Share

Bab 3

Penulis: Angga
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sebenarnya, hari ini seharusnya menjadi hari bahagia bagiku dan Dewi ... hari di mana kami sudah berjanji akan mempertemukan Dewi dengan orang tuaku.

Kami sudah berpacaran selama tiga tahun, tapi pertemuan dengan orang tua selalu tertunda. Dewi selalu punya berbagai alasan untuk menghindar. Mulai dari gugup, sibuk dengan pekerjaan, tidak enak badan, sampai mengatakan bahwa hari itu tidak baik menurut ramalan.

Tiga bulan yang lalu, kami hampir mencapai titik di mana Dewi akan benar-benar bertemu dengan orang tuaku. Ayah dan ibuku sudah mengenakan pakaian terbaik mereka dan datang ke restoran yang sudah kami pesan. Namun, Dewi tak kunjung muncul.

Aku mencoba meneleponnya berkali-kali, tapi hanya terdengar nada sibuk. Akhirnya, dia mengirim pesan singkat.

[ Temanku kecelakaan. ]

Melihat alasan yang begitu tak masuk akal, aku tahu Dewi sedang menghindar lagi.

Dewi pernah bercerita bahwa orang tuanya bercerai dan itu membuatnya takut untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Saat itu, aku hanya bisa memeluknya dengan penuh simpati dan berjanji akan menunggu sampai dia siap.

Jadi, sekali lagi aku melimpahkan kesalahan ini ke diriku. "Maaf, aku salah ngasih tahu waktu sama dia. Kebetulan dia ada rapat mendadak, jadi nggak bisa datang. Lain kali saja. Lain kali pasti bisa."

Namun, orang tuaku sudah tak lagi memercayaiku. Mereka yakin bahwa aku hanya mengarang cerita agar mereka tidak mendesakku menikah.

"Bahkan CEO perusahaan besar saja bisa meluangkan 10-20 menit untuk makan siang. Pacarmu itu sekelas apa sih sampai segitu sibuknya?" kata mereka dengan nada sinis.

Aku tidak tahu harus menjawab apa.

Setelah tiga bulan mencoba, Dewi akhirnya setuju lagi untuk bertemu orang tuaku beberapa hari yang lalu. Aku khawatir akan terjadi sesuatu lagi kalau terlalu lama menunggu. Oleh karena itu, kami sepakat untuk bertemu akhir pekan ini.

Namun, kemarin Dewi tiba-tiba menghubungiku dan mengatakan bahwa temannya punya urusan penting yang membutuhkan bantuannya. Pertemuan dengan orang tuaku pun lagi-lagi dibatalkan.

Saat itu, ibuku menatapku dengan cemooh di wajahnya, "Sudah kuduga. Karena kamu nggak punya rencana besok, ikut aku ke acara makan keluarga. Sepupumu yang lebih muda setahun darimu, sebentar lagi mau menikah. Kamu bisa lihat sendiri, apa yang namanya calon pengantin yang nyata."

Sekarang, dia memang sudah bertemu orang tuaku. Hanya saja, sebagai "pengantin" yang berdiri di samping orang lain.

Ternyata, bantuan penting yang disebut Dewi kepada temannya adalah berpura-pura menjadi tunangan mantan pacarnya untuk menghadapi desakan pernikahan ... bahkan di rumah pernikahan kami sendiri.

Ternyata, Dewi bisa menemui kerabat seseorang dengan dalih pernikahan untuk orang lain tanpa ragu-ragu.

Sementara aku yang dianggap anak tak berbakti, masih terus menunggu seorang wanita yang menjaga dirinya demi orang lain dengan bodohnya. Orang tuaku hanya bisa iri melihat kebahagiaan anak-anak lain sambil terus mengkhawatirkan nasibku.

....

Saat pulang, aku duduk sendirian di sofa sambil merenung. Bayangan kejadian hari ini terus berputar di benakku. Aku mengambil sebuah foto di atas meja ... foto-foto masa bahagiaku dan Dewi dulu. Senyuman di foto itu sekarang tampak begitu palsu.

Tiba-tiba, suara kunci yang dimasukkan ke lubang pintu terdengar dari arah depan. Saat ini sudah lewat tengah malam, aku mengira orang yang pulang itu adalah Dewi. Namun, yang membuka pintu adalah Rayhan dan dia membawa kunci rumahku.

Aku tidak terkejut sama sekali. Jika rumah pernikahan saja sudah diberikan oleh Dewi, apalah artinya kunci apartemen ini?

Rayhan tersenyum dan berkata, "Marvin, aku nggak tahu kamu di sini."

Ini jelas rumahku. Namun dari caranya berbicara, seolah-olah dia yang menjadi tuan rumah dan aku adalah tamu yang tak diundang. Setelah berkata demikian, Rayhan langsung menggendong Dewi yang tampak mabuk berat dan melangkah masuk.

Tanpa rasa sungkan, Rayhan berkata padaku yang masih duduk di sofa, "Geser sedikit."

Melihat kondisi Dewi yang tak sadarkan diri, aku masih tetap bersabar.

Dengan santainya, Rayhan berjalan masuk ke kamar tidurku, lalu mengambil selimut dan menutupkannya pada Dewi. Kemudian dia pergi ke dapur seolah-olah dia sudah tidak asing lagi dengan rumah ini.

Dadaku terasa sesak. Mungkin selama aku tidak ada, Rayhan sudah sering datang ke sini.

Di hadapanku, Rayhan menyuapi air kepada Dewi dengan begitu berhati-hati. Sikapnya berbeda sekali dengan dirinya yang membicarakan Dewi seenaknya di jamuan makan malam tadi.

Butuh beberapa saat bagi Dewi untuk memulihkan kesadarannya. Ketika terbangun, dia segera berterima kasih kepada Rayhan. Pandangannya hanya tertuju pada pria itu, seolah-olah aku tidak ada di ruangan ini sama sekali.

"Terima kasih, Rayhan."

"Seharusnya aku yang berterima kasih. Kalau kamu sudah baikan, aku pergi dulu ya."

Padahal jarak menuju pintu depan hanya beberapa langkah, tapi Dewi tetap memaksa ingin mengantarnya keluar. Dengan tubuh yang terhuyung-huyung, Dewi berusaha untuk bangkit. Kedua orang itu akhirnya berpelukan dan bahkan terlihat tidak rela saat Dewi mengantarkan kepergiannya.

Aku hanya berdiri di sana dan menatap mereka dengan dingin seperti menonton pertunjukan sandiwara. Saat Rayhan menginjakkan kakinya ke luar, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Oh ya, aku lupa sesuatu. Sebenarnya aku mau minta maaf sama sepupuku. Maaf ya, hari ini sudah minjam rumah pernikahan dan pacarmu. Kamu nggak marah, 'kan?"

Kata-katanya terdengar seperti permintaan maaf, tapi ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan penyesalan. Nada bicaranya sangat santai, bahkan sorot matanya penuh dengan provokasi.

Sebelum aku sempat berkata apa pun, Dewi buru-buru menjawab dengan cemas, "Mana mungkin dia marah sama kamu? Kamu melakukan semua ini demi berbakti sama orang tuamu juga, 'kan?"

Rayhan tertawa sambil berkata, "Jujur saja, kalau bukan karena kamu terlihat sangat cantik, kukira kamu masih akan tetap lajang setelah putus denganku."

Ucapannya itu jelas tidak masuk akal, tapi entah kenapa Dewi terlihat terbuai. Pipi Dewi langsung merona merah. Tatapan Rayhan semakin berani menyusuri sekujur tubuh Dewi. Aku masih berdiri di sini. Namun, mereka berdua benar-benar mengabaikanku dan terus saja saling melempar pandangan penuh arti.

Sorot mataku semakin lama semakin dingin. Akhirnya, Rayhan bersiap-siap untuk pergi, tapi aku langsung menghentikannya.

"Tunggu! Kalau kamu mau pergi, bawa juga tunanganmu dan keluar dari rumahku!"

Dewi menatapku dengan tidak percaya. "Marvin, kamu ngomong apaan!"

Bab terkait

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 4

    Aku tersenyum tipis. "Kamu sudah dengar dengan jelas, 'kan? Kita putus.""Jangan bersikap kekanak-kanakan, Marvin. Kata putus itu nggak bisa ditarik kembali lagi sekali diucapkan," ujar Dewi dengan wajah serius.Ternyata, dia juga tahu bahwa kata-kata seperti ini tidak bisa diucapkan sembarangan. Namun karena itu tidak terjadi padanya, dia berani mengatakan hal itu sebelumnya."Aku nggak berniat menarik kata-kataku. Kita benar-benar putus sekarang," kataku sambil menutup pintu dengan tegas.Hubungan kami sudah berakhir.....Ternyata, hanya butuh sebuah momen untuk membuat hati seseorang membeku sepenuhnya.Keesokan harinya, aku pindah dari rumah yang sudah kutempati selama tiga tahun ini dan kembali ke rumah orang tuaku. Setibanya di rumah, kedua orang tuaku sedang memasak. Ketika melihatku membawa barang-barang dalam kardus besar, reaksi pertama mereka adalah merasa khawatir."Nak, apa yang terjadi? Cerita sama kami, biar kami bantu. Nggak ada masalah yang nggak bisa diselesaikan."D

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 5

    Sebenarnya, ini adalah permainan kecil yang dirancang olehku dan Dewi dulu. Jika salah satu dari kami marah tetapi pihak lainnya tidak tahu kesalahannya, pihak yang marah bisa menggunakan cara ini untuk memberikan jalan keluar bagi pihak yang bersalah untuk meminta maaf.Namun, itu hanya berlaku saat kami masih punya perasaan satu sama lain.Hanya saja, yang sering kali terjadi adalah aku yang selalu harus "mengisi ulang" permainan ini, sedangkan Dewi selalu bersikap acuh tak acuh. Dia malah senang berlomba siapa yang bisa marah lebih lama denganku.Namun kali ini, ada yang aneh dengan jumlah uang yang diminta.Saat aku masih bertanya-tanya, salah seorang teman yang belum tahu aku sudah putus, mengirimkan tangkapan layar dari story Dewi di media sosial.[ Wah, Dewi kelihatannya santai banget, mau liburan ya? ]Isi tangkapan layar itu adalah sebuah brosur penawaran tur wisata. Harga untuk paket dua orang kelas biasa adalah 40 juta, sedangkan untuk paket VIP dua orang adalah 60 juta.Dew

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 6

    Aku tidak menjawab, tapi ekspresi dinginku sudah menjelaskan semuanya.Kenangan bersamanya kini terasa seperti sebuah film yang diputar di depan mataku dan aku hanyalah seorang penonton. Sekarang saat berhadapan dengan Dewi, perasaan yang dulu pernah membangkitkan hatiku sudah hilang sepenuhnya, digantikan oleh rasa jenuh dan ketidaksabaran.Dewi sepertinya tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia mencoba meraihku, tetapi tidak berhasil. Dia menatap tangannya dengan tidak percaya. "Kenapa? Kenapa bisa begini? Cuma karena aku minjamkan rumah pernikahan itu ke Rayhan? Tapi dia kan sepupu jauhmu juga. Aku benar-benar cuma mau membantu!"Aku menatapnya dengan tenang. "Aku tahu, Rayhan itu mantan pacarmu dari kuliah. Dewi, berhentilah bersikap munafik. Kamu sendiri tahu apa yang sebenarnya kamu pikirkan saat itu."Dewi tetap tidak mau mendengarkanku dan tiba-tiba berteriak, "Aku isi ulang! Aku yang isi ulang , ya? Aku mau item untuk membuat Marvin nggak marah lagi. Aku mau beli item itu!"Sua

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 7

    Dewi berjalan mendekat dalam kondisi kehujanan. Padahal dia memegang payung di tangannya, tapi tubuhnya malah basah kuyup. Rambutnya yang basah menempel di wajahnya. Aku hampir tidak bisa mengenalinya.Namun, hatiku sama sekali tak tergerak ataupun merasa kasihan. Lagi pula, nanti dia bisa kembali kepada Rayhan untuk mendapatkan penghiburan. Urusannya tidak ada lagi hubungannya denganku dan juga sebaliknya."Ini bukan urusanmu, pergi sana," kataku dengan tegas. Kegembiraan yang kurasakan dari pertemuan dengan Stevie hancur seketika karena kehadirannya. Rasanya aku ingin mengambil sapu dari rumah dan mengusirnya.Dewi berkata dengan memelas, "Aku cuma mau bawain payung karena takut kamu kehujanan."Stevie yang mendengar ucapannya langsung tertawa kecil. "Kamu nunggu di depan rumah orang untuk ngantarin payung? Kenapa kamu nggak langsung ke bank minta uang saja?" sindirnya.Aku ikut tertawa karena terhibur oleh analogi aneh yang dibuat Stevie. Benar juga, dulu Dewi tidak pernah peduli sa

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 8

    Keesokan harinya, aku pergi memeriksa rumah pernikahanku. Saat mencoba membuka pintu, aku terkejut menyadari bahwa kuncinya telah diganti. Dari dalam, samar-samar terdengar suara tawa seorang laki-laki dan perempuan.Berkat peringatan dari Stevie, aku sudah menyiapkan rencana di kepalaku. Tanpa terburu-buru, aku menghubungi beberapa kerabat yang tinggal di dekat sini dengan alasan ingin memberikan hadiah untuk "sepupu" Rayhan. Kami semua berkumpul di depan pintu dan mulai mengetuknya.Setelah beberapa saat, Rayhan membuka pintu dengan wajah kesal. "Siapa sih? Pesanan makanan ya?" katanya dengan nada tidak sabar. Dia bahkan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek.Beberapa tanteku langsung mengerutkan kening melihat penampilannya yang kurang sopan. Dari dalam rumah, terdengar suara seorang wanita, "Rayhan, siapa itu?"Aku langsung menyadari suara itu bukan milik Dewi. Para tanteku yang pendengarannya jeli, segera menyadari ada yang tidak beres. Tanpa basa-basi, mereka mendo

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 1

    [ Aku berjodoh sekali sama sepupu jauhku ini. Rumah pengantinnya di kompleks yang sama, bahkan lantai dan nomor rumahnya juga sama. Apa aku yang salah lihat gedungnya? ]Diam-diam aku mengirim pesan kepada pacarku, Dewi, sambil mengeluh tentang kebetulan yang aneh ini.Baru saja pesan itu dikirimkan, sepupu jauhku, Rayhan, keluar dari kamar bersama calon istrinya. Suara sorak-sorai terdengar dari para kerabat yang hadir, sementara calon pengantin wanita menutupi wajahnya karena malu. Namun, hanya aku yang berdiri terdiam di tempat.Sampai ibuku menyikut lenganku dan berkata dengan nada kecewa, "Tuh lihat, adik sepupumu saja sudah mau nikah. Kamu kapan? Selalu saja ngomong mau bawa pacarmu yang entah benaran atau nggak itu datang. Kapan kamu benar-benar mau tunjukkin pacarmu itu?"'Bu, sebenarnya Ibu sudah pernah lihat pacarku. Yang berdiri malu-malu di samping pria lain sekarang, itulah pacarku, Dewi.'Aku tidak berani mengatakannya karena takut ibuku akan terkena serangan jantung di t

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 2

    Setelah calon pengantin selesai berkenalan dengan semua orang, mereka bersiap menuju restoran untuk melanjutkan acara jamuan makan. Aku sebenarnya ingin mencari alasan untuk pulang lebih awal.Tak kusangka, Dewi diam-diam menarikku ke sudut ruangan. Senyum lembutnya yang tadi langsung lenyap, digantikan dengan tatapan penuh amarah seolah-olah aku adalah musuhnya."Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Aku cuma bantu teman untuk urusan perjodohan. Dia nggak mau orang tuanya khawatir, ini juga demi berbakti sama mereka. Aku lagi berbuat baik. Kalau kamu berani mengganggu, kita putus," katanya dengan nada tajam.Padahal jelas-jelas dia yang salah. Namun, dengan mudahnya dia mengancam untuk putus, seakan-akan hubungan kami hanya sekadar kartu yang bisa digunakannya setiap saat sesuai keinginannya.Aku menatapnya tak percaya. "Tapi ini rumah pernikahan kita. Kamu itu pacarku."Dewi menanggapinya dengan santai, "Sudah bilang, aku cuma bantu teman. Orang tuanya terus menekannya untuk menikah, dia

Bab terbaru

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 8

    Keesokan harinya, aku pergi memeriksa rumah pernikahanku. Saat mencoba membuka pintu, aku terkejut menyadari bahwa kuncinya telah diganti. Dari dalam, samar-samar terdengar suara tawa seorang laki-laki dan perempuan.Berkat peringatan dari Stevie, aku sudah menyiapkan rencana di kepalaku. Tanpa terburu-buru, aku menghubungi beberapa kerabat yang tinggal di dekat sini dengan alasan ingin memberikan hadiah untuk "sepupu" Rayhan. Kami semua berkumpul di depan pintu dan mulai mengetuknya.Setelah beberapa saat, Rayhan membuka pintu dengan wajah kesal. "Siapa sih? Pesanan makanan ya?" katanya dengan nada tidak sabar. Dia bahkan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek.Beberapa tanteku langsung mengerutkan kening melihat penampilannya yang kurang sopan. Dari dalam rumah, terdengar suara seorang wanita, "Rayhan, siapa itu?"Aku langsung menyadari suara itu bukan milik Dewi. Para tanteku yang pendengarannya jeli, segera menyadari ada yang tidak beres. Tanpa basa-basi, mereka mendo

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 7

    Dewi berjalan mendekat dalam kondisi kehujanan. Padahal dia memegang payung di tangannya, tapi tubuhnya malah basah kuyup. Rambutnya yang basah menempel di wajahnya. Aku hampir tidak bisa mengenalinya.Namun, hatiku sama sekali tak tergerak ataupun merasa kasihan. Lagi pula, nanti dia bisa kembali kepada Rayhan untuk mendapatkan penghiburan. Urusannya tidak ada lagi hubungannya denganku dan juga sebaliknya."Ini bukan urusanmu, pergi sana," kataku dengan tegas. Kegembiraan yang kurasakan dari pertemuan dengan Stevie hancur seketika karena kehadirannya. Rasanya aku ingin mengambil sapu dari rumah dan mengusirnya.Dewi berkata dengan memelas, "Aku cuma mau bawain payung karena takut kamu kehujanan."Stevie yang mendengar ucapannya langsung tertawa kecil. "Kamu nunggu di depan rumah orang untuk ngantarin payung? Kenapa kamu nggak langsung ke bank minta uang saja?" sindirnya.Aku ikut tertawa karena terhibur oleh analogi aneh yang dibuat Stevie. Benar juga, dulu Dewi tidak pernah peduli sa

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 6

    Aku tidak menjawab, tapi ekspresi dinginku sudah menjelaskan semuanya.Kenangan bersamanya kini terasa seperti sebuah film yang diputar di depan mataku dan aku hanyalah seorang penonton. Sekarang saat berhadapan dengan Dewi, perasaan yang dulu pernah membangkitkan hatiku sudah hilang sepenuhnya, digantikan oleh rasa jenuh dan ketidaksabaran.Dewi sepertinya tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia mencoba meraihku, tetapi tidak berhasil. Dia menatap tangannya dengan tidak percaya. "Kenapa? Kenapa bisa begini? Cuma karena aku minjamkan rumah pernikahan itu ke Rayhan? Tapi dia kan sepupu jauhmu juga. Aku benar-benar cuma mau membantu!"Aku menatapnya dengan tenang. "Aku tahu, Rayhan itu mantan pacarmu dari kuliah. Dewi, berhentilah bersikap munafik. Kamu sendiri tahu apa yang sebenarnya kamu pikirkan saat itu."Dewi tetap tidak mau mendengarkanku dan tiba-tiba berteriak, "Aku isi ulang! Aku yang isi ulang , ya? Aku mau item untuk membuat Marvin nggak marah lagi. Aku mau beli item itu!"Sua

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 5

    Sebenarnya, ini adalah permainan kecil yang dirancang olehku dan Dewi dulu. Jika salah satu dari kami marah tetapi pihak lainnya tidak tahu kesalahannya, pihak yang marah bisa menggunakan cara ini untuk memberikan jalan keluar bagi pihak yang bersalah untuk meminta maaf.Namun, itu hanya berlaku saat kami masih punya perasaan satu sama lain.Hanya saja, yang sering kali terjadi adalah aku yang selalu harus "mengisi ulang" permainan ini, sedangkan Dewi selalu bersikap acuh tak acuh. Dia malah senang berlomba siapa yang bisa marah lebih lama denganku.Namun kali ini, ada yang aneh dengan jumlah uang yang diminta.Saat aku masih bertanya-tanya, salah seorang teman yang belum tahu aku sudah putus, mengirimkan tangkapan layar dari story Dewi di media sosial.[ Wah, Dewi kelihatannya santai banget, mau liburan ya? ]Isi tangkapan layar itu adalah sebuah brosur penawaran tur wisata. Harga untuk paket dua orang kelas biasa adalah 40 juta, sedangkan untuk paket VIP dua orang adalah 60 juta.Dew

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 4

    Aku tersenyum tipis. "Kamu sudah dengar dengan jelas, 'kan? Kita putus.""Jangan bersikap kekanak-kanakan, Marvin. Kata putus itu nggak bisa ditarik kembali lagi sekali diucapkan," ujar Dewi dengan wajah serius.Ternyata, dia juga tahu bahwa kata-kata seperti ini tidak bisa diucapkan sembarangan. Namun karena itu tidak terjadi padanya, dia berani mengatakan hal itu sebelumnya."Aku nggak berniat menarik kata-kataku. Kita benar-benar putus sekarang," kataku sambil menutup pintu dengan tegas.Hubungan kami sudah berakhir.....Ternyata, hanya butuh sebuah momen untuk membuat hati seseorang membeku sepenuhnya.Keesokan harinya, aku pindah dari rumah yang sudah kutempati selama tiga tahun ini dan kembali ke rumah orang tuaku. Setibanya di rumah, kedua orang tuaku sedang memasak. Ketika melihatku membawa barang-barang dalam kardus besar, reaksi pertama mereka adalah merasa khawatir."Nak, apa yang terjadi? Cerita sama kami, biar kami bantu. Nggak ada masalah yang nggak bisa diselesaikan."D

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 3

    Sebenarnya, hari ini seharusnya menjadi hari bahagia bagiku dan Dewi ... hari di mana kami sudah berjanji akan mempertemukan Dewi dengan orang tuaku.Kami sudah berpacaran selama tiga tahun, tapi pertemuan dengan orang tua selalu tertunda. Dewi selalu punya berbagai alasan untuk menghindar. Mulai dari gugup, sibuk dengan pekerjaan, tidak enak badan, sampai mengatakan bahwa hari itu tidak baik menurut ramalan.Tiga bulan yang lalu, kami hampir mencapai titik di mana Dewi akan benar-benar bertemu dengan orang tuaku. Ayah dan ibuku sudah mengenakan pakaian terbaik mereka dan datang ke restoran yang sudah kami pesan. Namun, Dewi tak kunjung muncul.Aku mencoba meneleponnya berkali-kali, tapi hanya terdengar nada sibuk. Akhirnya, dia mengirim pesan singkat.[ Temanku kecelakaan. ]Melihat alasan yang begitu tak masuk akal, aku tahu Dewi sedang menghindar lagi.Dewi pernah bercerita bahwa orang tuanya bercerai dan itu membuatnya takut untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Saat itu, aku hany

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 2

    Setelah calon pengantin selesai berkenalan dengan semua orang, mereka bersiap menuju restoran untuk melanjutkan acara jamuan makan. Aku sebenarnya ingin mencari alasan untuk pulang lebih awal.Tak kusangka, Dewi diam-diam menarikku ke sudut ruangan. Senyum lembutnya yang tadi langsung lenyap, digantikan dengan tatapan penuh amarah seolah-olah aku adalah musuhnya."Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Aku cuma bantu teman untuk urusan perjodohan. Dia nggak mau orang tuanya khawatir, ini juga demi berbakti sama mereka. Aku lagi berbuat baik. Kalau kamu berani mengganggu, kita putus," katanya dengan nada tajam.Padahal jelas-jelas dia yang salah. Namun, dengan mudahnya dia mengancam untuk putus, seakan-akan hubungan kami hanya sekadar kartu yang bisa digunakannya setiap saat sesuai keinginannya.Aku menatapnya tak percaya. "Tapi ini rumah pernikahan kita. Kamu itu pacarku."Dewi menanggapinya dengan santai, "Sudah bilang, aku cuma bantu teman. Orang tuanya terus menekannya untuk menikah, dia

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 1

    [ Aku berjodoh sekali sama sepupu jauhku ini. Rumah pengantinnya di kompleks yang sama, bahkan lantai dan nomor rumahnya juga sama. Apa aku yang salah lihat gedungnya? ]Diam-diam aku mengirim pesan kepada pacarku, Dewi, sambil mengeluh tentang kebetulan yang aneh ini.Baru saja pesan itu dikirimkan, sepupu jauhku, Rayhan, keluar dari kamar bersama calon istrinya. Suara sorak-sorai terdengar dari para kerabat yang hadir, sementara calon pengantin wanita menutupi wajahnya karena malu. Namun, hanya aku yang berdiri terdiam di tempat.Sampai ibuku menyikut lenganku dan berkata dengan nada kecewa, "Tuh lihat, adik sepupumu saja sudah mau nikah. Kamu kapan? Selalu saja ngomong mau bawa pacarmu yang entah benaran atau nggak itu datang. Kapan kamu benar-benar mau tunjukkin pacarmu itu?"'Bu, sebenarnya Ibu sudah pernah lihat pacarku. Yang berdiri malu-malu di samping pria lain sekarang, itulah pacarku, Dewi.'Aku tidak berani mengatakannya karena takut ibuku akan terkena serangan jantung di t

DMCA.com Protection Status