Lintang masih memikirkan kejadian kemarin malam, sedari tadi jarinya terus memegang bibir yang dinodai oleh Cakra.
Sekelebat memori pun terlintas di pikiran Lintang. Seminggu setelah wisuda S1, Lintang dan Mario duduk di sebuah kafe, ditemani obrolan ringan, sampai akhirnya Mario pun membahas sesuatu yang membuat Lintang terkejut.
"Lin," panggil Mario yang baru menyesap kopinya saat itu, "selama kita pacaran hampir empat tahun, aku belum pernah dapat apa-apa dari kamu."
Lintang mengernyitkan keningnya. "Maksud kamu?"
"Ya kayak pasangan lain, misal sekadar kissing atau sesuatu yang lebih dari itu."
Lintang sudah mengerti ke arah pembicaraan itu. "Maaf, Yo. Aku akan memberikan hal itu ke seseorang yang halal, kita cuma pacar bukan suami istri."
Terlihat jelas raut wajah Mario saat itu berubah menjadi masam. Tidak ada lagi obrolan di antaranya, mereka hanya menghabiskan makanan masing-masing dalam keadaan diam. Tiga hari setelahnya pun Lintang mendengar kabar kalau Mario dapat beasiswa melanjutkan study di Australia.
Ngomong-ngomong tentang Mario, Lintang jadi rindu. Akhirnya Lintang pun meraih ponselnya dan melihat aplikasi chat dan sama sekali tidak ada dari kekasihnya itu.
Helaan napas panjang pun terdengar. Lintang mencoba menelepon Mario. Siapa tahu dia kan mengangkatnya.
Di deringan ke tiga terdengar suara berat. "Halo."
Lintang cukup lega karena Mario mengangkat teleponnya. "Yo, kamu lagi apa? Kenapa nggak pernah hubungi aku? Dan kenapa chat-ku, kamu abaikan?"
Mario mengembuskan napasnya. "Baru selesai olahraga ranjang dengan seorang perempuan cantik. Oh iya, kita putus aja, deh."
"Yo, kamu becanda!"
"Sebenarnya aku selingkuh dari kamu sejak aku di Australia, dan daripada kamu terus nungguin aku, lebih baik kamu cari yang lain."
"Yo—"
Belum sempat Lintang melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Mario memotongnya. "Yang jelas dia bule cantik yang hot, nggak kayak kamu. Sok suci, selama kita pacaran aku nggak pernah dapat apa-apa."
Tiba-tiba panggilan pun terputus. Hal yang terjadi barusan seperti mimpi, Lintang tidak menyangka, cinta yang dia jaga selama bertahun-tahun berakhir pengkhianatan. Bahkan, keluarga Lintang sudah tahu tentang Mario, beberapa kali dia bercerita, bahwa ada teman kampusnya yang orang Jakarta akan datang ke Lombok untuk melamarnya suatu saat nanti.
Namun, itu seperti mimpi buruk di siang bolong. Kisah cintanya berakhir kandas dengan Mario.
Tanpa sadar air mata Lintang jatuh tanpa diperintah, dengan langkah tertatih, dia turun dari kasurnya dan membuka lemari untuk mencari serpihan kenangan yang telah dia simpan rapi.
Di kotak yang lumayan besar ada beberapa barang pemberian Mario, dan ada sebuah album fotonya bersama Mario.
Lintang menyeka air matanya, lalu menutup kembali kotak itu. "Sekarang semua telah menjadi kenangan."
Lintang teringat ucapan Cakra tempo hari.
Hati-hati cowoknya selingkuh, LDR itu cobaannya berat, cuma orang-orang kuat yang bisa bertahan.
Dan apa yang Cakra ucapkan telah menjadi kenyataan.
Lintang menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan perlahan, berharap rasa sesak di hatinya semakin reda. Dia tidak ingin menangisi cinta yang telah hilang, tapi dia juga tidak munafik kalau kehilangan Mario adalah sebuah kesakitan yang entah kapan akan hilang.
Lintang mengangkat kotak itu, lalu dia bawa keluar kamarnya.
"Mau ke mana?" tanya Tasya yang sedang menonton TV.
"Mau bakar kenangan."
Tasya langsung beranjak dari kursi dan meraih kotak di tangan Lintang. "Sayang dibuang, mending buat aku aja," Tasya membuka kotak itu, dan menemukan beberapa boneka, gantungan kunci, kalung, dan beberapa barang lainnya, "yaudah buat aku, ya, Lin."
Tasya ini anak rantauan dari Kalimantan, yang selalu hidup hemat, suka barang gratisan, tapi untuk kuota dia tidak pernah hemat.
"Yaudah, terserah. Sekalian itu album fotonya buat kamu."
"Makasih, nanti fotonya aku ganti jadi fotoku."
"Terserah."
Lintang pun kembali ke kamarnya, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, berharap hari esok menjadi lebih bahagia dari hari sekarang.
Baru saja Lintang menutup matanya, tiba-tiba suara Tasya memanggilnya dari luar, sembari mengetuk pintu.
"Apa?" tanya Lintang saat dia membuka pintu kamarnya.
"Tadi ada kurir datang bawain makanan, nih," Tasya memberikannya ke Lintang, "bagi dong, aku belum makan dari pagi, nih." Padahal itu akal-akalan Tasya saja, biar dapat makanan gratis.
Lintang membuka kotak makanan itu, lalu menemukan sebuah surat.
"Yaudah, kamu aja yang makan." Lintang hanya mengambil surat itu.
"Makasih, Beb."
Lintang kembali mengunci pintunya rapat-rapat, dan membaca surat itu.
Hai, Lintang Nazeala ...
Pasti kamu kaget, ya. Malam-malam ada orang iseng bawain makanan buat kamu. Jadi, itu aku sendiri yang masak, bukan sendiri sih tapi dibantuin Mama.
Entah kenapa hatiku tergerak aja pengin masakin buat kamu, hitung-hitung sebagai tanda terima kasih karena kamu udah mau bantuin aku, dan juga itu sebagai perminta maafan aku karena udah bawa kamu ke keluarga aku yang mulutnya pedas.
Semoga kamu suka sama makanannya, maaf kalau keasinan atau nggak enak, karena itu masakan pertama aku.
Ps: Jangan takut makan, nggak aku jampi-jampi. Dijamin 100% aman dan bersih.
- Kendranata Cakrawala -
Lintang pun langsung keluar dari kamarnya dan menemui Tasya.
"Sya, makanannya mana?"
"Udah masuk semua ke perut."
"Cepat banget."
"Abisnya enak."
Lintang jadi menyesal karena memberikan makanan itu ke Tasya, padahal dia juga pengin cobain masakan Cakra.
***
Setelah galau-galauan kemarin karena putus sama Mario, akhirnya Lintang kembali bangkit, dia harus lebih bersemangat lagi, hidup bukan hanya tentang cinta, ada kehidupan yang harus diperjuangkan untuk mencapai masa depan yang lebih baik lagi.Deringan telepon membuat Lintang menghentikan langkahnya yang hendak masuk ke lobi kantor."Halo, Bu," sapa Lintang saat menerima panggilan masuk dari ibunya di seberang sana."Lintang, kapan kamu ke Lombok sama pasangan kamu? Bapak udah nanyain terus, katanya kalian harus cepat menikah, umur kamu juga udah pas membina rumah tangga."Ucapan Arini membuat Lintang membeku, dia bingung harus menjawab apa, dia hanya terdiam."Lin, kalau kamu mau, Bapak bisa jodohkan kamu sama anak kepala desa di sini, ingat Adi? Yang teman masa kecil kamu itu."Lintang rasa umur dua puluh tiga tahun masih cukup muda untuk menjalin rumah tangga."Bu, Lintang bisa cari jodoh sendiri. Ibu dan Bapak tenang aja, suatu saat nanti Lintang akan ke Lombok sama calonnya Lintang
Laras menatap galeri foto semasa ia berpacaran dengan Cakra. Jujur saja sampai detik ini Laras belum bisa melupakan Cakra, andai saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi, pasti sekarang Laras sudah menikah dengan orang yang ia cintai.Dari belakang tiba-tiba muncul Aksa yang melihat apa yang sedang dilihat oleh Laras, pria itu pun langsung merampas ponsel istrinya. "Oh jadi di belakang aku, kamu masih sering lihat kenangan kalian? Masih belum bisa move on sama dia, Ras? Aku enggak suka ya kalau istri aku masih belum bisa move on dari mantannya. Dia aja udah bisa move on dari kamu, Larasati!" Ucapan Aksa sangat menggebu-gebu."Aksa, dari awal kamu tahu, pernikahan ini terjadi karena terpaksa, kalau aja malam itu kamu nggak jebak aku, aku sekarang pasti udah nikah sama Cakra. Sampai sekarang aku masih cinta sama Cakra, bukan kamu. Kamu mungkin bisa dapatin aku sebagai istri kamu, tapi kamu enggak bisa dapatin cinta aku!" Laras tidak kalah berapi-api.Sebuah tamparan keras melayang k
"Nikah yuk," ujar Lintang secara tiba-tiba yang membuat Cakra langsung tersedak nasi goreng yang sedang ia kunyah. Saat ini keduanya sedang berada di salah satu tempat makan. Lintang sengaja mengajak Cakra bertemu karena ada hal yang mau ia bahas, terkait permintaan orang tuanya untuk segera pulang ke Lombok."Hah, kenapa tiba-tiba? Kamu juga baru putus sama pacar kamu, kan? Dan aku yakin kamu juga belum bisa move on, kan?" Cakra tidak habis pikir dengan permintaan Lintang yang secara tiba-tiba.Lintang meneguk minuman yang ada di hadapannya. "Gini, jadi orang tua aku di Lombok udah ngebet banget nikahin aku, sedangkan sekarang aku kan baru putus. Kalau aku belum ada calon, mereka mau jodohin aku sama laki-laki pilihan mereka, dan aku enggak mau. Jadi, aku mau minta tolong sama kamu buat nikahi aku, mungkin sampai setahun ke depan. Nanti setelah satu tahun, kita bakal cari cara biar bisa cerai. Gimana, kamu mau kan bantu aku?" Lintang sangat berharap kalau Cakra mau membantunya, Linta
"Saya terima nikah dan kawinnya Lintang Nazeala binti Rahmat dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ujar Cakra dengan lantang seraya berjabat tangan ayahnya Lintang. Akad nikah diadakan di salah satu masjid yang tidak terlalu besar. Awalnya orang tua Lintang menolak kalau pernikah``````````````annya diadakan di Jakarta dan hanya akad nikah saja, tetapi Lintang menjelaskan kalau ia tidak bisa pulang ke Lombok karena tidak mendapat izin cuti dari atasannya, dan Lintang beralasan tidak perlu menggelar acara yang meriah, lebih baik uangnya ditabung untuk masa depan, yang penting mereka sah. Orang tuanya tahu kalau pernikahan mereka didaftarkan secara hukum juga, padahal ini adalah pernikahan hanya sah secara agama, agar kelak ketika mereka berpisah, tidak perlu repot menjalani persidangan dan segala macamnnya.Setelah selesai ijab qabul, Lintang langsung mencium tangan Cakra, dan Cakra mencium keningnya Lintang. Kemudian mereka beralih mencium tangan orang tuanya Lintang.Rahmat berpes
Ballroom hotel saat ini tengah dipadati para tamu undangan, kurang lebih 2500 tamu undangan mengisi ruangan. Laras dan Aksa memang berasal dari keluarga terpandang yang memiliki kerabat dan relasi dari dalam maupun luar kota, jadi tak heran kalau acara resepsi ini digelar dengan meriah.Di antara ribuan undangan itu ada Cakra yang datang bersama Lintang untuk memenuhi undangan. Sebenarnya Cakra malas bertemu orang-orang yang telah menghancurkan hatinya, Laras dan Aksa. Hampir tujuh tahun Cakra menjalin hubungan dengan Laras, tapi seenaknya Aksa menikung kekasihnya itu.Lintang cukup kagum dengan kemeriahan acara tersebut, karena baru kali ini dia menghadiri acara semeriah itu, master ceremony, band, dan pengisi acara lainnya dibayar mahal untuk mengisi acara ini. Gaun pengantin menjuntai ke belakangan dengan indah, membuat Laras tampak lebih anggun.Saat Lintang sedang mengagumi acara itu, tangan Cakra langsung menariknya ke atas pelaminan untuk basa-basi memberi selamat."Hm, hai. Sel
Lintang bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang periklanan pada posisi accounting, seperti biasa puluh 17.30 dia keluar kantor, tapi kali ini tujuannya bukan indekos, melainkan sebuah restoran yang menjadi tempat makan malamnya nanti.Mobil Cakra baru saja sampai di lobi, dan Lintang langsung menghampiri yang ditunggunya sejak tadi."Nanti acaranya jam 8, kita masih ada waktu buat siap-siap," ujar Cakra setelah Lintang berada di sebelahnya.Lamborghini memecah jalanan ibu kota, tujuan mereka sekarang adalah sebuah mall, Cakra ingin mengubah menampilan Lintang agar menjadi lebih menarik.Setelah mobilnya terparkir di basemant, mereka pun keluar dan langsung mencari dress, sepatu, serta tas untuk Lintang. Kemudian, Cakra membawa Lintang ke salon untuk didandani secantik mungkin, karena ini adalah pertemuan mereka dengan keluarga besar.Baru beberapa hari kenal dengan Cakra, membuat Lintang tidak menjadi dirinya sendiri. Lintang tidak suka memakai barang-barang mewah, ber
Cakra adalah satu-satunya cucu Aryo yang memilih profesi di luar medis, dia mengambil jurusan komunikasi saat kuliah, dan sekarang dia sudah bekerja pada salah satu perusahaan bonafit di Jakarta selatan. Ilham adalah teman kantor yang telah menjadi sahabat Cakra sejak mereka sekantor setahun yang lalu. Sedikit banyak Ilham tahu tentang Cakra.Setelah mematikan komputernya, Ilham menghampiri Cakra di kubikelnya."Cak, kita makan siang dulu."Cakra pun beranjak dari kursinya dan ke warung makan di depan kantor yang telah menjadi langganan mereka."Ham, Lintang udah susah dihubungi." Cakra membuka obrolan sembari menunggu pesanan mereka datang.Ilham mengernyit. "Lo beneran jatuh cinta sama dia?""Bukan, tapi gue masih butuh bantuan dia. Mana malam minggu ini keluarga besar gue mau pesta BBQ, terus si pengantin baru juga ikutan, tengsin banget gue kalau nggak bawa pasangan.""Cari pasangan lain.""Nggak, itu malah menimbulkan pertanyaan baru, nanti mereka bisa curiga kalau itu cuma pasang
Weekend adalah hari yang paling dinanti-nanti oleh para pelajar sampai para pekerja. Bisa bersantai bersama keluarga, pasangan, teman, atau hanya sekadar rebahan di kasur.Selesai mandi, Lintang mengambil ponsel di atas nakas, dan melihat aplikasi W******p, tidak ada chat dari Mario, pacarnya yang nun jauh di sana. Kalau dihitung-hitung ini hari ke tiga Mario tidak ada kabar.Akhirnya dengan menurunkan ego, Lintang menghubungi Mario terlebih dahulu.Lintang NazealaMario, apa kabar?Beberapa detik Lintang menunggu balasan, tapi tidak ada balasan padahal online. Dibaca saja tidak apalagi dibalas.Chat lagi nggak, ya?Tak lama kemudian muncul seorang perempuan yang masuk ke kamar Lintang."Lin, pinjam detergen dong, mau nyuci.""Minta, Sya, bukan minjem," ralat Lintang ke tetangga kamarnya yang bernama Tasya itu.Tasya hanya menyengir. "Eh iya, itu tahu.""Ambil aja, ada di balik pintu."Tasya langsung mengambil detergen, tapi sebelum dia keluar, Lintang memanggilnya."Sya, kalau misal a