Lesha masih memandangi dua manusia yang duduk di depannya dengan tatapan aneh. Tapi malah dua orang itu menatap Lesha dengan mata tajam dan tak perduli.
Mata Lesha memindai melihat sekitar ternyata memang semua meja sudah penuh, jadi Lesha memaklumi dua orang itu yang tiba-tiba saja duduk di hadapannya, lalu melanjutkan makan siangnya yang lezat itu.2 gelas Bir kemudian tersaji di meja yang sama dengan Lesha. Anehnya 2 orang yang ada di depan Lesha itu makan dengan tertib tanpa bertukar kata.Mereka makan dengan beringas dan dalam sekejap makanan itu habis tak bersisa.'Hebat....' Lesha ingin bertepuk tangan. Melihat sorotan mata kekaguman, Laki-laki yang tak bertudung itu berdeham, "Ehem..." Lesha yang sadar karena sudah berlaku tidak sopan dengan melihat orang itu pun tersenyum. Dia ingin berkata maaf karena sudah tidak sopan, tapi orang itu sepertinya tak terlalu mempermasalahkannya jadi Lesha melanjutkan makannya yang sudah hampir habis.Senyuman Lesha yang dilemparkan tadi itu tak mendapatkan balasan. Tanpa di duga laki-laki yang tadi berdeham itu memberikan bir yang dia pesan lagi kepada Lesha. Dia tidak berbicara hanya menyodorkan gelas yang penuh dengan bir.Lesha yang kaget lalu lekas menolak bir itu, laki-laki yang bertudung yang sedari tadi tak memperhatikannya, setelah tahu Lesha melambaikan tangannya dan berkata tidak membuat laki-laki bertudung yang ada disamping laki-laki besar itu menatap Lesha yang tatapan tajam. Matanya berwarna emas menyala, sungguh sangat indah juga tajam di waktu yang bersamaan. Lesah menelan ludahnya, lalu menerima bir yang ditawarkan ya dan berkata "Terimakasih."Dia akhirnya meminum bir itu dengan terpaksa dan meminumnya sampai habis. 'Sialan,' kata Lesha. Dia tidak boleh mabuk karena harus kembali ke Duchy sore ini atau kepala pelayannya akan menemukannya.Toleransi alkohol Lesha sangat rendah, jadi meskipun itu hanya segelas bir dengan kandungan alkohol yang rendah, kepalanya sudah pusing. Lesha tahu betul dirinya seperti apa, jadi Dia ingin sekali membuat dirinya cepat sadar dan tak terpengaruh oleh minuman segelas bir tersebut. Deru nafasnya sudah kasar, 'Sialan!' umpatnya dalam hati. Dia menyesal, harusnya tadi dia menolak tawaran minuman tersebut.Dibelakang mejanya, seorang laki-laki datang dengan wajah sumringah. Dia lalu duduk bersama dengan temannya yang sudah duduk di meja belakang Lesha."Kenapa wajahmu terlihat sangat bahagia," kata temannya yang sudah sedari tadi duduk."Yah... aku habis memenangkan permainan," kata orang yang baru datang tersebut. Dia lalu memperlihatkan koi emas dalam sebuah kantong."Sialan... Dewi keberuntungan ada di dirimu!" kata temannya memuji."Tenang...tenang... makan kali ini aku yang tanggung!""Itu baru teman..." Kata yang lainnya yang juga duduk semeja dengannya."Tapi apa kau akan terus mendatangi meja judi?" Tanya temannya lagi."Yah... sekali berjudi pasti akan membuat ketagihan, apalagi kalau pernah merasakan kemenangan," Dia memberikan penjelasan, kenapa dia sering pergi ke kasino untuk berjudi."Kau tahu, hari ini ada petinggi yang datang, dia bodoh karena selalu kalah. Jadi banyak pemain mendapatkan keuntungan karena kehadirannya," yang lain menyimak dengan seksama termasuk dengan Lesha.'Kasino? Judi?' seketika membuat Lesha tertarik. Dia juga ingin mendatangi tempat yang seperti itu. Yah menjadi nakal dan menjadi pembangkang secara diam diam sudah sering dia lakoni.Dua laki-laki yang ada di depannya itu masih diam seribu bahasa. Bahkan setelah dia ditawari bir pun mereka masih diam, 'Aneh sekali!'Lesha lantas bergegas membayar makanannya. Dia juga berbaik hati untuk membayarkan makanan dua orang yang tadi ada di mejanya. Lesha terkesan karena kebaikan salah satu orang itu yang menawarkan segelas bir. Bukan kebaikan yang umum memang, tapi yah di Ibukota yang jarang ada keramahan seperti di daerahnya membuatnya sedikit terkesan.Kepalanya masih pusing, tapi dia tetap bertekad untuk pergi ke kasino.Perempuan polos yang terkungkung dalam batok tembok kastil yang mewah dan megah baru saja mendengar cerita menarik. Rasa penasaran dan rasa ingin bersenang-seneng bergejolak dalam dirinya.Dia bertanya pada beberapa orang, dimana letak kasino itu, tapi tanggapan orang sedikit aneh. Mereka memandangnya dengan tatapan kesal dan seolah jijik. Memang tempat apa sih kasino itu, pikirnya dalam hati.Bangunan kasino yang dia datangi tampak megah, disana juga ramai dan bau alkohol menyeruak di hidungnya. Banyak wanita berpakaian vulgar dan bergantungan di leher laki-laki. Itu pemandangan yang cukup berkesan bagi Lesha. 'Semacam prostitusikah?' pikir Lesha. Tapi begitu dia masuk lebih dalam, banyak meja meja dengan beberapa orang duduk di depan meja tersebut. Di setiap meja terdapat permainan dan diatas meja itu juga tumpukan koin menggunung. Lesha yang tampak linglung pun didatangi oleh seorang perempuan. Perempuan itu langsung melingkarkan lengannya ke pundak Lesha, "Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?" wanita itu berkata sambil berisik ke telinga Lesha, hal itu membuatnya ngeri dan bergidik geli. 'Apa-apaan orang ini?' Lesha menolak dengan keras dan berkata, "Tidak terimakasih."Perempuan yang mendatangi Lesha tampak kecewa karena ditolak. Lesha masih mengamati sekitar. Tempat tersebut sangat ramai, banyak ekspresi yang bisa dilihat oleh Lesha, dari ekspresi putus asa dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan, lalu juga wajah sumringah bahagia, ada juga wajah dengan penuh emosi. "Hm... menarik!" kata Lesha. Dia lalu duduk di sofa yang sengaja disediakan di pinggir arena tempat bermain. Seorang pelayan datang untuk menawarkan minuman dan makanan. "Air putih saja," kata Lesha memesan. Pelayan itu terlihat mengerutkan dahinya karena merasa aneh. Mungkin Lesha satu-satunya orang yang datang dan memesan air putih saja. Karena sebagian minuman yang ditawarkan oleh pelayan tadi adalah alkohol seperti vodka, sampaign, wine, tequila, margarita, mojito with lime, sweet mimosa, pina colada dan lain-lain."Apa aku ikut main saja ya?" gumam Lesha. Tak lama minumanmya datang, segelas air putih."Apakah Tuan seorang pelancong?" Tanya pelayan yang datang. Dia adalah pelaya
Awalnya Lesha hanya ingin coba-coba karena dia penasaran dan juga tertarik dengan tawaran Kristof. Tapi siapa sangka, Kristof tampil sebagai penasehat dan menang banyak. Bahkan jumlah koin emasnya kini sudah 2 kali lipat. 'Balik modal dalam waktu sesingkat itu? pantas orang-orang kecanduan judi,' gumam Lesha dalam hati. Sudah pukul 2.30 siang, Lesha harus bergegas pergi karena kalau kemalaman di tengah jalan melewati hutan menuju wilayahnya akan semakin berbahaya. "Kristof... kurasa ini sudah cukup," kata Lesha."Ah... maaf Tuan Ahsel, saya terlalu bersemangat," jawab Kristof. Berkat perkataan Ahsel, Kristof menyimpulkan bahwa Tuan yang dia pandu bukanlah orang yang tampak serakah dan tamak. Dia murni hanya penasaran bagaimana rupa kasino. Tapi Kristof merasa belum cukup puas sehingga dia akan menawarkan untuk satu kali putaran main saja. "Ah baik Tuan, tapi Tuan tidak bisakah kita bermain satu putaran lagi, hanya sekali saja," wajah Kristof memelas. Awalnya Lesha menolak karena wa
Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa. Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak. Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek."Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman
Ternyata mereka sudah diikuti semenjak dari kasino. Mereka (perampok) tahu bahwa dua orang itu menang banyak. Jadi para perampok yang bersindikat itu tidak mau menyia nyiakan ladang penghasilan mereka."Sial!" gumam Kristof. Lesha tahu bahwa wajah Kristof sangat panik. Ini seperti keluar dari sarang buaya masuk ke kandang singa. Meskipun Lesha bisa bela diri dan menjaga dirinya sendiri, tapi dia tetap khawatir karena ini pertama kalinya dia benar benar berhadapan dengan penjahat. "Yah setidaknya aku akan benar benar mempraktikkan ilmu bela diri yang selama ini sudah kupelajari," Lesha lantas mengeluarkan pedang yang sudah Dia bawa. "Hahaha...." perampok itu tertawa melihat tingkah Lesha. "Tuan Ahsel..." panggil Kristof, akan merekapotkan kalau bertempur melawan perampok sambil membawa 200 koin emas, tapi kalau meletakkan secara sembarangan, koin itu juga bisa hilang. "Saya bisa bela diri Kristof," Lesha mengambil langkah kuda-kuda."Kita kalah jumlah," bisik Kristof."Apa Tuan bisa
Agak memalukan memang, tapi Lesha benar benar lupa dimana mereka harusnya bertemu."Ck..." orang yang menolong Lesha mendecakkan lidahnya."Maaf, saya sungguh lupa tempat dimana harusnya saya bertemu janji untuk membagi kpin emas kami," wajah Lesha diliputi pasrah dan juga menahan malu."Tapi tenang saja, saya tidak akan melupakan janji saya. Janji harus ditepati!" Lesha adalah orang yang keras kepala, jadi Dia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri."Apa kau yakin temanmu bukanlah komplotannya?" akhirnya pemuda tersebut bersuara. Suaranya berat sehingga terdengar sangat seksi. Untuk sesaat, Lesha terpesona. Orang itu kemudian menjentikkan tangganya untuk menyadarkan Lesha. "Ya? bagaimana?""Temanmu itu komplotannya bukan?" nadanya sedikit membentak dan membuat Lesha kaget. 'Ah iya benar juga ya, tapi tidak mungkin Kristof seperti itu,' gumam Lesha. Meskipun pertemuannya dengan Kristof sangatlah singkat, tapi Lesha yakin akan kepribadian pemuda yang baru ditemuinya itu."Itu.... say
".....?""5 koin emas satu hari!" Dia berkata sekali lagi."Aku akan menyewakan Max untukmu," pemuda itu meskipun ragu tapi tetap menolongnya. "Baik! terimakasih," Lesha sungguh terharu dengan kebaikan hatinya."Silahkan kirimkan tagihan ke Panti asuhan Marco di Wilayah Duchy Lexid, atas nama Tuan Ahsel," Lesha kemudian memberikan alamat palsunya kepada Pemuda tersebut. Meski bukan alamat asli, tapi Lesha adalah orang yang berperan besar disana, Direktur panti asuhan tersebut juga kaki tangannya, jadi sangat mudah bekerja sama dengan Direktur panti. Akan ada masalah besar kalau Dia memberinya alamat asli, bagaimana pun Kakak dan Ayahnya adalah orang yang sangat teliti, apalagi kalau menyangkut soal dirinya."Ebtysem..." pemuda tersebut menyebutkan sebuah nama, "Nama saya Ebtysem!"Lesha tersenyum, meskipun dibawah tudung, dia jelas bisa tahu kalau pemuda yang badannya tinggi dan badannya kekar itu mempesona. 'Ah... kalau berlama lama aku bisa jatuh cinta dengannya.'"Sampai jumpa Tua
"Putri Lesha, bersediakah kau untuk menjadi tunangan Putra Mahkota?""....." Suasana ballroom seketika menjadi sangat hening.'Apa-apaan ini?' batin Lesha panik.Setelah ucapan Sang Raja, semua orang tentu saja langsung memandang Lesha, hingga membuatnya tidak nyaman. Lesha melirik ke arah Ayahnya yang sama terkejutnya dengan dia. Ayahnya adalah satu-satunya Duke yang paling bersinar di Kerajaan Mulk ini. Kekayaan dan kekuatan, semuanya ada di genggamannya. 'Sial...sial...sial...' gumam Lesha seorang diri. Kepalanya masih menunduk karena dia tadi hanya berniat menyapa Yang Mulia Raja lalu pergi ke teras agar tak diganggu siapapun. Ternyata, sapaan Lesha sudah ditunggu Raja Joland. Sang Raja tentu saja tersenyum puas duduk di kursinya bersama dengan permaisuri. Matanya berkilat sangat licik. Lesha dilamar Raja di Ball perjamuan perayaan pendirian negara untuk dijadikan Putri Mahkota Anaknya. Kalau dalam cerita, semua orang ingin duduk di kursi yang agung di Kerajaan, tetapi an
Kalau ada bunga yang cantik dan akan mekar, pasti kumbang-kumbang akan datang beramai-ramai. Tapi, kalau bunga itu dijaga dengan ketat dan tidak ada celah, maka kumbang pun tidak akan ada yang mendekat. Itu hanya kata ganti dari seorang perempuan cantik yang baru saja memasuki usia dewasanya. Dia adalah Lesha Lexid, Putri satu-satunya Duke Gerard Lexid dan adik satu-satunya Felix Lexid, sang ksatria pahlawan Kerajaan. Dia sangat cantik dan bersinar seolah semua sinar matahari menyerap ke tubuhnya. Sebagai seorang anak Duke satu-satunya dia tumbuh dimanja dan disayang oleh Ayah dan Kakaknya. Ibunya sudah lama mati karena sakit. Jadi ketiganya hidup rukun tanpa sang Ibu. Semua hal terbaik diberikan kepada Lesha, perhiasan dan pemata terbaik, gaun terbaik, dan guru-guru terbaik. Jadi meskipun dimanja, Lesha juga sangat berpendidikan. Ayahnya sangat protektif juga kakaknya. Mereka semua sangat menyayanginya. Jadi meskipun Lesha sudah dewasa, dia belum punya tunangan. Itu semua terjadi ka
".....?""5 koin emas satu hari!" Dia berkata sekali lagi."Aku akan menyewakan Max untukmu," pemuda itu meskipun ragu tapi tetap menolongnya. "Baik! terimakasih," Lesha sungguh terharu dengan kebaikan hatinya."Silahkan kirimkan tagihan ke Panti asuhan Marco di Wilayah Duchy Lexid, atas nama Tuan Ahsel," Lesha kemudian memberikan alamat palsunya kepada Pemuda tersebut. Meski bukan alamat asli, tapi Lesha adalah orang yang berperan besar disana, Direktur panti asuhan tersebut juga kaki tangannya, jadi sangat mudah bekerja sama dengan Direktur panti. Akan ada masalah besar kalau Dia memberinya alamat asli, bagaimana pun Kakak dan Ayahnya adalah orang yang sangat teliti, apalagi kalau menyangkut soal dirinya."Ebtysem..." pemuda tersebut menyebutkan sebuah nama, "Nama saya Ebtysem!"Lesha tersenyum, meskipun dibawah tudung, dia jelas bisa tahu kalau pemuda yang badannya tinggi dan badannya kekar itu mempesona. 'Ah... kalau berlama lama aku bisa jatuh cinta dengannya.'"Sampai jumpa Tua
Agak memalukan memang, tapi Lesha benar benar lupa dimana mereka harusnya bertemu."Ck..." orang yang menolong Lesha mendecakkan lidahnya."Maaf, saya sungguh lupa tempat dimana harusnya saya bertemu janji untuk membagi kpin emas kami," wajah Lesha diliputi pasrah dan juga menahan malu."Tapi tenang saja, saya tidak akan melupakan janji saya. Janji harus ditepati!" Lesha adalah orang yang keras kepala, jadi Dia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri."Apa kau yakin temanmu bukanlah komplotannya?" akhirnya pemuda tersebut bersuara. Suaranya berat sehingga terdengar sangat seksi. Untuk sesaat, Lesha terpesona. Orang itu kemudian menjentikkan tangganya untuk menyadarkan Lesha. "Ya? bagaimana?""Temanmu itu komplotannya bukan?" nadanya sedikit membentak dan membuat Lesha kaget. 'Ah iya benar juga ya, tapi tidak mungkin Kristof seperti itu,' gumam Lesha. Meskipun pertemuannya dengan Kristof sangatlah singkat, tapi Lesha yakin akan kepribadian pemuda yang baru ditemuinya itu."Itu.... say
Ternyata mereka sudah diikuti semenjak dari kasino. Mereka (perampok) tahu bahwa dua orang itu menang banyak. Jadi para perampok yang bersindikat itu tidak mau menyia nyiakan ladang penghasilan mereka."Sial!" gumam Kristof. Lesha tahu bahwa wajah Kristof sangat panik. Ini seperti keluar dari sarang buaya masuk ke kandang singa. Meskipun Lesha bisa bela diri dan menjaga dirinya sendiri, tapi dia tetap khawatir karena ini pertama kalinya dia benar benar berhadapan dengan penjahat. "Yah setidaknya aku akan benar benar mempraktikkan ilmu bela diri yang selama ini sudah kupelajari," Lesha lantas mengeluarkan pedang yang sudah Dia bawa. "Hahaha...." perampok itu tertawa melihat tingkah Lesha. "Tuan Ahsel..." panggil Kristof, akan merekapotkan kalau bertempur melawan perampok sambil membawa 200 koin emas, tapi kalau meletakkan secara sembarangan, koin itu juga bisa hilang. "Saya bisa bela diri Kristof," Lesha mengambil langkah kuda-kuda."Kita kalah jumlah," bisik Kristof."Apa Tuan bisa
Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa. Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak. Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek."Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman
Awalnya Lesha hanya ingin coba-coba karena dia penasaran dan juga tertarik dengan tawaran Kristof. Tapi siapa sangka, Kristof tampil sebagai penasehat dan menang banyak. Bahkan jumlah koin emasnya kini sudah 2 kali lipat. 'Balik modal dalam waktu sesingkat itu? pantas orang-orang kecanduan judi,' gumam Lesha dalam hati. Sudah pukul 2.30 siang, Lesha harus bergegas pergi karena kalau kemalaman di tengah jalan melewati hutan menuju wilayahnya akan semakin berbahaya. "Kristof... kurasa ini sudah cukup," kata Lesha."Ah... maaf Tuan Ahsel, saya terlalu bersemangat," jawab Kristof. Berkat perkataan Ahsel, Kristof menyimpulkan bahwa Tuan yang dia pandu bukanlah orang yang tampak serakah dan tamak. Dia murni hanya penasaran bagaimana rupa kasino. Tapi Kristof merasa belum cukup puas sehingga dia akan menawarkan untuk satu kali putaran main saja. "Ah baik Tuan, tapi Tuan tidak bisakah kita bermain satu putaran lagi, hanya sekali saja," wajah Kristof memelas. Awalnya Lesha menolak karena wa
Perempuan yang mendatangi Lesha tampak kecewa karena ditolak. Lesha masih mengamati sekitar. Tempat tersebut sangat ramai, banyak ekspresi yang bisa dilihat oleh Lesha, dari ekspresi putus asa dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan, lalu juga wajah sumringah bahagia, ada juga wajah dengan penuh emosi. "Hm... menarik!" kata Lesha. Dia lalu duduk di sofa yang sengaja disediakan di pinggir arena tempat bermain. Seorang pelayan datang untuk menawarkan minuman dan makanan. "Air putih saja," kata Lesha memesan. Pelayan itu terlihat mengerutkan dahinya karena merasa aneh. Mungkin Lesha satu-satunya orang yang datang dan memesan air putih saja. Karena sebagian minuman yang ditawarkan oleh pelayan tadi adalah alkohol seperti vodka, sampaign, wine, tequila, margarita, mojito with lime, sweet mimosa, pina colada dan lain-lain."Apa aku ikut main saja ya?" gumam Lesha. Tak lama minumanmya datang, segelas air putih."Apakah Tuan seorang pelancong?" Tanya pelayan yang datang. Dia adalah pelaya
Lesha masih memandangi dua manusia yang duduk di depannya dengan tatapan aneh. Tapi malah dua orang itu menatap Lesha dengan mata tajam dan tak perduli. Mata Lesha memindai melihat sekitar ternyata memang semua meja sudah penuh, jadi Lesha memaklumi dua orang itu yang tiba-tiba saja duduk di hadapannya, lalu melanjutkan makan siangnya yang lezat itu. 2 gelas Bir kemudian tersaji di meja yang sama dengan Lesha. Anehnya 2 orang yang ada di depan Lesha itu makan dengan tertib tanpa bertukar kata. Mereka makan dengan beringas dan dalam sekejap makanan itu habis tak bersisa.'Hebat....' Lesha ingin bertepuk tangan. Melihat sorotan mata kekaguman, Laki-laki yang tak bertudung itu berdeham, "Ehem..." Lesha yang sadar karena sudah berlaku tidak sopan dengan melihat orang itu pun tersenyum. Dia ingin berkata maaf karena sudah tidak sopan, tapi orang itu sepertinya tak terlalu mempermasalahkannya jadi Lesha melanjutkan makannya yang sudah hampir habis.Senyuman Lesha yang dilemparkan tadi it
Lesha benar benar berniat pergi dari Duchy Lexid. Dia memberi tahu Emma tentang rencananya, tentu saja wajah Emma kaget dan langsung berteriak historis, "Nona...!" Tapi Emma cepat sadar sehingga dia cepat membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Emma paling tahu bahwa Lesha Lexid adalah manusia yang paling susah di beri tahu. Maka, apapun pendapat Emma pasti tidak penting dan Lesha tetap akan pergi ke Ibukota. Jadi pada akhirnya Emma harus kalah dari Putri kebanggaan Duke Gerard.Seperti biasanya perannya adalah berjaga di depan pintu dengan alasan bahwa Nonanya tak enak badan dan memastikan tidak ada seorang pun yang akan masuk ke kamar majikannya. Baju penyamarannya sangat banyak, tampilan Lesha kini persis seperti seorang anak laki-laki. Dia memakai korset ketat di dadanya untuk menutupi benjolan payudaranya. Pakaiannya longgar sehingga tak akan memamerkan bentuk badannya. Tali kekang kuda pun mulai dia hentakkan dan kuda yang berlari itu semakin menjauhi mansionnya yang mewa
Ricardo sangat frustasi karena terkena amarah Ibunya. Saat emosi begini biasanya dia akan mencurahkan hasratnya kepada para perempuan. Dia suka menyiksa perempuan dan menangis dibawahnya. Semakin perempuan menjerit dan memohon kepadanya semakin kesenangannya meningkat. Dulu tidak begini, dia lebih suka membuat puisi yang indah tapi semenjak Ayahnya memukulinya hingga babak belur dengan tangannya sendiri karena puisinya yang bagus dengan nama anonim. Dia juga pernah menulis diam-diam, tapi kumpulan puisinya ditemukan oleh dayang yang jadi mata-mata Ayahnya sehingga, Joland sang Raja menghukum Ricardo di penjara bawah tanah. Perlakukan yang kejam itu membuat Ricardo menyerah dan mengganti hobinya dengan bersenggama dengan para pelacur. Anehnya, hobi memalukan itu tak oernah mendapat teguran orang tuanya, bahkan mereka tak pernah mengurungnya ke penjara bawah tanah karena pergi ke tempat prostitusi setiap hari.Ricardo melampiaskan emosinya dengan bercinta secara brutal dan menjadi gila.