Keputusan Sara dan yang lainnya pasti sudah membunuh Jihan seandainya Jefri tidak datang dan memberi tahu mereka semua bahwa ada virus dalam cip di otak Jihan yang akan menyebabkan infeksi jika disentuh.Sara merasa ketakutan dengan cip tersebut, sementara Daris dan Alta sangat marah saat mengetahui bahwa cip tersebut dimasukkan saat Jihan berada di Medan Hitam. "Dasar bajingan-bajingan Medan Hitam keparat itu! Berani-beraninya mereka berbuat sejahat ini kepada Pak Jihan!"Jangankan ada virus atau apalah itu, memiliki sesuatu dalam otaknya saja sudah pasti akan membuat Jihan sangat kesakitan. Namun, Jihan menolak memberi tahu mereka apa-apa sehingga mereka juga baru tahu sekarang. Seandainya saja mereka tahu lebih cepat, waktu itu mereka akan menghabisi lebih banyak anggota Medan Hitam sebagai bentuk balas dendam!Karena pihak rumah sakit sudah mengetahui tentang keberadaan cip dalam otak Jihan, kenyataan ini tidak bisa disembunyikan lebih lama lagi. Kabar itu pun menyebar ke semua ang
Keluarga Lionel pun mendatangi James dan meminta James untuk bertanggung jawab terkait pemasangan cip dalam otak Jihan, atau mereka menolak melepaskan James begitu saja. Semua ini diucapkan oleh Leona.Setelah kematian Killian, Leona-lah yang bertanggung jawab memimpin keluarga besar. Itu sebabnya setelah mengetahui bahwa James membedah kepala Jihan dan menanamkan hal semacam itu, Leona membawa Keluarga Lionel ke Kameria Utara.James sebenarnya bisa menekan serangan dari Keluarga Lionel, tetapi dia tidak banyak bicara dan membiarkan Keluarga Lionel melampiaskan amarah mereka kepadanya. Bagaimanapun juga, James-lah yang memulai semua ini lebih dulu.Leona membiarkan adik-adiknya memarahi Keluarga Ivoron habis-habisan, lalu akhirnya mengungkapkan tujuannya, "Aku nggak akan memintamu mengorbankan nyawamu sekarang. Yang aku inginkan adalah pokoknya kamu harus bisa mengeluarkan cip itu dari otak adikku."James tahu ancaman seperti apa yang tersirat dalam kata-kata Leona. "Aku ada kenalan do
Wina tidak menjawab kata-kata Sara, tetapi mengulurkan tangannya dengan susah payah. "Karena ini adalah anak yang kulahirkan dengan taruhan nyawa, apa aku boleh menggendongnya?"Walaupun Wina amnesia, dia tetap bisa merasakan semacam koneksi batin dengan anak yang dia lahirkan itu. Wajar saja Wina ingin menggendongnya.Sara menggendong bayi itu sambil berbaring di sebelah Wina, lalu berkata, "Mana boleh kamu menggendong bayi ini dengan kondisimu yang kayak gitu? Nih, kuletakkan di sebelahmu saja biar bisa kamu elus."Setelah bayi itu diletakkan, Wina jadi bisa melihat dengan jelas seperti apa rupa anaknya. Anaknya memiliki kulit yang putih dan lembut, pipinya yang mungil tampak tembam. Alisnya belum benar-benar terbentuk, matanya besar dengan bola mata berwarna hitam dan tampak berbinar. Tatapan bayi itu terkesan hangat seperti es yang mencair.Entah kenapa, kesan tatapan bayi itu membuat Wina merasakan deja vu. Rasanya dia pernah mengalami hal seperti ini atau membayangkan anaknya aka
Wina jadi merasa agak kesal setelah menyadari bahwa dialah yang James maksud sebagai cucu. Dia saja sudah sulit menerima kenyataan bahwa dia memiliki suami dan anak, sekarang ditambah dia punya kakek.Sara melirik Wina yang mengusap dahinya dengan agak cemas. "Dia lagi nggak bisa distimulasi sekarang. Kalau memang kamu ingin membantu memulihkan ingatannya, tunggu sampai dia terbiasa dulu baru coba lagi."James mengangguk mengerti, tetapi tidak berjalan pergi. Dia malah berjalan memasuki kamar rawat dengan tongkat berjalannya. "Aku tahu sekarang bukan momen yang tepat, tapi Wina dan Jihan nggak punya waktu untuk menunggu."Rasanya jantung Sara seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Dia takut James akan mengucapkan kata-kata yang terlalu menstimulasi sehingga Wina pingsan lagi, jadi dia hendak melangkah maju untuk menghentikan lelaki tua itu. Namun, James menyelanya, "Nona Sara, benar? Boleh tolong keluar dulu dan biarkan aku bicara empat mata sebentar dengan Wina?"Setelah
Beberapa saat kemudian, tanda-tanda vital Wina kembali pulih walaupun dia tetap tidak sadarkan diri. Entah apakah kali ini Wina masih bisa siuman atau tidak."James, kali ini kamu kelewatan. Kalau dia nggak bangun lagi, selamanya dia nggak akan sadar ...."Setelah selesai mengobati Wina, Moran melirik ke arah James yang duduk di samping dengan rasa bersalah itu."Sekalipun kita ingin memicu ingatan pasien agar kembali, kita harus menggunakan metode yang lembut dan nggak terang-terangan. Kalau terlalu radikal, pasien bisa saja kehilangan nyawanya."James tidak menjawab apa-apa, dia hanya menatap wajah Wina yang pucat dan menunggu cucunya itu sadar dalam diam.Jika memang Wina mencintai Jihan cukup dalam, Wina pasti akan bertekad untuk sadar kembali setelah mendengar Jihan akan mati dan anak mereka hendak dibuang.Keturunan Keluarga Ivoron adalah pribadi yang sangat tangguh. Jika mereka tidak tangguh, mereka tidak pantas berdarah Keluarga Ivoron.James yakin sekali Wina akan sadar, dia j
Saat membayangkan betapa menderitanya Jihan, Wina merasa begitu sedih sampai sesak napas. Air matanya pun mengalir turun ....Pantas saja waktu itu Jihan memaksanya bercerai, ternyata itu karena dia dikendalikan oleh hal semacam ini. Wina pikir awalnya Jihan diancam oleh Winata dan kemudian oleh James, tetapi ternyata inilah penyebabnya ....Wina justru merasa makin sedih setelah mengetahui semuanya. Dasar Jihan si bodoh itu! Jihan tidak pernah memberi tahu Wina apa-apa karena takut Wina akan khawatir! Jihan memilih untuk menanggung semuanya sendirian ....Bukan hanya itu, tetapi Wina juga hilang ingatan dan hanya ingat 18 tahun pertama hidupnya. Dia hanya ingat momen saat dia mencintai Ivan dan benar-benar melupakan Jihan ....Wina jadi ingat betapa putus asanya sorot tatapan Jihan saat mendengar bahwa Wina takut kepadanya. Hati Wina jadi terasa begitu pilu dengan sakit.Dia juga tidak mengerti kenapa Jihan bisa-bisanya mengatakan bahwa tidak masalah Wina melupakannya asalkan Wina siu
Ternyata yang Jihan pikirkan bukanlah Wina yang hilang ingatan, melainkan kenyataan bahwa Wina hanya mengingat Ivan dan bukan dirinya setelah hilang ingatan. Jihan pikir itu karena orang yang sebenarnya paling Wina cintai jauh dalam lubuk hatinya adalah Ivan.Wina juga tidak mengerti kenapa yang dia ingat justru adalah Ivan dan bukan Jihan.Wina hanya terdiam menatap Jihan dengan penuh perhatian, membuat Jihan sesaat merasa sedih. Namun, Jihan menahan rasa sedihnya dan melepaskan tangan Wina, lalu menyentuh wajah istrinya."Sudahlah. Asalkan kamu baik-baik saja, aku juga nggak peduli sekalipun orang yang paling kamu cintai itu Ivan."Demi melahirkan anak mereka, Wina sampai mengalami pendarahan hebat, komplikasi, koma, serta nyaris meninggal. Wina bisa siuman saja sudah merupakan keajaiban, jadi buat apa Jihan mempermasalahkan siapa yang sebenarnya paling Wina cintai?Jihan hanya menginginkan Wina dan anak mereka baik-baik saja. Karena sekarang Wina sudah siuman dan anak mereka juga su
"Cuma?""Jihan, kamu selalu saja membuat lukamu terdengar sebagai sesuatu yang biasa saja," sahut Wina sambil tersenyum dengan getir. "Padahal, apa yang terjadi padamu itu bersifat fatal. Tapi, kamu selalu menyembunyikannya dariku dan tidak memberitahuku apa-apa."Setelah itu, Wina pun perlahan bangkit berdiri sambil berpegangan pada pagar kasur. Bangkit berdiri saja sudah membuatnya dibanjiri peluh.Wina masuk dalam posisi setengah berlutut, jadi Jihan tidak melihat darah di tubuhnya. Namun, setelah Wina bangkit berdiri, sekarang Jihan bisa melihat semua darah itu dengan jelas. Tubuhnya sontak menjadi kaku. Jihan bergegas turun dari kasur dan langsung memegangi istrinya yang terhuyung."Dokter!"Jihan menggendong Wina sambil berseru memanggil dokter, tetapi Wina menghentikannya. "Rasa sakitku nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit yang kamu rasakan akibat cip itu. Biarkan aku menemanimu kesakitan."Jihan sedikit mengernyit, tetapi alisnya kemudian meregang lagi karena dia