Share

BAB 9

Nancy buru-buru masuk ke dalam lobi Rumah Sakit, napasnya terengah-engah, dia sudah tidak peduli beberapa pasang mata yang menatapnya aneh karena berlari seperti orang yang sudah kehilangan kewarasan.

Dia baru saja menerima telepon dari kepolisian mengenai Janggala.

“Apa betul ini dengan keluarga dari tuan Janggala Tantra? Putra ibu berada di Rumah Sakit SANJAYA karena mengalami kecelakaan.”

Polisi mengabarkan langsung padanya sehingga Nancy begitu histeris ketika mendengarnya. Eveline dan supir segera mengantarnya namun pikirannya begitu kalut ketika sampai di Rumah Sakit.

Tangannya gemetar tidak berhenti.

Dia takut kehilangan Janggala.

“Keluarga tuan Janggala Tantra?” Salah satu perawat memanggil nama itu ketika Nancy baru saja masuk ke dalam IGD dibantu oleh Eveline.

“Kami keluarganya.” Eveline segera menjawab dan mendekat kepada perawat sedangkan Nancy dibantu oleh supir pribadinya untuk tetap berdiri.

“Kami meminta persetujuan untuk operasi, biar dokter yang menjelaskan.” Kata perawat itu sambil mempersilahkan dokter yang kemudian muncul dari balik tirai.

Nancy hampir saja pingsan melihat banyaknya darah di jubah dokter itu.

Darah Janggala.

“Saya dokter umum yang menangani, sebentar lagi dokter bedah dan syaraf akan segera datang kesini. Tuan Janggala Tantra mengalami cedera kepala yang cukup serius dan pendarahan hebat. Jika tidak ditindak, kami akan kehilangan tuan Janggala.”

Kata-kata itu membuat kedua lutut Nancy terasa lemas, dunianya seperti runtuh begitu saja. Belum ada setahun kepergian suaminya dan dia kini dihadapkan oleh hal hidup dan mati putranya.

Dia segera menandatangani berkas-berkas tersebut, ketika dokter spesialis datang mereka mengenali siapa wanita paruh baya yang terdiam lesu di pojok ruangan. Kemudian setelahnya direktur Rumah Sakit langsung turun tangan dan menemui Nancy.

Dengan segera Nancy diajak untuk menempati ruangan SUPER VVIP dimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menempatinya di Rumah Sakit ini.

“Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan tuan muda.” Kata Direktur Rumah Sakit dan Nancy hanya terdiam lemah tidak menjawab.

Wanita tua itu hanya duduk menatap kosong lorong Rumah Sakit ketika Janggala masuk ke dalam ruang operasi dan Direktur itu pergi untuk memantau operasi.

“Bagaimana? Sudah ada penjelasan kenapa Gala ada disana?” Tanya Nancy pada Eveline yang baru saja datang menghampirinya, wanita muda itu menyerahkan sebotol air mineral yang sudah dibuka tutupnya pada Nancy.

Tangan lemahnya mengambil botol itu dan meminum isinya perlahan.

“Tuan muda berada disana untuk bertemu dengan Dirra. Saat itu bertepatan dengan kepergian Dirra, tuan muda mengejar mobilnya.”

Nancy terdiam mendengar penjelasan Eveline, kemudian airmatanya tumpah. Dia terisak. Dia tidak berpikir kalau Janggala akan nekat mendatangi Dirra kurang dari jam dua.

Nancy sudah tahu kalau Dirra dan keluarganya pindah hari ini, dia sudah diberitahu oleh Siska kalau Janggala akan pergi menemui Dirra pukul dua siang. Dia tidak menyangka semuanya meleset dan kini anaknya terbaring lemah di ranjang.

“Ma! Mama! Bagaimana dengan Gala?!” Suara seorang pria berusia muda bertubuh tinggi dan tegap yang berlari mendekat pada Nancy mengalihkan perhatiannya, dia menoleh dan mendapati pria muda itu berdiri di depannya dengan tatapan panik.

“Untuk apa kamu kesini?” Tanya Nancy dengan nada sinis, dia membuang mukanya ke arah lain. Enggan menatap sosok itu.

“Ma, gimanapun Gala adik aku.”

“Diam kamu..” Nancy memotong ucapan pemuda itu, dia melirik dengan tajam, menatap pria itu lekat-lekat seperti hendak memakannya. “Kamu tidak ada hubungan apapun dengan Janggala, Sivan. Kamu hanyalah anak dari wanita simpanan!”

Sivan terdiam mendengar ucapan Nancy, dia menelan ludah berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh sikap wanita tua itu yang selalu merendahkannya sejak dulu.

“Kamu senang Gala kecelakaan?” Nancy menuduh tanpa ampun sambil bangun dari duduknya, dia berjalan mendekati Sivan yang kini memasang wajah terkejut setelah mendengar tuduhannya. “Kamu berpikir akan punya kesempatan kalau sampai sesuatu terjadi pada Gala?”

“Ma!”

“JANGAN PANGGIL AKU MAMA! SIALAN!” Nancy berteriak bertepatan dengan tangannya yang melayang menampar Sivan.

Sivan tertunduk ketika pipinya mulai terasa panas akibat tamparan keras Nancy.

“Aku bukan ibumu, Janggala juga bukan adikmu! Jangan berpikir kau bagian dari keluarga ini! PERGI!” Nancy berteriak dengan kencang mengacungkan tangannya, memberi isyarat pada Sivan untuk pergi dari tempat itu.

“Tante! Tante!” Panggilan Lavani mengalihkan fokus Nancy, dia mencari asal suara dan mendapati Lavani berlari menuju ke arahnya. Di belakang wanita itu ada ibu dan ayahnya yang juga terlihat begitu panik.

“Lavani!” Nancy memekik, memeluk perempuan muda itu sambil menangis.

“Mbak, bagaimana? Operasinya sudah dimulai?” Tanya ibu Lavani dengan wajah cemas. Orangtua Lavani menoleh sekilas pada Sivan yang masih terdiam tidak merespon apapun.

“Dia sedang di operasi, katanya ada pendarahan serius di kepala.” Nancy menjelaskan dengan terbata sambil terisak-isak, wanita paruh baya itu dibawa oleh orangtua Lavani menjauh dari tempat Sivan berdiam.

Nancy ditenangkan oleh kedua orangtua Lavani sedangkan Lavani masih berdiri di samping Sivan.

“Cuci mukamu, nanti kembali lagi kalau keadaan sudah lebih stabil.” Lavani mengatakan hal itu dengan suara yang begitu pelan, yang mungkin hanya bisa di dengar oleh Sivan yang kemudian beranjak pergi dari tempat itu.

Sivan mengusap pipinya yang panas dan terasa nyeri akibat tamparan itu. Dia sudah berada di rumah itu bahkan sebelum Janggala lahir, namun Nancy tidak pernah menganggapnya, tidak pernah berusaha berbaik hati padanya.

“KAU HANYA ANAK HARAM!” Kata-kata itu mendadak terngiang di telinga Sivan.

Dia berjalan pergi menuju lorong ruang operasi, dia menatap tanda sedang operasi yang berwarna merah. Sivan duduk di kursi besi panjang yang ada di depan ruang operasi, dengan menyatukan kedua tangannya dan menutup kedua mata dia berdoa.

“Tuhan, selamatkan adikku. Selamatkan Janggala.” Bisiknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status