Share

Pacarku Adalah Mantan Sepupuku
Pacarku Adalah Mantan Sepupuku
Penulis: Angga

Bab 1

[ Aku berjodoh sekali sama sepupu jauhku ini. Rumah pengantinnya di kompleks yang sama, bahkan lantai dan nomor rumahnya juga sama. Apa aku yang salah lihat gedungnya? ]

Diam-diam aku mengirim pesan kepada pacarku, Dewi, sambil mengeluh tentang kebetulan yang aneh ini.

Baru saja pesan itu dikirimkan, sepupu jauhku, Rayhan, keluar dari kamar bersama calon istrinya. Suara sorak-sorai terdengar dari para kerabat yang hadir, sementara calon pengantin wanita menutupi wajahnya karena malu. Namun, hanya aku yang berdiri terdiam di tempat.

Sampai ibuku menyikut lenganku dan berkata dengan nada kecewa, "Tuh lihat, adik sepupumu saja sudah mau nikah. Kamu kapan? Selalu saja ngomong mau bawa pacarmu yang entah benaran atau nggak itu datang. Kapan kamu benar-benar mau tunjukkin pacarmu itu?"

'Bu, sebenarnya Ibu sudah pernah lihat pacarku. Yang berdiri malu-malu di samping pria lain sekarang, itulah pacarku, Dewi.'

Aku tidak berani mengatakannya karena takut ibuku akan terkena serangan jantung di tempat.

Saat masuk ke kompleks ini tadi, aku sudah merasa aneh. Kenapa aku dan sepupu jauh ini bisa begitu kebetulan, sampai-sampai rumah pernikahan kami berada di kompleks yang sama?

Semakin lama aku berjalan, rasanya semakin aneh. Ternyata bukan hanya gedung yang sama, tapi juga lantai dan unit yang sama. Sekarang aku sadar, ternyata itu adalah rumah yang sama.

Kunci rumah pernikahan itu sudah kusimpan baik-baik di rumahku, jadi seharusnya tidak mungkin bisa tersebar kemana-mana. Itu sebabnya, aku mengira mungkin aku salah lihat gedung. Namun ketika Dewi muncul, semuanya menjadi jelas bagiku.

Hal seperti ini biasanya dilakukan oleh pengkhianat dari kalangan sendiri. Sebab, kita tidak pernah mewaspadai orang yang kita cintai. Alasan itu jugalah yang membuat mereka lebih mudah menusukkan pisau ke titik terlemah di hati kita.

Sekarang, Dewi dan Rayhan, pasangan "calon pengantin" itu, terlihat begitu mencolok di antara para kerabat yang mengelilingi mereka. Tangan Rayhan melingkari pinggang Dewi dengan mesra. Dewi yang seakan-akan merasa pelukan itu masih kurang dekat, menarik tangan Rayhan lebih erat lagi.

Adegan itu seolah-olah diputar dalam gerakan lambat di hadapanku. Setiap detailnya terlihat sangat jelas. Dalam diriku, kepedihan dan kemarahan bercampur menjadi satu. Aku ingin segera pergi dari tempat ini.

Namun, yang terdengar di telingaku hanyalah ucapan selamat dari kerabat untuk mereka.

"Rayhan beruntung banget ya bisa dapat istri secantik ini. Semoga langgeng sampai tua."

"Calon pengantinnya memang serasi banget sama Rayhan. Sepertinya mereka sudah pacaran sejak kuliah. Aku bahkan pernah lihat foto mereka, mesra banget."

Kata-kata itu membuat kakiku terasa seperti terpaku di tempat.

Barulah aku teringat, Dewi pernah punya pacar yang bernama Rayhan saat kuliah. Teman-temannya pernah bercanda padaku dengan menceritakan betapa menggebu-gebunya cinta Dewi dan Rayhan kala itu.

Ternyata hubungan mereka memang begitu sulit dilupakan, bahkan berlangsung sampai sekarang. Sementara itu, aku hanya dijadikan lelucon dalam kisah mereka.

Dari kejauhan, Dewi dan Rayhan mulai menyapa kerabat satu per satu, hingga akhirnya mereka tiba tak jauh dariku.

Saat Dewi melihatku, terlihat jelas ekspresi terkejut dan canggung di matanya. Namun, dia buru-buru menutupi perasaannya dan tetap tersenyum cerah seperti seorang calon pengantin yang siap menikah. Dia berpura-pura tidak mengenaliku dan mencoba untuk mengobrol dengan orang lain.

Namun, yang diraihnya malah tangan ibuku. "Terima kasih, Tante. Nanti harus makan dan minum yang banyak ya," ucapnya penuh keramahan.

Ibuku yang tidak tahu bahwa Dewi adalah pacarku, memberikan ucapan selamat yang tulus dan kagum pada kerabat jauhnya, "Wah, kamu beruntung sekali, Nak. Rayhan ini memang luar biasa, rumah pernikahannya pun sudah disiapkan."

Dewi yang juga tidak mengenali ibuku, mengira beliau adalah kerabat Rayhan. Dengan nada bangga, dia berkata, "Rumah ini dibeli suamiku sebagai hadiah untukku."

"Oh, ya ampun! Mesranya sudah panggil suami sekarang!" Ibuku tertawa sambil bercanda, lalu menyikutku lagi seolah-olah berkata, "Lihatlah, mereka bahkan sudah beli rumah."

'Tapi, Bu, rumah ini sebenarnya dibeli oleh anakmu.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status