langsung melindungi adiknya dari mata mata bangsawan yang mencari istri. Mau Tua atau muda, mereka semua sama saja. kumbang kumbang itu tidak akan bisa hinggap pada bunga cantik yang sedang mekar. Bunga itu dirawat dan dijaga dengan sangat baik. Adiknya begitu berharga sampai sampai harus dilindungi dari tatapan mereka. Bukan sekedar mengagumi kecantikan Putri Duke Lexid saja, tapi sebenarnya mereka pasti berharap bisa mempersunting nya. "Lihat tatapan mereka!" Felix secara tidak sengaja langsung mode overprotektif. "Aku juga ingin mencungkil bola mata mereka." Tidak mau kalah, Lexid juga berkata demikian. Mereka semua paham makna tatapan dari Duke dan Tuan muda itu. Mata mereka kemudian berkeliaran seolah olah tidak terjadi apa apa. Sungguh menatap mata Duke itu sangat menyeramkan. Saat mereka semua sudah lepas dari para bangsawan yang ingin tahu, malah tiba saatnya memberikan salam kepada keluarga
Di sore hari ketika mereka bertiga berkumpul, undangan dari istana datang. Sebuah perayaan pendirian negara yang mengundang seluruh bangsawan dari negeri hadir. "Aku malas pergi Ayah." Felix tiba tiba saja berbicara begitu. Bukan apa apa. Raja saat ini, Raja Joland bukanlah raja panutan. Dia hanya raja yang hanya nama saja. Semua keputusan diambil oleh permaisuri. Begitu pun dengan penerusnya. Tidak ada yang bisa dibanggakan. "Tapi kita harus hadir." Lexid kemudian membalas perkataan Felix Musim sosial telah tiba. "Ayah, kalau tidak apa apa kan tidak hadir." Lesha juga sama malasnya. Bertemu dengan bangsawan di ibukota itu membuatnya malas. Tapi kebanyakan para lady hanya ingin menjalin hubungan dengan kakaknya melalui dirinya . Itu rasanya melelahkan. "Entah ada apa, tapi semua anggota keluarga harus hadir Lesha." Begini begini, ayahnya adalah orang yang disiplin. Dia berada di kubu netral, tapi lebih suka membela kepentingan rakyat. "Kita akan memanggil madam Lilian."
Hari ini adalah jadwal kepulangan Duke Lexid, Jjari praktis membuat Lesha bersiap. Ini adalah hari paling melelahkan sepanjang masa. Sebab dia harus memakai gaun yang berat. Kalau tidak, ayahnya akan protes karena dia mengatakan pakaian biasa. "Dasar gila, coba saja para lelaki itu pakai baju wanita seperti ini , mereka masih bisa memberikan komentar tidak." Keluh Lesha. Dia lebih suka menggunakan celana dan bebas bergerak. Tapi demi Ayah yang membesarkannya Dnegan penuh cinta dan kasih, dia rela berpura pura , jadi wanita paling anggun dan cantik sepanjang masa. "Nona jangan begitu, orang orang saja iri melihat Nona. Mana ada mereka yang bisa memiliki gaun Madam Lilian eksklusif." Memang benar kata Emma. Gaun yang digunakan oleh Lesha selalu eksklusif dan Tidka ada duanya. kecuali mereka yang kemudian meniru gaun yang dibuat madam. setelah selesai bersiap dia turun ke lantai dasar. "Ayah...." Lesha datang memeluk Ayahnya. "Putri Ayah yang paling cantikkkkk...." Sepert
Lesha makan malam dengan lahap, seperti orang kelaparan yang tidak diberi makanan enak sama sekali. Tindakan itu sama sekali tidak mencerminkan seorang Lady bangsawan. "Ehem...." Emma berdeham bermaksud memberi kode pada Lesha. Tapi Lesha sama sekali tidak perduli dan tetap makan dengan lahap. 'Apa yang terjadi di Ibukota Tuan Putri?' Emma menebak pasti ada sesuatu yang terjadi. Lesha memang benar benar kelaparan, setelah mengalami insiden panjang akhirnya dia bisa lega sampai di kediaman dan sekarang waktunya makan malam. Sungguh makanan akan tampak lezat kalian kelaparan. Itu adalah nilai moral yang Lesha petik. Untungnya Ayah dan Kakaknya belum sampai di kediaman, jadi mereka tidak bisa melihat tingkah Lesha yang seperti ini. Emma tak tahan, akhirnya mengusir semua pelayan karena Putri ingin makan dengan tenang. Lesha akhirnya sadar saat pelayan mundur dan pergi. Lesha yang tengah makan dengan suapan penuh di mulut itu pun melihat ke arah Emma. Emma kaget melihat p
".....?""5 koin emas satu hari!" Dia berkata sekali lagi."Aku akan menyewakan Max untukmu," pemuda itu meskipun ragu tapi tetap menolongnya. "Baik! terimakasih," Lesha sungguh terharu dengan kebaikan hatinya."Silahkan kirimkan tagihan ke Panti asuhan Marco di Wilayah Duchy Lexid, atas nama Tuan Ahsel," Lesha kemudian memberikan alamat palsunya kepada Pemuda tersebut. Meski bukan alamat asli, tapi Lesha adalah orang yang berperan besar disana, Direktur panti asuhan tersebut juga kaki tangannya, jadi sangat mudah bekerja sama dengan Direktur panti. Akan ada masalah besar kalau Dia memberinya alamat asli, bagaimana pun Kakak dan Ayahnya adalah orang yang sangat teliti, apalagi kalau menyangkut soal dirinya."Ebtysem..." pemuda tersebut menyebutkan sebuah nama, "Nama saya Ebtysem!"Lesha tersenyum, meskipun dibawah tudung, dia jelas bisa tahu kalau pemuda yang badannya tinggi dan badannya kekar itu mempesona. 'Ah... kalau berlama lama aku bisa jatuh cinta dengannya.'"Sampai jumpa Tua
Agak memalukan memang, tapi Lesha benar benar lupa dimana mereka harusnya bertemu."Ck..." orang yang menolong Lesha mendecakkan lidahnya."Maaf, saya sungguh lupa tempat dimana harusnya saya bertemu janji untuk membagi kpin emas kami," wajah Lesha diliputi pasrah dan juga menahan malu."Tapi tenang saja, saya tidak akan melupakan janji saya. Janji harus ditepati!" Lesha adalah orang yang keras kepala, jadi Dia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri."Apa kau yakin temanmu bukanlah komplotannya?" akhirnya pemuda tersebut bersuara. Suaranya berat sehingga terdengar sangat seksi. Untuk sesaat, Lesha terpesona. Orang itu kemudian menjentikkan tangganya untuk menyadarkan Lesha. "Ya? bagaimana?""Temanmu itu komplotannya bukan?" nadanya sedikit membentak dan membuat Lesha kaget. 'Ah iya benar juga ya, tapi tidak mungkin Kristof seperti itu,' gumam Lesha. Meskipun pertemuannya dengan Kristof sangatlah singkat, tapi Lesha yakin akan kepribadian pemuda yang baru ditemuinya itu."Itu.... say
Ternyata mereka sudah diikuti semenjak dari kasino. Mereka (perampok) tahu bahwa dua orang itu menang banyak. Jadi para perampok yang bersindikat itu tidak mau menyia nyiakan ladang penghasilan mereka."Sial!" gumam Kristof. Lesha tahu bahwa wajah Kristof sangat panik. Ini seperti keluar dari sarang buaya masuk ke kandang singa. Meskipun Lesha bisa bela diri dan menjaga dirinya sendiri, tapi dia tetap khawatir karena ini pertama kalinya dia benar benar berhadapan dengan penjahat. "Yah setidaknya aku akan benar benar mempraktikkan ilmu bela diri yang selama ini sudah kupelajari," Lesha lantas mengeluarkan pedang yang sudah Dia bawa. "Hahaha...." perampok itu tertawa melihat tingkah Lesha. "Tuan Ahsel..." panggil Kristof, akan merekapotkan kalau bertempur melawan perampok sambil membawa 200 koin emas, tapi kalau meletakkan secara sembarangan, koin itu juga bisa hilang. "Saya bisa bela diri Kristof," Lesha mengambil langkah kuda-kuda."Kita kalah jumlah," bisik Kristof."Apa Tuan bisa
Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa. Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak. Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek."Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman