Cakra adalah satu-satunya cucu Aryo yang memilih profesi di luar medis, dia mengambil jurusan komunikasi saat kuliah, dan sekarang dia sudah bekerja pada salah satu perusahaan bonafit di Jakarta selatan. Ilham adalah teman kantor yang telah menjadi sahabat Cakra sejak mereka sekantor setahun yang lalu. Sedikit banyak Ilham tahu tentang Cakra.
Setelah mematikan komputernya, Ilham menghampiri Cakra di kubikelnya.
"Cak, kita makan siang dulu."
Cakra pun beranjak dari kursinya dan ke warung makan di depan kantor yang telah menjadi langganan mereka.
"Ham, Lintang udah susah dihubungi." Cakra membuka obrolan sembari menunggu pesanan mereka datang.
Ilham mengernyit. "Lo beneran jatuh cinta sama dia?"
"Bukan, tapi gue masih butuh bantuan dia. Mana malam minggu ini keluarga besar gue mau pesta BBQ, terus si pengantin baru juga ikutan, tengsin banget gue kalau nggak bawa pasangan."
"Cari pasangan lain."
"Nggak, itu malah menimbulkan pertanyaan baru, nanti mereka bisa curiga kalau itu cuma pasangan pura-pura."
Cakra memang tidak punya teman perempuan, semenjak pacaran dengan Laras dari SMA sampai kuliah, Cakra menghindar dari perempuan lain demi menjaga hati kekasihnya saat itu. Lagipula untuk sekarang, Cakra hanya ingin meminta bantuan Lintang karena dia memang sudah terlibat dalam permainannya.
"Ham, gue cabut dulu."
Tanpa menunggu jawaban dari Ilham, Cakra langsung keluar dari rumah makan itu. Dia harus ke kantornya Lintang, karena setiap kali Cakra menghubungi perempuan itu tidak pernah diterima.
Baru saja Cakra hendak masuk ke dalam lobi, dia berpapasan dengan Lintang yang berjalan dengan teman-temannya.
"Yaudah, Lin. Kita makan siang duluan, ya," pamit salah seorang temannya, yang langsung dia angguki oleh Lintang.
Lintang memutar bola matanya malas. "Aku mau makan siang, ada apa?"
Cakra menarik Lintang ke salah satu sofa yang ada di lobi. "Lin, aku butuh bantuan kamu, malam minggu keluargaku mau pesta BBQ."
"Ya terus?"
"Lin, nanti aku traktir apa yang kamu mau."
"Ogah, aku malas sakit hati kalau dihina sama keluarga kamu yang kaya itu."
"Please, Lin."
Lintang berdiri dari sofa. "Aku mau makan, lapar."
"Kita makan siang bareng."
"Nggak!"
Buru-buru Lintang langsung berjalan menjauh dari Cakra, namun laki-laki itu mengejarnya, sementara Lintang semakin mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke rumah makan yang ada diseberang jalan.
Saat Lintang hendak menyeberang dia terserempet mobil yang lewat karena tidak melihat kanan dan kiri, dengan sigap Cakra langsung menghampiri Lintang dan membopongnya ke mobil. Lintang tidak menolak karena kakinya sakit dan masih syok atas kejadian tadi.
Cakra membawa Lintang ke jok belakang, dan mengambil P3K yang selalu tersedia di mobilnya. Sedikit banyak Cakra tahu cara mengobati luka karena dia terlahir dari keturunan dokter.
Lintang merintih saat Cakra membersihkan lukanya dengan alkohol, lalu mengolesinya dengan obat merah, kemudian menempelkan plaster ke luka tersebut.
"Aduh, aku harusnya tadi jangan pakai rok selutut."
Cakra menatap Lintang, lalu tersenyum. "Makanya jangan bandel."
"Kamu aja yang kejar aku!"
"Kamu lapar, kan?" tanya Cakra yang diangguki Lintang, "yaudah aku beli makanan, kita makan di sini."
Cakra langsung keluar dari mobilnya, meninggalkan Lintang yang masih termenung. Dia menatap luka di kakinya.
"Jadi lecet, untung nggak terlalu parah."
Menunggu Cakra membuat Lintang mengantuk, akhirnya dia pun terlelap ke alam mimpi. Dua puluh menit kemudian, Cakra datang dengan dua kotak nasi dan dua gelas es jeruk.
"Lin, bangun," Cakra menggoyangkan tubuh Lintang hingga perempuan itu terbangun, "sorry, lama. Tadi antri banget."
Lintang langsung membuka makanan itu dan memakannya dalam keadaan diam, Cakra yang melihat hal itu tersenyum simpul.
"Lintang?"
Lintang menatap Cakra, lalu menaikkan sebelah alisnya.
"Kamu bantu aku, ya. Aku akan lindungi kamu kayak aku lindungi kamu sekarang, kamu nggak perlu takut sama keluarga aku."
"Satu kebohongan akan selalu ada kebohongan lainnya, Cak."
Cakra mengangguk. "Aku cuma pengin buktiin ke Aksa, Laras, dan seluruh keluarga besar aku kalau aku nggak gagal move on. Aku nggak mau Aksa makin besar kepala."
"Kenapa harus aku?"
"Sejak pacaran sama Laras dari SMA sampai kuliah aku nggak pernah deket sama cewek manapun karena jaga hati Laras."
Lintang mengembuskan napasnya, di satu sisi dia kasihan dengan Cakra, di sisi lain dia tidak mau bertemu dengan keluarga Cakra yang sombong itu. Tapi, Lintang akan benar-benar egois kalau tidak bantuin Cakra karena laki-laki itu sudah baik ke Lintang. Pertama membelikannya skin care paling mahal seharga puluhan juta, membelikannya dress, sepatu, tas branded, dan sudah bersikap baik ke Lintang, seperti sekarang.
Sampai detik ini Lintang belum menemukan sisi buruk di dalam diri Cakra.
Lintang, kamu dari kecil selalu diajarin sama ibu buat menolong orang yang membutuhkan bantuanmu.
***
Weekend adalah hari yang paling dinanti-nanti oleh para pelajar sampai para pekerja. Bisa bersantai bersama keluarga, pasangan, teman, atau hanya sekadar rebahan di kasur.Selesai mandi, Lintang mengambil ponsel di atas nakas, dan melihat aplikasi W******p, tidak ada chat dari Mario, pacarnya yang nun jauh di sana. Kalau dihitung-hitung ini hari ke tiga Mario tidak ada kabar.Akhirnya dengan menurunkan ego, Lintang menghubungi Mario terlebih dahulu.Lintang NazealaMario, apa kabar?Beberapa detik Lintang menunggu balasan, tapi tidak ada balasan padahal online. Dibaca saja tidak apalagi dibalas.Chat lagi nggak, ya?Tak lama kemudian muncul seorang perempuan yang masuk ke kamar Lintang."Lin, pinjam detergen dong, mau nyuci.""Minta, Sya, bukan minjem," ralat Lintang ke tetangga kamarnya yang bernama Tasya itu.Tasya hanya menyengir. "Eh iya, itu tahu.""Ambil aja, ada di balik pintu."Tasya langsung mengambil detergen, tapi sebelum dia keluar, Lintang memanggilnya."Sya, kalau misal a
Cakra memapah Lintang turun dari mobilnya, sekarang mereka sudah berdiri di depan rumah mewah, kediaman Aryo. Entah kenapa, pria itu lebih suka tinggal sendiri hanya ditemani beberapa asisten rumah tangga, daripada tinggal bersama anak-anaknya. Sang istri, Diana sudah meninggal tiga tahun lalu karena penyakit komplikasi yang dideritanya.Keduanya masuk ke dalam ruang tamu, beberapa keluarga telah berkumpul."Lho, aku kira Cakra datang sama perempuan yang lebih berkelas, ternyata cuma perempuan kampung yang nyasar ke Jakarta," celetuk Vania dengan entengnya.Cakra yang mendengar hal itu langsung menyunggingkan sebuah senyuman. "Ini lebih baik, daripada menikung pacar saudara sendiri. Lebih hina mana?" Cakra terang-terangan menyindir Aksa yang sedang duduk di salah satu sofa.Reza langsung menghentikan pertikaian ini. "Sudah-sudah, mendingan Lintang langsung ke belakang rumah untuk bantuin masak," Dia pun melirik ke adiknya, "Kamu juga Vania!"Cakra pun langsung menggenggam tangan Lintan
Lintang masih memikirkan kejadian kemarin malam, sedari tadi jarinya terus memegang bibir yang dinodai oleh Cakra.Sekelebat memori pun terlintas di pikiran Lintang. Seminggu setelah wisuda S1, Lintang dan Mario duduk di sebuah kafe, ditemani obrolan ringan, sampai akhirnya Mario pun membahas sesuatu yang membuat Lintang terkejut."Lin," panggil Mario yang baru menyesap kopinya saat itu, "selama kita pacaran hampir empat tahun, aku belum pernah dapat apa-apa dari kamu."Lintang mengernyitkan keningnya. "Maksud kamu?""Ya kayak pasangan lain, misal sekadar kissing atau sesuatu yang lebih dari itu."Lintang sudah mengerti ke arah pembicaraan itu. "Maaf, Yo. Aku akan memberikan hal itu ke seseorang yang halal, kita cuma pacar bukan suami istri."Terlihat jelas raut wajah Mario saat itu berubah menjadi masam. Tidak ada lagi obrolan di antaranya, mereka hanya menghabiskan makanan masing-masing dalam keadaan diam. Tiga hari setelahnya pun Lintang mendengar kabar kalau Mario dapat beasiswa me
Setelah galau-galauan kemarin karena putus sama Mario, akhirnya Lintang kembali bangkit, dia harus lebih bersemangat lagi, hidup bukan hanya tentang cinta, ada kehidupan yang harus diperjuangkan untuk mencapai masa depan yang lebih baik lagi.Deringan telepon membuat Lintang menghentikan langkahnya yang hendak masuk ke lobi kantor."Halo, Bu," sapa Lintang saat menerima panggilan masuk dari ibunya di seberang sana."Lintang, kapan kamu ke Lombok sama pasangan kamu? Bapak udah nanyain terus, katanya kalian harus cepat menikah, umur kamu juga udah pas membina rumah tangga."Ucapan Arini membuat Lintang membeku, dia bingung harus menjawab apa, dia hanya terdiam."Lin, kalau kamu mau, Bapak bisa jodohkan kamu sama anak kepala desa di sini, ingat Adi? Yang teman masa kecil kamu itu."Lintang rasa umur dua puluh tiga tahun masih cukup muda untuk menjalin rumah tangga."Bu, Lintang bisa cari jodoh sendiri. Ibu dan Bapak tenang aja, suatu saat nanti Lintang akan ke Lombok sama calonnya Lintang
Laras menatap galeri foto semasa ia berpacaran dengan Cakra. Jujur saja sampai detik ini Laras belum bisa melupakan Cakra, andai saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi, pasti sekarang Laras sudah menikah dengan orang yang ia cintai.Dari belakang tiba-tiba muncul Aksa yang melihat apa yang sedang dilihat oleh Laras, pria itu pun langsung merampas ponsel istrinya. "Oh jadi di belakang aku, kamu masih sering lihat kenangan kalian? Masih belum bisa move on sama dia, Ras? Aku enggak suka ya kalau istri aku masih belum bisa move on dari mantannya. Dia aja udah bisa move on dari kamu, Larasati!" Ucapan Aksa sangat menggebu-gebu."Aksa, dari awal kamu tahu, pernikahan ini terjadi karena terpaksa, kalau aja malam itu kamu nggak jebak aku, aku sekarang pasti udah nikah sama Cakra. Sampai sekarang aku masih cinta sama Cakra, bukan kamu. Kamu mungkin bisa dapatin aku sebagai istri kamu, tapi kamu enggak bisa dapatin cinta aku!" Laras tidak kalah berapi-api.Sebuah tamparan keras melayang k
"Nikah yuk," ujar Lintang secara tiba-tiba yang membuat Cakra langsung tersedak nasi goreng yang sedang ia kunyah. Saat ini keduanya sedang berada di salah satu tempat makan. Lintang sengaja mengajak Cakra bertemu karena ada hal yang mau ia bahas, terkait permintaan orang tuanya untuk segera pulang ke Lombok."Hah, kenapa tiba-tiba? Kamu juga baru putus sama pacar kamu, kan? Dan aku yakin kamu juga belum bisa move on, kan?" Cakra tidak habis pikir dengan permintaan Lintang yang secara tiba-tiba.Lintang meneguk minuman yang ada di hadapannya. "Gini, jadi orang tua aku di Lombok udah ngebet banget nikahin aku, sedangkan sekarang aku kan baru putus. Kalau aku belum ada calon, mereka mau jodohin aku sama laki-laki pilihan mereka, dan aku enggak mau. Jadi, aku mau minta tolong sama kamu buat nikahi aku, mungkin sampai setahun ke depan. Nanti setelah satu tahun, kita bakal cari cara biar bisa cerai. Gimana, kamu mau kan bantu aku?" Lintang sangat berharap kalau Cakra mau membantunya, Linta
"Saya terima nikah dan kawinnya Lintang Nazeala binti Rahmat dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ujar Cakra dengan lantang seraya berjabat tangan ayahnya Lintang. Akad nikah diadakan di salah satu masjid yang tidak terlalu besar. Awalnya orang tua Lintang menolak kalau pernikah``````````````annya diadakan di Jakarta dan hanya akad nikah saja, tetapi Lintang menjelaskan kalau ia tidak bisa pulang ke Lombok karena tidak mendapat izin cuti dari atasannya, dan Lintang beralasan tidak perlu menggelar acara yang meriah, lebih baik uangnya ditabung untuk masa depan, yang penting mereka sah. Orang tuanya tahu kalau pernikahan mereka didaftarkan secara hukum juga, padahal ini adalah pernikahan hanya sah secara agama, agar kelak ketika mereka berpisah, tidak perlu repot menjalani persidangan dan segala macamnnya.Setelah selesai ijab qabul, Lintang langsung mencium tangan Cakra, dan Cakra mencium keningnya Lintang. Kemudian mereka beralih mencium tangan orang tuanya Lintang.Rahmat berpes
Ballroom hotel saat ini tengah dipadati para tamu undangan, kurang lebih 2500 tamu undangan mengisi ruangan. Laras dan Aksa memang berasal dari keluarga terpandang yang memiliki kerabat dan relasi dari dalam maupun luar kota, jadi tak heran kalau acara resepsi ini digelar dengan meriah.Di antara ribuan undangan itu ada Cakra yang datang bersama Lintang untuk memenuhi undangan. Sebenarnya Cakra malas bertemu orang-orang yang telah menghancurkan hatinya, Laras dan Aksa. Hampir tujuh tahun Cakra menjalin hubungan dengan Laras, tapi seenaknya Aksa menikung kekasihnya itu.Lintang cukup kagum dengan kemeriahan acara tersebut, karena baru kali ini dia menghadiri acara semeriah itu, master ceremony, band, dan pengisi acara lainnya dibayar mahal untuk mengisi acara ini. Gaun pengantin menjuntai ke belakangan dengan indah, membuat Laras tampak lebih anggun.Saat Lintang sedang mengagumi acara itu, tangan Cakra langsung menariknya ke atas pelaminan untuk basa-basi memberi selamat."Hm, hai. Sel