Sara pun terjatuh ke atas kursi dengan lemas. "Dokter Seno, apa dia hilang ingatan? Kenapa dia masih bisa ingat hidupnya saat berusia 18 tahun ke bawah?"Dokter Seno pun tersadar dari lamunannya. "Entahlah, harus diperiksa dulu."Sara segera bangkit berdiri. "Akan kuminta dokter untuk segera memeriksanya. Lebih baik segera memulihkan kondisinya sebelum Jihan kembali."Sara merasa sangat kasihan pada Jihan, jadi dia berharap para dokter dapat membantu memulihkan ingatan Wina sebelum Jihan kembali dari kuil.Setelah pemeriksaan, dokter mengabarkan bahwa Wina mengalami amnesia sementara akibat pendarahan otak. Dengan kata lain, yang diingat Wina sekarang hanyalah hidupnya saat berusia 18 tahun ke bawah."Terus, kapan dia bisa sembuh?" tanya Sara dengan bingung.Dokter meletakkan hasil pemeriksaan tersebut dan menjawab, "Kapannya tergantung ke pribadi masing-masing pasien.""Apa bisa diobati dengan obat?" tanya Sara."Nggak," jawab si dokter. "Dalam kasus hilang ingatan seperti ini, justru
van menunduk menatap bola mata Wina yang memantulkan sosoknya seorang, rasanya kendalinya nyaris lenyap. Akan tetapi, Ivan tahu betul Wina bukan algi miliknya. Ivan pun mengendalikan debaran jantungnya, lalu menjawab dengan enggan, "Bukan."Jika bayi itu bukan anaknya dengan Ivan, berarti anaknya dengan Jihan. Nama pria yang terkesan begitu asing bagi Wina. Wina pun bertanya dengan tidak terima, "Bukannya kita sudah janji untuk bersama selamanya? Kenapa kita malah berpisah?"Sara bilang Jihan adalah suaminya, begitu pula para dokter lainnya. Masalahnya, Wina paling menginginkan Ivan sebagai suaminya, kenapa dia malah berakhir menikah dengan orang lain?Jemari Wina perlahan terkepal. Ivan bergumul hebat di dalam hati, lalu akhirnya mendorong tangan Wina menjauh dengan lembut. "Itu karena aku sudah nggak mencintaimu lagi ...."Wina tahu dia hilang ingatan dan sudah ada banyak hal yang terjadi selama ini, tetapi tetap saja dia merasa sedih mendengar jawaban Ivan. "Ivan, kamu bilang kamu a
Jihan menawarkan nyawanya sendiri saat berdoa memohon kepada langit. Ternyata langit tidak membunuhnya, melainkan mengambil ingatan Wina. Asalkan Wina siuman, imbalan seperti ini tidak jadi masalah.Walaupun sudah menghibur diri seperti ini, tetap saja Jihan tersenyum pedih. Rasanya apa yang dia alami selama sepuluh tahun terakhir ini hanyalah sebuah mimpi yang sangat indah ....Wajah Jihan yang tirus dan kuyu, matanya yang memerah, serta senyumannya yang tampak pedih, hati Wina pun makin terasa sakit. Rasanya tidak nyaman sekali, seperti ada yang menohok ulu hatinya.Wina pikir jantungnya yang berulah, jadi dia segera menekan bagian dadanya. Rasa sakit yang aneh itu pun segera lenyap. Saat ini, Ivan juga mengambil kesempatan untuk menarik kembali tangannya."Wina, karena suamimu sudah pulang, kamu bicaralah dengannya. Aku pergi dulu, kapan-kapan nanti kujenguk."Begitu melihat Ivan berbalik dan berjalan pergi, Wina segera menghentikan pria itu dengan agak gelisah."Jangan pergi, Ivan!
Setelah duduk di samping ranjang rumah sakit, Ivan pun menceritakan segalanya kepada Wina dengan lembut dan tenang. Tentang bagaimana dia dan Jihan bertemu, bagaimana mereka berdua jatuh cinta dan akhirnya berjanji sehidup semati.Wina sontak merasa agak kaget, tetapi dia segera menenangkan diri. "Ivan, penjelasanmu itu malah lebih mirip sebuah cerita, bukan sesuatu yang mungkin terjadi padaku."Ivan balas tersenyum kecil. "Waktu aku hilang ingatan, kamu menemuiku dan menceritakan apa yang terjadi di antara kita. Waktu itu aku juga merasa penjelasanmu seperti cerita belaka, jadi aku menolak mengakui memiliki ingatan yang aneh seperti itu. Tapi ...."Ivan berhenti sesaat dan menghela napas dalam-dalam. "Begitu ingatanku kembali, aku sangat menyesalinya. Aku hanya bisa pasrah melihatmu jatuh cinta dan bersama dengan orang lain, sementara aku sendiri sudah nggak berhak untuk bersamamu lagi ...."Wina membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi Ivan menyelanya, "Wina, aku bilang begi
Keputusan Sara dan yang lainnya pasti sudah membunuh Jihan seandainya Jefri tidak datang dan memberi tahu mereka semua bahwa ada virus dalam cip di otak Jihan yang akan menyebabkan infeksi jika disentuh.Sara merasa ketakutan dengan cip tersebut, sementara Daris dan Alta sangat marah saat mengetahui bahwa cip tersebut dimasukkan saat Jihan berada di Medan Hitam. "Dasar bajingan-bajingan Medan Hitam keparat itu! Berani-beraninya mereka berbuat sejahat ini kepada Pak Jihan!"Jangankan ada virus atau apalah itu, memiliki sesuatu dalam otaknya saja sudah pasti akan membuat Jihan sangat kesakitan. Namun, Jihan menolak memberi tahu mereka apa-apa sehingga mereka juga baru tahu sekarang. Seandainya saja mereka tahu lebih cepat, waktu itu mereka akan menghabisi lebih banyak anggota Medan Hitam sebagai bentuk balas dendam!Karena pihak rumah sakit sudah mengetahui tentang keberadaan cip dalam otak Jihan, kenyataan ini tidak bisa disembunyikan lebih lama lagi. Kabar itu pun menyebar ke semua ang
Keluarga Lionel pun mendatangi James dan meminta James untuk bertanggung jawab terkait pemasangan cip dalam otak Jihan, atau mereka menolak melepaskan James begitu saja. Semua ini diucapkan oleh Leona.Setelah kematian Killian, Leona-lah yang bertanggung jawab memimpin keluarga besar. Itu sebabnya setelah mengetahui bahwa James membedah kepala Jihan dan menanamkan hal semacam itu, Leona membawa Keluarga Lionel ke Kameria Utara.James sebenarnya bisa menekan serangan dari Keluarga Lionel, tetapi dia tidak banyak bicara dan membiarkan Keluarga Lionel melampiaskan amarah mereka kepadanya. Bagaimanapun juga, James-lah yang memulai semua ini lebih dulu.Leona membiarkan adik-adiknya memarahi Keluarga Ivoron habis-habisan, lalu akhirnya mengungkapkan tujuannya, "Aku nggak akan memintamu mengorbankan nyawamu sekarang. Yang aku inginkan adalah pokoknya kamu harus bisa mengeluarkan cip itu dari otak adikku."James tahu ancaman seperti apa yang tersirat dalam kata-kata Leona. "Aku ada kenalan do
Wina tidak menjawab kata-kata Sara, tetapi mengulurkan tangannya dengan susah payah. "Karena ini adalah anak yang kulahirkan dengan taruhan nyawa, apa aku boleh menggendongnya?"Walaupun Wina amnesia, dia tetap bisa merasakan semacam koneksi batin dengan anak yang dia lahirkan itu. Wajar saja Wina ingin menggendongnya.Sara menggendong bayi itu sambil berbaring di sebelah Wina, lalu berkata, "Mana boleh kamu menggendong bayi ini dengan kondisimu yang kayak gitu? Nih, kuletakkan di sebelahmu saja biar bisa kamu elus."Setelah bayi itu diletakkan, Wina jadi bisa melihat dengan jelas seperti apa rupa anaknya. Anaknya memiliki kulit yang putih dan lembut, pipinya yang mungil tampak tembam. Alisnya belum benar-benar terbentuk, matanya besar dengan bola mata berwarna hitam dan tampak berbinar. Tatapan bayi itu terkesan hangat seperti es yang mencair.Entah kenapa, kesan tatapan bayi itu membuat Wina merasakan deja vu. Rasanya dia pernah mengalami hal seperti ini atau membayangkan anaknya aka
Wina jadi merasa agak kesal setelah menyadari bahwa dialah yang James maksud sebagai cucu. Dia saja sudah sulit menerima kenyataan bahwa dia memiliki suami dan anak, sekarang ditambah dia punya kakek.Sara melirik Wina yang mengusap dahinya dengan agak cemas. "Dia lagi nggak bisa distimulasi sekarang. Kalau memang kamu ingin membantu memulihkan ingatannya, tunggu sampai dia terbiasa dulu baru coba lagi."James mengangguk mengerti, tetapi tidak berjalan pergi. Dia malah berjalan memasuki kamar rawat dengan tongkat berjalannya. "Aku tahu sekarang bukan momen yang tepat, tapi Wina dan Jihan nggak punya waktu untuk menunggu."Rasanya jantung Sara seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Dia takut James akan mengucapkan kata-kata yang terlalu menstimulasi sehingga Wina pingsan lagi, jadi dia hendak melangkah maju untuk menghentikan lelaki tua itu. Namun, James menyelanya, "Nona Sara, benar? Boleh tolong keluar dulu dan biarkan aku bicara empat mata sebentar dengan Wina?"Setelah