Share

BAB 12

Dirra sudah mulai beradaptasi tinggal di lingkungan baru. Orang-orang di dekat rumahnya begitu baik dan perhatian, semua warga sudah tahu kalau Dirra tengah hamil. Ibunya berkata kalau Dirra baru menikah secara agama waktu ditinggalkan suaminya begitu saja.

Beberapa orang ada saja yang nyinyir mendengar hal itu, tapi sebagian menerima Dirra dengan baik.

Ibunya dipindahtugaskan ke kantor desa yang kecil, sedangkan sebagian uang ibunya dijadikan ayahnya sebagai modal bertani. Di desa ini sebagian besar warganya menanam banyak sekali sayur, mereka menjual hasil tani kepada tengkulak dari desa sebelah.

Luas tanah rumah yang di tempati Dirra ternyata sangat lebar sampai ke belakang sehingga ayahnya bisa memulai menanam beberapa sayur.

Memasuki usia kehamilan lima bulan, mual muntah Dirra sudah menghilang, nafsu makannya sudah kembali dan wajahnya terlihat jauh lebih segar. Di desa ini juga ada bidan yang bertugas sehingga Dirra bisa rutin memeriksakan dirinya.

“Dir!” Suara berat dari belakang punggungnya mengejutkan Dirra yang tengah membantu ayahnya menjemur biji-biji tumbuhan yang akan disemai.

Pria dengan tinggi diatas rata-rata dengan senyum lebar itu mendekat ke arah Dirra, dia sedikit berlari, tangannya penuh dengan buah-buahan.

“Hati-hati Lang!” Dirra sedikit meninggikan suaranya ketika pria itu sudah berada di dekatnya dan hampir menjatuhkan sebagian dari buah-buahan itu.

“Elang! Gak usah lari! Kenapa malahan lari-lari?” Ayah Dirra buru-buru berlari mendekat dan membantu pria bernama Elang itu membawakan buah-buahan di tangannya.

“Ini dari ibu-ibu di puskesmas, katanya buat Dirra. Kemarin kata bu bidan, Dirra sembelit. Jadi ibu-ibu yang sudah panen buah langsung ke puskesmas untuk mengumpulkan!” Elang mengatakan hal itu dengan santai tanpa rasa malu sebaliknya Dirra yang mendengarnya kini memerah wajahnya.

“Aduh, kenapa mesti tersebar sih masalah kayak gitu?” Keluh Dirra sambil menepuk dahinya.

Ayahnya tertawa dan menggeleng. Karena desa ini kecil, informasi menyebar dengan cepat namun hal positifnya adalah orang-orang disini begitu perhatian.

“Lagi ngapain?” Elang jalan lebih dekat ke arah Dirra yang tengah duduk, dipangkuannya ada nampan dari rotan berisi biji-biji sayuran yang tersebar.

“Mau dijemur, kata ayah sebelum ditanam harus dijemur.”

Elang mengangguk sambil berjongkok, tangan besarnya berusaha membantu Dirra memilah biji-biji sayuran itu.

Ayah Dirra keluar dari dalam rumah dan melihat pemandangan itu sambil tersenyum.

“Lang, tinggi kamu naik berapa senti dari Sekolah Dasar?” Tanya Ayah Dirra ketika dia berjalan melewati keduanya untuk melanjutkan apa yang tengah dia kerjakan.

“Lupa yah, tapi sekarang tinggiku seratus delapan puluh lima senti.”

Ayah Dirra dan Dirra menengok bersamaan ke arah Elang yang memandang keduanya kebingungan. Elang adalah teman kecil Dirra, dulu keluarganya juga tinggal di komplek yang sama dengan keluarga Dirra.

Ibu dan ayah Elang saling mengenal sejak lama. Elang lebih tua satu tahun dari Dirra, dulu sekali dia sering bermain bersama Dirra. Elang bukan anak yang nakal dan suka menjahili Dirra, pria itu selalu baik dan lembut pada Dirra sejak kecil.

“Pantesan aku cuma sedada kamu!” Ujar Dirra disambung tawa yang lebar.

Elang memandangnya dan ikut tersenyum.

“Tapi ayah gak pernah tahu kalian pindah kesini, benar-benar keajaiban bisa bertemu dengan kalian lagi.” Kata ayah Dirra pada Elang.

“Setelah ayah memutuskan keluar dari kerjaan, ibu mengajak ayah kembali ke kampung halamannya.”

“Loh, jadi ini kampung halaman ibu kamu?”

Elang mengangguk, “Ayah dan ibu belajar bertani sejak dulu, mereka memang menginginkan hidup yang seperti ini.” Lanjut Elang lagi.

Pertemuan itu tidak di sengaja, beberapa minggu setelah kepindahan mereka, ibunya mengajak Dirra jalan kaki sambil berbelanja. Saat sedang berbelanja itulah ibu Elang mengenali ibu Dirra, keduanya berpelukan dan menangis karena tidak menyangka akhirnya bertemu di tempat ini.

“Mau makan buah gak? Aku potongin.” Elang membuka pembicaraan ketika suasana tengah hening, ayah Dirra sudah begitu jauh ke belakang untuk menggali tanah.

Dirra menoleh dan menatap Elang. Pertemuan yang sudah begitu lama tapi wajah itu tidak pernah berubah sedikitpun, hanya terlihat agak dewasa. Tinggi dan tubuhnya berubah namun Elang tetaplah lembut seperti dulu.

“Boleh, aku ikut ke dalam ya.”

Dirra berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Elang di belakangnya.

“Perut kamu sudah kelihatan, berapa bulan sekarang Dir?” Tanya Elang, matanya sesekali melirik ke arah perut bulat Dirra yang sudah menonjol dari balik baju yang ia kenakan.

“Lima bulan Lang.” Dirra mengambilkan pisau dan memberikannya pada Elang yang sekarang sudah duduk di kursi meja makan, dia juga mengambilkan kresek untuk tempat sampah.

Dirra duduk di sebelah Elang yang sudah mulai mengupas kulit buah pepaya.

“Sudah besar ya, sebentar lagi lahiran.”

Dirra tersenyum mendengar ucapan Elang. Suasana hening sesaat, Elang hanya mengupas kulit pepaya dan memotong buahnya sedangkan Dirra hanya memandangnya.

“Kamu gak nanya kemana ayahnya?”

Elang menghentikan kegiatannya, kemudian mengalihkan pandangannya pada Dirra.

“Yang penting kamu sehat. Aku gak tahu apa yang terjadi sama kamu disana dan gak mau cari tahu kalau kamu gak nyaman.”

Dirra sedikit terkejut mendengar ucapan Elang sebelum akhirnya tertawa kencang, dia mendorong bahu Elang.

“Kamu nih ya astaga! Dari kecil gak berubah! Aku gak apa-apa kok Lang, kalau kamu mau tahu juga gak apa-apa.”

Elang menatap Dirra yang tertawa, “Tapi kamu kayak mau nangis gitu..”

Seketika Dirra menghentikan tawanya, kemudian dia terkekeh dengan canggung.

“Ketahuan ya?” Ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Elang hanya diam tidak menanggapi, dia kembali fokus mengupas kulit pepaya dan memotong buahnya. Menyimpan buah-buah itu ke piring.

Ayah dan ibunya membicarakan hal ini di rumah, mereka merasa kasihan pada Dirra yang hamil dan ditinggal oleh kekasihnya. Ayah dan ibunya berusaha menyembunyikan fakta kalau Dirra hamil diluar nikah.

Elang melirik ke arah Dirra.

Sejak dulu, dia menyukai Dirra. Dan perasaan itu, tidak pernah berubah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status