van menunduk menatap bola mata Wina yang memantulkan sosoknya seorang, rasanya kendalinya nyaris lenyap. Akan tetapi, Ivan tahu betul Wina bukan algi miliknya. Ivan pun mengendalikan debaran jantungnya, lalu menjawab dengan enggan, "Bukan."Jika bayi itu bukan anaknya dengan Ivan, berarti anaknya dengan Jihan. Nama pria yang terkesan begitu asing bagi Wina. Wina pun bertanya dengan tidak terima, "Bukannya kita sudah janji untuk bersama selamanya? Kenapa kita malah berpisah?"Sara bilang Jihan adalah suaminya, begitu pula para dokter lainnya. Masalahnya, Wina paling menginginkan Ivan sebagai suaminya, kenapa dia malah berakhir menikah dengan orang lain?Jemari Wina perlahan terkepal. Ivan bergumul hebat di dalam hati, lalu akhirnya mendorong tangan Wina menjauh dengan lembut. "Itu karena aku sudah nggak mencintaimu lagi ...."Wina tahu dia hilang ingatan dan sudah ada banyak hal yang terjadi selama ini, tetapi tetap saja dia merasa sedih mendengar jawaban Ivan. "Ivan, kamu bilang kamu a
Jihan menawarkan nyawanya sendiri saat berdoa memohon kepada langit. Ternyata langit tidak membunuhnya, melainkan mengambil ingatan Wina. Asalkan Wina siuman, imbalan seperti ini tidak jadi masalah.Walaupun sudah menghibur diri seperti ini, tetap saja Jihan tersenyum pedih. Rasanya apa yang dia alami selama sepuluh tahun terakhir ini hanyalah sebuah mimpi yang sangat indah ....Wajah Jihan yang tirus dan kuyu, matanya yang memerah, serta senyumannya yang tampak pedih, hati Wina pun makin terasa sakit. Rasanya tidak nyaman sekali, seperti ada yang menohok ulu hatinya.Wina pikir jantungnya yang berulah, jadi dia segera menekan bagian dadanya. Rasa sakit yang aneh itu pun segera lenyap. Saat ini, Ivan juga mengambil kesempatan untuk menarik kembali tangannya."Wina, karena suamimu sudah pulang, kamu bicaralah dengannya. Aku pergi dulu, kapan-kapan nanti kujenguk."Begitu melihat Ivan berbalik dan berjalan pergi, Wina segera menghentikan pria itu dengan agak gelisah."Jangan pergi, Ivan!
Setelah duduk di samping ranjang rumah sakit, Ivan pun menceritakan segalanya kepada Wina dengan lembut dan tenang. Tentang bagaimana dia dan Jihan bertemu, bagaimana mereka berdua jatuh cinta dan akhirnya berjanji sehidup semati.Wina sontak merasa agak kaget, tetapi dia segera menenangkan diri. "Ivan, penjelasanmu itu malah lebih mirip sebuah cerita, bukan sesuatu yang mungkin terjadi padaku."Ivan balas tersenyum kecil. "Waktu aku hilang ingatan, kamu menemuiku dan menceritakan apa yang terjadi di antara kita. Waktu itu aku juga merasa penjelasanmu seperti cerita belaka, jadi aku menolak mengakui memiliki ingatan yang aneh seperti itu. Tapi ...."Ivan berhenti sesaat dan menghela napas dalam-dalam. "Begitu ingatanku kembali, aku sangat menyesalinya. Aku hanya bisa pasrah melihatmu jatuh cinta dan bersama dengan orang lain, sementara aku sendiri sudah nggak berhak untuk bersamamu lagi ...."Wina membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi Ivan menyelanya, "Wina, aku bilang begi
Keputusan Sara dan yang lainnya pasti sudah membunuh Jihan seandainya Jefri tidak datang dan memberi tahu mereka semua bahwa ada virus dalam cip di otak Jihan yang akan menyebabkan infeksi jika disentuh.Sara merasa ketakutan dengan cip tersebut, sementara Daris dan Alta sangat marah saat mengetahui bahwa cip tersebut dimasukkan saat Jihan berada di Medan Hitam. "Dasar bajingan-bajingan Medan Hitam keparat itu! Berani-beraninya mereka berbuat sejahat ini kepada Pak Jihan!"Jangankan ada virus atau apalah itu, memiliki sesuatu dalam otaknya saja sudah pasti akan membuat Jihan sangat kesakitan. Namun, Jihan menolak memberi tahu mereka apa-apa sehingga mereka juga baru tahu sekarang. Seandainya saja mereka tahu lebih cepat, waktu itu mereka akan menghabisi lebih banyak anggota Medan Hitam sebagai bentuk balas dendam!Karena pihak rumah sakit sudah mengetahui tentang keberadaan cip dalam otak Jihan, kenyataan ini tidak bisa disembunyikan lebih lama lagi. Kabar itu pun menyebar ke semua ang
Keluarga Lionel pun mendatangi James dan meminta James untuk bertanggung jawab terkait pemasangan cip dalam otak Jihan, atau mereka menolak melepaskan James begitu saja. Semua ini diucapkan oleh Leona.Setelah kematian Killian, Leona-lah yang bertanggung jawab memimpin keluarga besar. Itu sebabnya setelah mengetahui bahwa James membedah kepala Jihan dan menanamkan hal semacam itu, Leona membawa Keluarga Lionel ke Kameria Utara.James sebenarnya bisa menekan serangan dari Keluarga Lionel, tetapi dia tidak banyak bicara dan membiarkan Keluarga Lionel melampiaskan amarah mereka kepadanya. Bagaimanapun juga, James-lah yang memulai semua ini lebih dulu.Leona membiarkan adik-adiknya memarahi Keluarga Ivoron habis-habisan, lalu akhirnya mengungkapkan tujuannya, "Aku nggak akan memintamu mengorbankan nyawamu sekarang. Yang aku inginkan adalah pokoknya kamu harus bisa mengeluarkan cip itu dari otak adikku."James tahu ancaman seperti apa yang tersirat dalam kata-kata Leona. "Aku ada kenalan do
Wina tidak menjawab kata-kata Sara, tetapi mengulurkan tangannya dengan susah payah. "Karena ini adalah anak yang kulahirkan dengan taruhan nyawa, apa aku boleh menggendongnya?"Walaupun Wina amnesia, dia tetap bisa merasakan semacam koneksi batin dengan anak yang dia lahirkan itu. Wajar saja Wina ingin menggendongnya.Sara menggendong bayi itu sambil berbaring di sebelah Wina, lalu berkata, "Mana boleh kamu menggendong bayi ini dengan kondisimu yang kayak gitu? Nih, kuletakkan di sebelahmu saja biar bisa kamu elus."Setelah bayi itu diletakkan, Wina jadi bisa melihat dengan jelas seperti apa rupa anaknya. Anaknya memiliki kulit yang putih dan lembut, pipinya yang mungil tampak tembam. Alisnya belum benar-benar terbentuk, matanya besar dengan bola mata berwarna hitam dan tampak berbinar. Tatapan bayi itu terkesan hangat seperti es yang mencair.Entah kenapa, kesan tatapan bayi itu membuat Wina merasakan deja vu. Rasanya dia pernah mengalami hal seperti ini atau membayangkan anaknya aka
Wina jadi merasa agak kesal setelah menyadari bahwa dialah yang James maksud sebagai cucu. Dia saja sudah sulit menerima kenyataan bahwa dia memiliki suami dan anak, sekarang ditambah dia punya kakek.Sara melirik Wina yang mengusap dahinya dengan agak cemas. "Dia lagi nggak bisa distimulasi sekarang. Kalau memang kamu ingin membantu memulihkan ingatannya, tunggu sampai dia terbiasa dulu baru coba lagi."James mengangguk mengerti, tetapi tidak berjalan pergi. Dia malah berjalan memasuki kamar rawat dengan tongkat berjalannya. "Aku tahu sekarang bukan momen yang tepat, tapi Wina dan Jihan nggak punya waktu untuk menunggu."Rasanya jantung Sara seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Dia takut James akan mengucapkan kata-kata yang terlalu menstimulasi sehingga Wina pingsan lagi, jadi dia hendak melangkah maju untuk menghentikan lelaki tua itu. Namun, James menyelanya, "Nona Sara, benar? Boleh tolong keluar dulu dan biarkan aku bicara empat mata sebentar dengan Wina?"Setelah
Beberapa saat kemudian, tanda-tanda vital Wina kembali pulih walaupun dia tetap tidak sadarkan diri. Entah apakah kali ini Wina masih bisa siuman atau tidak."James, kali ini kamu kelewatan. Kalau dia nggak bangun lagi, selamanya dia nggak akan sadar ...."Setelah selesai mengobati Wina, Moran melirik ke arah James yang duduk di samping dengan rasa bersalah itu."Sekalipun kita ingin memicu ingatan pasien agar kembali, kita harus menggunakan metode yang lembut dan nggak terang-terangan. Kalau terlalu radikal, pasien bisa saja kehilangan nyawanya."James tidak menjawab apa-apa, dia hanya menatap wajah Wina yang pucat dan menunggu cucunya itu sadar dalam diam.Jika memang Wina mencintai Jihan cukup dalam, Wina pasti akan bertekad untuk sadar kembali setelah mendengar Jihan akan mati dan anak mereka hendak dibuang.Keturunan Keluarga Ivoron adalah pribadi yang sangat tangguh. Jika mereka tidak tangguh, mereka tidak pantas berdarah Keluarga Ivoron.James yakin sekali Wina akan sadar, dia j
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je