Share

PUTRI TUNGGAL TUAN CEO
PUTRI TUNGGAL TUAN CEO
Author: mapoeri

BAB 1

“Lo Dirra ‘kan?” Seorang bocah laki-laki berbadan tegap dengan tatapan mata yang tajam itu menatapnya. “Dirra Gauri?” Laki-laki itu mengulang lagi pertanyaannya.

Dirra mengamatinya, bocah laki-laki itu memakai seragam sama dengannya. Seragam SMA DARA SEDAYU, melihat warna yang terpasang di lengan kanannya dia pastilah satu angkatan dengan Dirra.

Sama-sama kelas tiga.

Semilir angin memainkan rambut keduanya, bocah laki-laki dengan rambut hitam, style yang rapi. Hidungnya tinggi, bibirnya lebar dan terlihat rapi berwarna merah muda. Dirra tengah berada di bawah pohon dekat perpustakaan ketika bocah itu mendekatinya secara tiba-tiba.

“Kamu siapa?” Kini Dirra balik bertanya, keningnya berkerut. Tidak merasa mengenal laki-laki itu selama bersekolah disini, atau mungkin karena dia tidak begitu tertarik dengan sekitar.

Bocah laki-laki itu tidak langsung menjawab, dia terdiam sebentar sebelum akhirnya tertawa kencang. Dirra terkejut mendengarnya, tawa itu seperti tawa yang dipaksakan.

“Lo gak kenal gue?”

Dirra menatapnya lagi, “Apa saya harus kenal kamu?”

Wajah bocah laki-laki di depannya itu menegang namun dia tidak beranjak dari hadapan Dirra, dia kemudian berjongkok, mensejajarkan mata miliknya dengan milik Dirra. Keduanya saling bertatapan dengan jarak yang begitu dekat sekarang.

Dirra terkejut dengan aksi tersebut, dia sedikit terlonjak ke belakang.

“Lo harus ingat muka gue, ingat nama gue. Gue, Janggala Tantra anak pemilik yayasan yang mensponsori sekolahan ini. Gue suka sama lo, gue pengen lo jadi cewek gue.”

Dia mengatakannya dengan wajah yang begitu serius, menatap dalam-dalam mata milik Dirra. Wajahnya yang tampan itu tidak mungkin bisa dilupakan dengan segera, namun Dirra menepis hal itu.

Tidak, ini bukan saatnya melakukan hal bodoh semacam pacaran.

“Maaf saya gak kenal kamu.” Dirra buru-buru membereskan buku yang tengah ia baca, ucapan laki-laki bernama Janggala itu tidak dapat dia mengerti. Ia tengah sibuk memasukkan semua barang-barang yang berserakan diatas karpet yang dia gelar untuk acara membacanya ketika tangan Janggala menggenggamnya.

“Gue bilang, ingat muka dan nama gue. Gue Janggala, gue suka sama lo. Ayo kita pacaran.”

Dua tahun berlalu sejak kejadian itu, ketika Janggala datang padanya dan memaksanya untuk berpacaran. Kini Dirra menatap dirinya sendiri di depan kaca, dia sudah lulus dari SMA dan impiannya untuk berkuliah hancur berantakan karena terhalang biaya, terlebih lagi sekarang dia tidak mungkin melanjutkan untuk bekerja.

Mata hitam pekatnya menatap benda putih panjang di tangan, dibuka telapaknya dan terlihat garis dua yang begitu terang.

Positif.

Dia hamil.

Tubuhnya bergetar, segera dia mengambil ponsel berusaha menghubungi Janggala yang entah kenapa semenjak mereka melakukan hubungan seks sudah sulit sekali dihubungi.

Dua bulan telah berlalu dan pria itu seperti menghilang, padahal mereka melakukannya dalam keadaan sadar. Suka sama suka.

Dia mengirimkan pesan pada Janggala, memohon untuk kembali menghubunginya.

Dirra memasukkan hasil testpack itu ke dalam nakas di kamarnya, berusaha menyembunyikan dari orangtuanya. Dia keluar dan mendapati ayahnya tengah membaca koran di ruang tamu.

Ini minggu pagi dan orangtuanya sedang libur bekerja.

“Dir, kamu sudah masukin lamaran yang ayah kasih kemarin?”

Dirra terdiam kemudian mengangguk pelan. Dia baru saja habis kontrak di kantor lamanya dan sekarang sedang berusaha untuk mencari pekerjaan baru.

“Gak apa-apa, kerja dulu aja. Nanti kuliahnya bisa menyusul.” Kata Bapak, membalik koran di tangannya dengan senyum yang mengembang.

Hati Dirra begitu teriris, bagaimana mungkin dia jujur pada orangtuanya kalau dia sekarang tengah mengandung anak Janggala sedangkan ekonomi keluarganya dalam kondisi yang tidak baik.

Ayahnya bulan depan sudah mulai pensiun karena penyakit yang dideritanya tidak memungkinkan dia bekerja lebih lama, sedangkan ibunya bekerja sebagai pekerja kantoran biasa. Hutang Bank ayahnya bahkan belum lunas dan seharusnya Dirra yang meneruskan untuk melunaskan semuanya.

“Janggala sudah lama gak main kesini Dir?” Ibunya keluar dari dalam membawa sepiring goreng pisang yang masih mengepul asapnya, duduk di sebelah ayahnya setelah menyimpan piring itu di atas meja.

Ayahnya mengambil satu pisang goreng dan memakannya, kepulan asapnya terlihat keluar dari sela mulutnya.

“Lagi sibuk bu, ‘kan setelah ayahnya meninggal dia jadi dibebani semua tanggung jawab perusahaan.”

“Loh? Emang sudah ditentukan penerusnya? Janggala punya kakak ‘kan?” Tanya ayahnya, menyerobot obrolan ibu anak itu. Ibunya hanya menggeleng melihat kelakuan suaminya, dia kemudian membawa penyedot debu masuk ke dalam kamar anaknya sebelum mendengar kelanjutan obrolan suami dan anaknya.

“Kakak tiri yah, keluarga Janggala gak ada yang mengakui kehadirannya. Jadi semuanya dibebankan ke Janggala.”

Ayahnya mengangguk-angguk, pisang goreng di tangannya sudah tandas tanpa sisa.

“Repot ya kalau urusan orang kaya, tapi beruntung banget kamu nak masih bertahan hubungannya sama Janggala. Dia gak macem-macem sama kamu ‘kan?”

Dirra bergeming, dia merasa malu pada ayahnya. Dia tidak mampu menjaga satu-satunya kehormatan yang dia miliki, padahal ayahnya selalu bilang untuk selalu menjaga keperawanannya.

“Kita bukan orang berada Dir, setidaknya ada satu-satunya harta yang bisa kita banggakan di depan orang lain. Kalau untuk kamu, ya, kehormatanmu. Harus dijaga sampai menikah nanti.” Pesan ayahnya itu terngiang di telinganya, hatinya sakit, dadanya sesak.

Dirra hampir menangis ketika ibunya dengan suara yang gaduh berjalan cepat menuju ke arahnya, ibunya memegang pundak Dirra. Ketika Dirra berbalik tangan ibunya melayang ke arah pipinya, cepat dan kencang.

Dirra merasakan panas yang begitu menyengat, dia menatap ibunya.

Mata yang memerah dengan airmata tergenang, bulir-bulir airmata itu jatuh ketika wanita paruh baya itu mengangkat tangan memperlihatkan apa yang baru saja dia temukan di dalam kamar putri tunggalnya.

Tespack dengan hasil positif.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status