Cakra memapah Lintang turun dari mobilnya, sekarang mereka sudah berdiri di depan rumah mewah, kediaman Aryo. Entah kenapa, pria itu lebih suka tinggal sendiri hanya ditemani beberapa asisten rumah tangga, daripada tinggal bersama anak-anaknya. Sang istri, Diana sudah meninggal tiga tahun lalu karena penyakit komplikasi yang dideritanya.
Keduanya masuk ke dalam ruang tamu, beberapa keluarga telah berkumpul.
"Lho, aku kira Cakra datang sama perempuan yang lebih berkelas, ternyata cuma perempuan kampung yang nyasar ke Jakarta," celetuk Vania dengan entengnya.
Cakra yang mendengar hal itu langsung menyunggingkan sebuah senyuman. "Ini lebih baik, daripada menikung pacar saudara sendiri. Lebih hina mana?" Cakra terang-terangan menyindir Aksa yang sedang duduk di salah satu sofa.
Reza langsung menghentikan pertikaian ini. "Sudah-sudah, mendingan Lintang langsung ke belakang rumah untuk bantuin masak," Dia pun melirik ke adiknya, "Kamu juga Vania!"
Cakra pun langsung menggenggam tangan Lintang. "Ayo kita ke sana bareng."
Perlakuan Cakra begitu manis di mata Lintang, entah ini pura-pura untuk totalitas akting atau benaran dari hati, yang jelas Cakra terlihat manis di mata Lintang.
Di belakang rumah sudah banyak sanak saudara, yang Cakra pun malas untuk menyapa mereka, ternyata keluarga yang dari luar kota pada ngumpul semua.
Cakra memperhatikan raut wajah Lintang yang sepertinya tidak nyaman di sini, akhirnya dia merangkul Lintang semakin posesif.
"Semuanya, kenalkan ini calon istriku, namanya Lintang Nazeala." Cakra mengedarkan pandangannya ke sekeliling, membuat orang-orang menghentikan aktivitasnya.
"Kok pincang?"
"Frustasi nggak nikah sama Laras, selera kamu jadi rendah, ya."
"Cantikan Laras masa."
"Kok Tante Sintia dan Om Reza mau punya menantu kayak dia."
"Nggak nyangka Cakra seleranya jadi nol besar."
Lintang tidak tahu siapa nama mereka yang menghinanya, tapi yang jelas Lintang kembali sakit hati karena keluarga Cakra.
Nggak boleh lemah, Lin.
Baru saja Cakra ingin mengeluarkan suara, namun terhenti karena Lintang yang menjawabnya.
"Kalau fisik dan status sosial yang dijadikan penilaian untuk apa hati diciptakan," Lintang mengembuskan napasnya pelan, "aku mungkin nggak secantik dan sekaya Laras, tapi yang jelas aku nggak berkhianat."
Laras maju beberapa langkah, dia tahu yang dimaksud oleh Lintang adalah dirinya.
"Maksud kamu apa?" Pertanyaan Laras yang diabaikan oleh Lintang.
Cakra tersenyum. "Ya cukup kalian tahu, aku cinta Lintang lebih dari aku cinta Laras saat itu."
Cakra pun membawa wajah Lintang agar menatapnya, kemudian bibir Cakra menyentuh bibir itu. Dengan ritme yang lambat, Cakra bermain di atas bibir itu. Lintang yang belum mengerti bagaimana berciuman hanya terdiam.
Cakra menjauhkan bibirnya. "Buka bibirnya," perintah Cakra, "ikuti gerakanku."
Lintang hanya mengikuti perintah Cakra, dan mereka terbuai atas permainan itu tanpa memikirkan mereka jadi bahan tontonan.
"CAKRA!" teriak Reza yang baru datang, "di sini ada anak kecil."
Cakra masih melanjutkan permainannya, dia tidak peduli Reza sedang murka.
Akhirnya Lintang menjauh, dia mengeluh kakinya semakin sakit, dan tidak kuat berdiri. Cakra langsung menghentikan ciumannya dan menggendong Lintang ala bridal style.
"Sorry, Lintang," ujar Cakra saat mereka sudah di mobil. Cakra menyeka bibir Lintang yang basah, "yang tadi pertama buat kamu?"
Lintang hanya mengangguk, dia masih lemas atas kejadian tadi.
"Sama cowok kamu?"
Lintang menggeleng. "Selama ini aku selalu jaga diri, agar nggak disentuh sebelum halal."
"Sorry, Lin." Cakra semakin merasa bersalah.
"Aku juga salah, Cak. Aku menikmatinya."
Cakra meraih jemari Lintang dan meletakkan di dadanya. "Jantung aku berdegub kencang karena ciuman sama kamu."
Lintang tak menyangkal kalau dirinya pun sampai detik ini masih deg-degan.
"Lin, kalau aku akhiri kepura-puraan ini gimana?"
"Maksudnya?"
"Aku mau kamu jadi pacarku benaran, eh ralat, jadi calon istriku."
Lintang terkejut mendengar ucapan Cakra, dia langsung menggeleng kuat.
"Sorry, Cak. Aku punya pacar."
Cakra mengacak rambut Lintang. "Makasih Lin, kamu udah buat hatiku kembali bergetar."
"Sama-sama."
"Kalau kamu putus, kasih tahu aku. Biar aku yang gantiin posisi mantan kamu."
"Eh?"
Cakra tertawa kecil, lalu dia melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah itu.
Rambut aku yang diacak-acak, tapi hati aku yang berantakan.
***
Lintang masih memikirkan kejadian kemarin malam, sedari tadi jarinya terus memegang bibir yang dinodai oleh Cakra.Sekelebat memori pun terlintas di pikiran Lintang. Seminggu setelah wisuda S1, Lintang dan Mario duduk di sebuah kafe, ditemani obrolan ringan, sampai akhirnya Mario pun membahas sesuatu yang membuat Lintang terkejut."Lin," panggil Mario yang baru menyesap kopinya saat itu, "selama kita pacaran hampir empat tahun, aku belum pernah dapat apa-apa dari kamu."Lintang mengernyitkan keningnya. "Maksud kamu?""Ya kayak pasangan lain, misal sekadar kissing atau sesuatu yang lebih dari itu."Lintang sudah mengerti ke arah pembicaraan itu. "Maaf, Yo. Aku akan memberikan hal itu ke seseorang yang halal, kita cuma pacar bukan suami istri."Terlihat jelas raut wajah Mario saat itu berubah menjadi masam. Tidak ada lagi obrolan di antaranya, mereka hanya menghabiskan makanan masing-masing dalam keadaan diam. Tiga hari setelahnya pun Lintang mendengar kabar kalau Mario dapat beasiswa me
Setelah galau-galauan kemarin karena putus sama Mario, akhirnya Lintang kembali bangkit, dia harus lebih bersemangat lagi, hidup bukan hanya tentang cinta, ada kehidupan yang harus diperjuangkan untuk mencapai masa depan yang lebih baik lagi.Deringan telepon membuat Lintang menghentikan langkahnya yang hendak masuk ke lobi kantor."Halo, Bu," sapa Lintang saat menerima panggilan masuk dari ibunya di seberang sana."Lintang, kapan kamu ke Lombok sama pasangan kamu? Bapak udah nanyain terus, katanya kalian harus cepat menikah, umur kamu juga udah pas membina rumah tangga."Ucapan Arini membuat Lintang membeku, dia bingung harus menjawab apa, dia hanya terdiam."Lin, kalau kamu mau, Bapak bisa jodohkan kamu sama anak kepala desa di sini, ingat Adi? Yang teman masa kecil kamu itu."Lintang rasa umur dua puluh tiga tahun masih cukup muda untuk menjalin rumah tangga."Bu, Lintang bisa cari jodoh sendiri. Ibu dan Bapak tenang aja, suatu saat nanti Lintang akan ke Lombok sama calonnya Lintang
Laras menatap galeri foto semasa ia berpacaran dengan Cakra. Jujur saja sampai detik ini Laras belum bisa melupakan Cakra, andai saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi, pasti sekarang Laras sudah menikah dengan orang yang ia cintai.Dari belakang tiba-tiba muncul Aksa yang melihat apa yang sedang dilihat oleh Laras, pria itu pun langsung merampas ponsel istrinya. "Oh jadi di belakang aku, kamu masih sering lihat kenangan kalian? Masih belum bisa move on sama dia, Ras? Aku enggak suka ya kalau istri aku masih belum bisa move on dari mantannya. Dia aja udah bisa move on dari kamu, Larasati!" Ucapan Aksa sangat menggebu-gebu."Aksa, dari awal kamu tahu, pernikahan ini terjadi karena terpaksa, kalau aja malam itu kamu nggak jebak aku, aku sekarang pasti udah nikah sama Cakra. Sampai sekarang aku masih cinta sama Cakra, bukan kamu. Kamu mungkin bisa dapatin aku sebagai istri kamu, tapi kamu enggak bisa dapatin cinta aku!" Laras tidak kalah berapi-api.Sebuah tamparan keras melayang k
"Nikah yuk," ujar Lintang secara tiba-tiba yang membuat Cakra langsung tersedak nasi goreng yang sedang ia kunyah. Saat ini keduanya sedang berada di salah satu tempat makan. Lintang sengaja mengajak Cakra bertemu karena ada hal yang mau ia bahas, terkait permintaan orang tuanya untuk segera pulang ke Lombok."Hah, kenapa tiba-tiba? Kamu juga baru putus sama pacar kamu, kan? Dan aku yakin kamu juga belum bisa move on, kan?" Cakra tidak habis pikir dengan permintaan Lintang yang secara tiba-tiba.Lintang meneguk minuman yang ada di hadapannya. "Gini, jadi orang tua aku di Lombok udah ngebet banget nikahin aku, sedangkan sekarang aku kan baru putus. Kalau aku belum ada calon, mereka mau jodohin aku sama laki-laki pilihan mereka, dan aku enggak mau. Jadi, aku mau minta tolong sama kamu buat nikahi aku, mungkin sampai setahun ke depan. Nanti setelah satu tahun, kita bakal cari cara biar bisa cerai. Gimana, kamu mau kan bantu aku?" Lintang sangat berharap kalau Cakra mau membantunya, Linta
"Saya terima nikah dan kawinnya Lintang Nazeala binti Rahmat dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ujar Cakra dengan lantang seraya berjabat tangan ayahnya Lintang. Akad nikah diadakan di salah satu masjid yang tidak terlalu besar. Awalnya orang tua Lintang menolak kalau pernikah``````````````annya diadakan di Jakarta dan hanya akad nikah saja, tetapi Lintang menjelaskan kalau ia tidak bisa pulang ke Lombok karena tidak mendapat izin cuti dari atasannya, dan Lintang beralasan tidak perlu menggelar acara yang meriah, lebih baik uangnya ditabung untuk masa depan, yang penting mereka sah. Orang tuanya tahu kalau pernikahan mereka didaftarkan secara hukum juga, padahal ini adalah pernikahan hanya sah secara agama, agar kelak ketika mereka berpisah, tidak perlu repot menjalani persidangan dan segala macamnnya.Setelah selesai ijab qabul, Lintang langsung mencium tangan Cakra, dan Cakra mencium keningnya Lintang. Kemudian mereka beralih mencium tangan orang tuanya Lintang.Rahmat berpes
Ballroom hotel saat ini tengah dipadati para tamu undangan, kurang lebih 2500 tamu undangan mengisi ruangan. Laras dan Aksa memang berasal dari keluarga terpandang yang memiliki kerabat dan relasi dari dalam maupun luar kota, jadi tak heran kalau acara resepsi ini digelar dengan meriah.Di antara ribuan undangan itu ada Cakra yang datang bersama Lintang untuk memenuhi undangan. Sebenarnya Cakra malas bertemu orang-orang yang telah menghancurkan hatinya, Laras dan Aksa. Hampir tujuh tahun Cakra menjalin hubungan dengan Laras, tapi seenaknya Aksa menikung kekasihnya itu.Lintang cukup kagum dengan kemeriahan acara tersebut, karena baru kali ini dia menghadiri acara semeriah itu, master ceremony, band, dan pengisi acara lainnya dibayar mahal untuk mengisi acara ini. Gaun pengantin menjuntai ke belakangan dengan indah, membuat Laras tampak lebih anggun.Saat Lintang sedang mengagumi acara itu, tangan Cakra langsung menariknya ke atas pelaminan untuk basa-basi memberi selamat."Hm, hai. Sel
Lintang bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang periklanan pada posisi accounting, seperti biasa puluh 17.30 dia keluar kantor, tapi kali ini tujuannya bukan indekos, melainkan sebuah restoran yang menjadi tempat makan malamnya nanti.Mobil Cakra baru saja sampai di lobi, dan Lintang langsung menghampiri yang ditunggunya sejak tadi."Nanti acaranya jam 8, kita masih ada waktu buat siap-siap," ujar Cakra setelah Lintang berada di sebelahnya.Lamborghini memecah jalanan ibu kota, tujuan mereka sekarang adalah sebuah mall, Cakra ingin mengubah menampilan Lintang agar menjadi lebih menarik.Setelah mobilnya terparkir di basemant, mereka pun keluar dan langsung mencari dress, sepatu, serta tas untuk Lintang. Kemudian, Cakra membawa Lintang ke salon untuk didandani secantik mungkin, karena ini adalah pertemuan mereka dengan keluarga besar.Baru beberapa hari kenal dengan Cakra, membuat Lintang tidak menjadi dirinya sendiri. Lintang tidak suka memakai barang-barang mewah, ber
Cakra adalah satu-satunya cucu Aryo yang memilih profesi di luar medis, dia mengambil jurusan komunikasi saat kuliah, dan sekarang dia sudah bekerja pada salah satu perusahaan bonafit di Jakarta selatan. Ilham adalah teman kantor yang telah menjadi sahabat Cakra sejak mereka sekantor setahun yang lalu. Sedikit banyak Ilham tahu tentang Cakra.Setelah mematikan komputernya, Ilham menghampiri Cakra di kubikelnya."Cak, kita makan siang dulu."Cakra pun beranjak dari kursinya dan ke warung makan di depan kantor yang telah menjadi langganan mereka."Ham, Lintang udah susah dihubungi." Cakra membuka obrolan sembari menunggu pesanan mereka datang.Ilham mengernyit. "Lo beneran jatuh cinta sama dia?""Bukan, tapi gue masih butuh bantuan dia. Mana malam minggu ini keluarga besar gue mau pesta BBQ, terus si pengantin baru juga ikutan, tengsin banget gue kalau nggak bawa pasangan.""Cari pasangan lain.""Nggak, itu malah menimbulkan pertanyaan baru, nanti mereka bisa curiga kalau itu cuma pasang