Share

Bab 2

Author: Angga
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Setelah calon pengantin selesai berkenalan dengan semua orang, mereka bersiap menuju restoran untuk melanjutkan acara jamuan makan. Aku sebenarnya ingin mencari alasan untuk pulang lebih awal.

Tak kusangka, Dewi diam-diam menarikku ke sudut ruangan. Senyum lembutnya yang tadi langsung lenyap, digantikan dengan tatapan penuh amarah seolah-olah aku adalah musuhnya.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Aku cuma bantu teman untuk urusan perjodohan. Dia nggak mau orang tuanya khawatir, ini juga demi berbakti sama mereka. Aku lagi berbuat baik. Kalau kamu berani mengganggu, kita putus," katanya dengan nada tajam.

Padahal jelas-jelas dia yang salah. Namun, dengan mudahnya dia mengancam untuk putus, seakan-akan hubungan kami hanya sekadar kartu yang bisa digunakannya setiap saat sesuai keinginannya.

Aku menatapnya tak percaya. "Tapi ini rumah pernikahan kita. Kamu itu pacarku."

Dewi menanggapinya dengan santai, "Sudah bilang, aku cuma bantu teman. Orang tuanya terus menekannya untuk menikah, dia sudah hampir nggak tahan. Lagian, aku saja nggak mempermasalahkan, kenapa kamu harus ribet? Kalau nggak bisa diterima, kita jual saja rumah ini, lalu beli yang baru. Lagian aku juga nggak suka sama renovasi yang sekarang."

Rumah yang dibilangnya tidak memuaskannya itu, malah dipamerkannya dengan bangga atas nama orang lain sebelumnya. Jadi, yang benar-benar tidak berharga bagi Dewi adalah rumah ini atau hubungan kami?

Kepahitan dalam hatiku terasa seperti segelas kopi hitam pekat yang bergejolak di perutku dan membuatku mual. Namun, Dewi sama sekali tidak peduli dengan keadaanku. Dia menunduk menatap ponselnya, lalu tersenyum tipis.

Setelah itu, dia mendongak dan berkata dengan nada tak sabaran, "Aku pergi dulu. Kamu mending nggak usah datang. Kalau datang, jangan buat masalah."

Dia pun berlalu, meninggalkanku yang berdiri dengan senyuman getir. Mana mungkin aku pergi? Kalau aku pergi, bagaimana aku bisa menyaksikan kebahagiaanmu?

Saat aku tiba di restoran, mereka sudah mulai makan. Dewi duduk bersama para tante di meja lain sambil berbincang dan bercanda. Dulu, dia selalu mengatakan bahwa betapa bencinya dia menghadapi para kerabat. Namun sekarang, terlihat jelas bahwa dia cukup mahir dalam menghadapi mereka.

Sepertinya, ucapan itu hanya ditujukan padaku.

Rayhan duduk bersama para pemuda di meja lain. Wajahnya memerah karena sudah menenggak beberapa gelas alkohol. Dia bercerita dengan bangga kepada orang-orang di sekitarnya.

Aku mencari tempat duduk dan mendengar Rayhan berkata, "Perempuan ini sudah terus mengejarku dari zaman kuliah, nggak bisa dilepas sama sekali. Aku juga terpaksa menerimanya. Sekarang dia malah maksa nikah. Perempuan itu memang bikin repot."

Seseorang di sebelahnya menimpali, "Tapi pasti ada sesuatu yang membuatmu tetap bertahan, 'kan? Kalau nggak, mana mungkin kamu tetap sama dia selama ini."

Rayhan tertawa kecil sambil mengangkat alis ke arah orang itu. "Kamu ngerti sendiri, 'kan? Dia memang hebat sekali kalau soal urusan ranjang. Nggak pernah bosan dan nggak pernah puas. Itu keahliannya."

Rayhan tertawa licik sambil mengacungkan jempolnya.

Para pria di meja itu langsung mengerti dan tertawa sambil melirik ke arah Dewi. Dewi yang tidak menyadari dirinya sedang menjadi bahan pembicaraan, melambaikan tangan ke arah kami sambil menyapa dengan tersenyum.

Dia tidak tahu bahwa dirinya menjadi bahan olok-olokan. Gadis yang dulu kuanggap begitu berharga, ternyata hanya sebatas itu di mata orang lain. Aku menarik napas panjang dan perlahan melepaskan cengkeraman jari yang menekan keras pahaku.

Selama kami pacaran, Dewi selalu mengatakan bahwa dia ingin memastikan aku adalah "orang yang tepat" dan semuanya harus menunggu hingga pernikahan.

"Tiket masuk" yang tidak pernah aku dapatkan, ternyata sudah diberikan dan dimainkan berkali-kali oleh orang lain.

Aku berdiri dan mengangkat gelasku. Seketika, semua mata tertuju padaku. Wajah Dewi berubah tegang. Dia menatapku dengan cemas dan sorot matanya jelas sedang memperingatkanku.

Aku menghindari tatapannya, lalu berkata kepada semua orang dengan suara lantang, "Kepada seluruh kerabat yang hadir, aku ingin menyampaikan beberapa patah kata."

"Ini memang baru pertama kalinya aku bertemu dengan sepupuku, Rayhan. Tapi, kami sepertinya memang ditakdirkan punya banyak kesamaan. Minat kami hampir sama. Karena itu, aku punya beberapa perlengkapan pernikahan yang sepertinya cocok untuk Rayhan. Aku akan memberikannya sekarang. Semoga mereka segera dikaruniai anak dan hidup bahagia sampai tua!"

Semua orang bertepuk tangan dan mengucapkan selamat.

Aku menambahkan dengan nada datar, "Tenang saja, bukan barang bekas. Aku belum pernah memakainya."

Dewi terkejut. Matanya membelalak dan wajahnya berubah dari marah menjadi panik. Dia berdiri, seolah-olah ingin menghampiriku dan menjelaskan sesuatu. Namun, seorang tante di dekatnya mengangkat gelas untuk bersulang dengannya. Dewi buru-buru menahan langkahnya, lalu tersenyum sambil meminum gelas itu dan duduk kembali.

Aku menggelengkan kepala dengan senyuman sinis, lalu berbalik pergi meninggalkan ruangan itu seorang diri.

Related chapters

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 3

    Sebenarnya, hari ini seharusnya menjadi hari bahagia bagiku dan Dewi ... hari di mana kami sudah berjanji akan mempertemukan Dewi dengan orang tuaku.Kami sudah berpacaran selama tiga tahun, tapi pertemuan dengan orang tua selalu tertunda. Dewi selalu punya berbagai alasan untuk menghindar. Mulai dari gugup, sibuk dengan pekerjaan, tidak enak badan, sampai mengatakan bahwa hari itu tidak baik menurut ramalan.Tiga bulan yang lalu, kami hampir mencapai titik di mana Dewi akan benar-benar bertemu dengan orang tuaku. Ayah dan ibuku sudah mengenakan pakaian terbaik mereka dan datang ke restoran yang sudah kami pesan. Namun, Dewi tak kunjung muncul.Aku mencoba meneleponnya berkali-kali, tapi hanya terdengar nada sibuk. Akhirnya, dia mengirim pesan singkat.[ Temanku kecelakaan. ]Melihat alasan yang begitu tak masuk akal, aku tahu Dewi sedang menghindar lagi.Dewi pernah bercerita bahwa orang tuanya bercerai dan itu membuatnya takut untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Saat itu, aku hany

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 4

    Aku tersenyum tipis. "Kamu sudah dengar dengan jelas, 'kan? Kita putus.""Jangan bersikap kekanak-kanakan, Marvin. Kata putus itu nggak bisa ditarik kembali lagi sekali diucapkan," ujar Dewi dengan wajah serius.Ternyata, dia juga tahu bahwa kata-kata seperti ini tidak bisa diucapkan sembarangan. Namun karena itu tidak terjadi padanya, dia berani mengatakan hal itu sebelumnya."Aku nggak berniat menarik kata-kataku. Kita benar-benar putus sekarang," kataku sambil menutup pintu dengan tegas.Hubungan kami sudah berakhir.....Ternyata, hanya butuh sebuah momen untuk membuat hati seseorang membeku sepenuhnya.Keesokan harinya, aku pindah dari rumah yang sudah kutempati selama tiga tahun ini dan kembali ke rumah orang tuaku. Setibanya di rumah, kedua orang tuaku sedang memasak. Ketika melihatku membawa barang-barang dalam kardus besar, reaksi pertama mereka adalah merasa khawatir."Nak, apa yang terjadi? Cerita sama kami, biar kami bantu. Nggak ada masalah yang nggak bisa diselesaikan."D

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 5

    Sebenarnya, ini adalah permainan kecil yang dirancang olehku dan Dewi dulu. Jika salah satu dari kami marah tetapi pihak lainnya tidak tahu kesalahannya, pihak yang marah bisa menggunakan cara ini untuk memberikan jalan keluar bagi pihak yang bersalah untuk meminta maaf.Namun, itu hanya berlaku saat kami masih punya perasaan satu sama lain.Hanya saja, yang sering kali terjadi adalah aku yang selalu harus "mengisi ulang" permainan ini, sedangkan Dewi selalu bersikap acuh tak acuh. Dia malah senang berlomba siapa yang bisa marah lebih lama denganku.Namun kali ini, ada yang aneh dengan jumlah uang yang diminta.Saat aku masih bertanya-tanya, salah seorang teman yang belum tahu aku sudah putus, mengirimkan tangkapan layar dari story Dewi di media sosial.[ Wah, Dewi kelihatannya santai banget, mau liburan ya? ]Isi tangkapan layar itu adalah sebuah brosur penawaran tur wisata. Harga untuk paket dua orang kelas biasa adalah 40 juta, sedangkan untuk paket VIP dua orang adalah 60 juta.Dew

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 6

    Aku tidak menjawab, tapi ekspresi dinginku sudah menjelaskan semuanya.Kenangan bersamanya kini terasa seperti sebuah film yang diputar di depan mataku dan aku hanyalah seorang penonton. Sekarang saat berhadapan dengan Dewi, perasaan yang dulu pernah membangkitkan hatiku sudah hilang sepenuhnya, digantikan oleh rasa jenuh dan ketidaksabaran.Dewi sepertinya tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia mencoba meraihku, tetapi tidak berhasil. Dia menatap tangannya dengan tidak percaya. "Kenapa? Kenapa bisa begini? Cuma karena aku minjamkan rumah pernikahan itu ke Rayhan? Tapi dia kan sepupu jauhmu juga. Aku benar-benar cuma mau membantu!"Aku menatapnya dengan tenang. "Aku tahu, Rayhan itu mantan pacarmu dari kuliah. Dewi, berhentilah bersikap munafik. Kamu sendiri tahu apa yang sebenarnya kamu pikirkan saat itu."Dewi tetap tidak mau mendengarkanku dan tiba-tiba berteriak, "Aku isi ulang! Aku yang isi ulang , ya? Aku mau item untuk membuat Marvin nggak marah lagi. Aku mau beli item itu!"Sua

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 7

    Dewi berjalan mendekat dalam kondisi kehujanan. Padahal dia memegang payung di tangannya, tapi tubuhnya malah basah kuyup. Rambutnya yang basah menempel di wajahnya. Aku hampir tidak bisa mengenalinya.Namun, hatiku sama sekali tak tergerak ataupun merasa kasihan. Lagi pula, nanti dia bisa kembali kepada Rayhan untuk mendapatkan penghiburan. Urusannya tidak ada lagi hubungannya denganku dan juga sebaliknya."Ini bukan urusanmu, pergi sana," kataku dengan tegas. Kegembiraan yang kurasakan dari pertemuan dengan Stevie hancur seketika karena kehadirannya. Rasanya aku ingin mengambil sapu dari rumah dan mengusirnya.Dewi berkata dengan memelas, "Aku cuma mau bawain payung karena takut kamu kehujanan."Stevie yang mendengar ucapannya langsung tertawa kecil. "Kamu nunggu di depan rumah orang untuk ngantarin payung? Kenapa kamu nggak langsung ke bank minta uang saja?" sindirnya.Aku ikut tertawa karena terhibur oleh analogi aneh yang dibuat Stevie. Benar juga, dulu Dewi tidak pernah peduli sa

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 8

    Keesokan harinya, aku pergi memeriksa rumah pernikahanku. Saat mencoba membuka pintu, aku terkejut menyadari bahwa kuncinya telah diganti. Dari dalam, samar-samar terdengar suara tawa seorang laki-laki dan perempuan.Berkat peringatan dari Stevie, aku sudah menyiapkan rencana di kepalaku. Tanpa terburu-buru, aku menghubungi beberapa kerabat yang tinggal di dekat sini dengan alasan ingin memberikan hadiah untuk "sepupu" Rayhan. Kami semua berkumpul di depan pintu dan mulai mengetuknya.Setelah beberapa saat, Rayhan membuka pintu dengan wajah kesal. "Siapa sih? Pesanan makanan ya?" katanya dengan nada tidak sabar. Dia bahkan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek.Beberapa tanteku langsung mengerutkan kening melihat penampilannya yang kurang sopan. Dari dalam rumah, terdengar suara seorang wanita, "Rayhan, siapa itu?"Aku langsung menyadari suara itu bukan milik Dewi. Para tanteku yang pendengarannya jeli, segera menyadari ada yang tidak beres. Tanpa basa-basi, mereka mendo

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 1

    [ Aku berjodoh sekali sama sepupu jauhku ini. Rumah pengantinnya di kompleks yang sama, bahkan lantai dan nomor rumahnya juga sama. Apa aku yang salah lihat gedungnya? ]Diam-diam aku mengirim pesan kepada pacarku, Dewi, sambil mengeluh tentang kebetulan yang aneh ini.Baru saja pesan itu dikirimkan, sepupu jauhku, Rayhan, keluar dari kamar bersama calon istrinya. Suara sorak-sorai terdengar dari para kerabat yang hadir, sementara calon pengantin wanita menutupi wajahnya karena malu. Namun, hanya aku yang berdiri terdiam di tempat.Sampai ibuku menyikut lenganku dan berkata dengan nada kecewa, "Tuh lihat, adik sepupumu saja sudah mau nikah. Kamu kapan? Selalu saja ngomong mau bawa pacarmu yang entah benaran atau nggak itu datang. Kapan kamu benar-benar mau tunjukkin pacarmu itu?"'Bu, sebenarnya Ibu sudah pernah lihat pacarku. Yang berdiri malu-malu di samping pria lain sekarang, itulah pacarku, Dewi.'Aku tidak berani mengatakannya karena takut ibuku akan terkena serangan jantung di t

Latest chapter

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 8

    Keesokan harinya, aku pergi memeriksa rumah pernikahanku. Saat mencoba membuka pintu, aku terkejut menyadari bahwa kuncinya telah diganti. Dari dalam, samar-samar terdengar suara tawa seorang laki-laki dan perempuan.Berkat peringatan dari Stevie, aku sudah menyiapkan rencana di kepalaku. Tanpa terburu-buru, aku menghubungi beberapa kerabat yang tinggal di dekat sini dengan alasan ingin memberikan hadiah untuk "sepupu" Rayhan. Kami semua berkumpul di depan pintu dan mulai mengetuknya.Setelah beberapa saat, Rayhan membuka pintu dengan wajah kesal. "Siapa sih? Pesanan makanan ya?" katanya dengan nada tidak sabar. Dia bahkan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek.Beberapa tanteku langsung mengerutkan kening melihat penampilannya yang kurang sopan. Dari dalam rumah, terdengar suara seorang wanita, "Rayhan, siapa itu?"Aku langsung menyadari suara itu bukan milik Dewi. Para tanteku yang pendengarannya jeli, segera menyadari ada yang tidak beres. Tanpa basa-basi, mereka mendo

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 7

    Dewi berjalan mendekat dalam kondisi kehujanan. Padahal dia memegang payung di tangannya, tapi tubuhnya malah basah kuyup. Rambutnya yang basah menempel di wajahnya. Aku hampir tidak bisa mengenalinya.Namun, hatiku sama sekali tak tergerak ataupun merasa kasihan. Lagi pula, nanti dia bisa kembali kepada Rayhan untuk mendapatkan penghiburan. Urusannya tidak ada lagi hubungannya denganku dan juga sebaliknya."Ini bukan urusanmu, pergi sana," kataku dengan tegas. Kegembiraan yang kurasakan dari pertemuan dengan Stevie hancur seketika karena kehadirannya. Rasanya aku ingin mengambil sapu dari rumah dan mengusirnya.Dewi berkata dengan memelas, "Aku cuma mau bawain payung karena takut kamu kehujanan."Stevie yang mendengar ucapannya langsung tertawa kecil. "Kamu nunggu di depan rumah orang untuk ngantarin payung? Kenapa kamu nggak langsung ke bank minta uang saja?" sindirnya.Aku ikut tertawa karena terhibur oleh analogi aneh yang dibuat Stevie. Benar juga, dulu Dewi tidak pernah peduli sa

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 6

    Aku tidak menjawab, tapi ekspresi dinginku sudah menjelaskan semuanya.Kenangan bersamanya kini terasa seperti sebuah film yang diputar di depan mataku dan aku hanyalah seorang penonton. Sekarang saat berhadapan dengan Dewi, perasaan yang dulu pernah membangkitkan hatiku sudah hilang sepenuhnya, digantikan oleh rasa jenuh dan ketidaksabaran.Dewi sepertinya tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia mencoba meraihku, tetapi tidak berhasil. Dia menatap tangannya dengan tidak percaya. "Kenapa? Kenapa bisa begini? Cuma karena aku minjamkan rumah pernikahan itu ke Rayhan? Tapi dia kan sepupu jauhmu juga. Aku benar-benar cuma mau membantu!"Aku menatapnya dengan tenang. "Aku tahu, Rayhan itu mantan pacarmu dari kuliah. Dewi, berhentilah bersikap munafik. Kamu sendiri tahu apa yang sebenarnya kamu pikirkan saat itu."Dewi tetap tidak mau mendengarkanku dan tiba-tiba berteriak, "Aku isi ulang! Aku yang isi ulang , ya? Aku mau item untuk membuat Marvin nggak marah lagi. Aku mau beli item itu!"Sua

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 5

    Sebenarnya, ini adalah permainan kecil yang dirancang olehku dan Dewi dulu. Jika salah satu dari kami marah tetapi pihak lainnya tidak tahu kesalahannya, pihak yang marah bisa menggunakan cara ini untuk memberikan jalan keluar bagi pihak yang bersalah untuk meminta maaf.Namun, itu hanya berlaku saat kami masih punya perasaan satu sama lain.Hanya saja, yang sering kali terjadi adalah aku yang selalu harus "mengisi ulang" permainan ini, sedangkan Dewi selalu bersikap acuh tak acuh. Dia malah senang berlomba siapa yang bisa marah lebih lama denganku.Namun kali ini, ada yang aneh dengan jumlah uang yang diminta.Saat aku masih bertanya-tanya, salah seorang teman yang belum tahu aku sudah putus, mengirimkan tangkapan layar dari story Dewi di media sosial.[ Wah, Dewi kelihatannya santai banget, mau liburan ya? ]Isi tangkapan layar itu adalah sebuah brosur penawaran tur wisata. Harga untuk paket dua orang kelas biasa adalah 40 juta, sedangkan untuk paket VIP dua orang adalah 60 juta.Dew

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 4

    Aku tersenyum tipis. "Kamu sudah dengar dengan jelas, 'kan? Kita putus.""Jangan bersikap kekanak-kanakan, Marvin. Kata putus itu nggak bisa ditarik kembali lagi sekali diucapkan," ujar Dewi dengan wajah serius.Ternyata, dia juga tahu bahwa kata-kata seperti ini tidak bisa diucapkan sembarangan. Namun karena itu tidak terjadi padanya, dia berani mengatakan hal itu sebelumnya."Aku nggak berniat menarik kata-kataku. Kita benar-benar putus sekarang," kataku sambil menutup pintu dengan tegas.Hubungan kami sudah berakhir.....Ternyata, hanya butuh sebuah momen untuk membuat hati seseorang membeku sepenuhnya.Keesokan harinya, aku pindah dari rumah yang sudah kutempati selama tiga tahun ini dan kembali ke rumah orang tuaku. Setibanya di rumah, kedua orang tuaku sedang memasak. Ketika melihatku membawa barang-barang dalam kardus besar, reaksi pertama mereka adalah merasa khawatir."Nak, apa yang terjadi? Cerita sama kami, biar kami bantu. Nggak ada masalah yang nggak bisa diselesaikan."D

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 3

    Sebenarnya, hari ini seharusnya menjadi hari bahagia bagiku dan Dewi ... hari di mana kami sudah berjanji akan mempertemukan Dewi dengan orang tuaku.Kami sudah berpacaran selama tiga tahun, tapi pertemuan dengan orang tua selalu tertunda. Dewi selalu punya berbagai alasan untuk menghindar. Mulai dari gugup, sibuk dengan pekerjaan, tidak enak badan, sampai mengatakan bahwa hari itu tidak baik menurut ramalan.Tiga bulan yang lalu, kami hampir mencapai titik di mana Dewi akan benar-benar bertemu dengan orang tuaku. Ayah dan ibuku sudah mengenakan pakaian terbaik mereka dan datang ke restoran yang sudah kami pesan. Namun, Dewi tak kunjung muncul.Aku mencoba meneleponnya berkali-kali, tapi hanya terdengar nada sibuk. Akhirnya, dia mengirim pesan singkat.[ Temanku kecelakaan. ]Melihat alasan yang begitu tak masuk akal, aku tahu Dewi sedang menghindar lagi.Dewi pernah bercerita bahwa orang tuanya bercerai dan itu membuatnya takut untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Saat itu, aku hany

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 2

    Setelah calon pengantin selesai berkenalan dengan semua orang, mereka bersiap menuju restoran untuk melanjutkan acara jamuan makan. Aku sebenarnya ingin mencari alasan untuk pulang lebih awal.Tak kusangka, Dewi diam-diam menarikku ke sudut ruangan. Senyum lembutnya yang tadi langsung lenyap, digantikan dengan tatapan penuh amarah seolah-olah aku adalah musuhnya."Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Aku cuma bantu teman untuk urusan perjodohan. Dia nggak mau orang tuanya khawatir, ini juga demi berbakti sama mereka. Aku lagi berbuat baik. Kalau kamu berani mengganggu, kita putus," katanya dengan nada tajam.Padahal jelas-jelas dia yang salah. Namun, dengan mudahnya dia mengancam untuk putus, seakan-akan hubungan kami hanya sekadar kartu yang bisa digunakannya setiap saat sesuai keinginannya.Aku menatapnya tak percaya. "Tapi ini rumah pernikahan kita. Kamu itu pacarku."Dewi menanggapinya dengan santai, "Sudah bilang, aku cuma bantu teman. Orang tuanya terus menekannya untuk menikah, dia

  • Pacarku Adalah Mantan Sepupuku   Bab 1

    [ Aku berjodoh sekali sama sepupu jauhku ini. Rumah pengantinnya di kompleks yang sama, bahkan lantai dan nomor rumahnya juga sama. Apa aku yang salah lihat gedungnya? ]Diam-diam aku mengirim pesan kepada pacarku, Dewi, sambil mengeluh tentang kebetulan yang aneh ini.Baru saja pesan itu dikirimkan, sepupu jauhku, Rayhan, keluar dari kamar bersama calon istrinya. Suara sorak-sorai terdengar dari para kerabat yang hadir, sementara calon pengantin wanita menutupi wajahnya karena malu. Namun, hanya aku yang berdiri terdiam di tempat.Sampai ibuku menyikut lenganku dan berkata dengan nada kecewa, "Tuh lihat, adik sepupumu saja sudah mau nikah. Kamu kapan? Selalu saja ngomong mau bawa pacarmu yang entah benaran atau nggak itu datang. Kapan kamu benar-benar mau tunjukkin pacarmu itu?"'Bu, sebenarnya Ibu sudah pernah lihat pacarku. Yang berdiri malu-malu di samping pria lain sekarang, itulah pacarku, Dewi.'Aku tidak berani mengatakannya karena takut ibuku akan terkena serangan jantung di t

DMCA.com Protection Status