Sudah satu bulan aku dan Lila bersama. Sekarang Lila sudah menjadi asisten pribadiku. Dia cepat belajar dan rajin. Sekarang aku sudah membuka galeri lukis sendiri. Hanya saja aku tidak ingin orang-orang tahu siapa pemilik sebenarnya. Aku hanya ingin mereka menyukai karya-karyaku tanpa memandang bahwa pelukisnya adalah wanita cantik yang kesepian, seperti yang sering Lila bilang. Ah, Lila itu, dia terlalu polos untuk mengatakan semua itu langsung di hadapanku.
“Phi, kamu tidak bosan melukis terus?”“Kamu tidak bosan, bernafas terus?” tanyaku balik. Lila memanyunkan bibirnya, kesal dengan pertanyaanku. Aku terkekeh melihat ekspresinya yang menggemaskan itu.
Bagiku, melukis itu seperti bernafas, sesuatu yang aku butuhkan. Saat aku senang, sedih atau marah, maka aku akan mengungkapkannya lewat lukisan.
“Phi, kemarin aku ke minimarket terus melihat pria tampan. Mudah-mudahan saja dia menjadi jodohku.” Sepertinya kriteria khusus untuknya mencari pasangan adalah tampan.“La, aku mau jalan-jalan dulu ya.”“Kemana?”“Mall.”“Aku ikut, siapa tahu saja nanti di sana aku bertemu dengan pria tampan yang akan menjadi jodohku,” ucapnya kegirangan.Astaga!Aku dan Lila kini sudah berada di dalam mall. Terlihat sekali kalau Lila begitu antusias, aku tahu yang ada dalam pikirannya saat ini adalah mencari pria tampan yang mungkin saja akan menjadi jodohnya.“Phi!” teriak seseorang memanggil namaku. Aku dan Lila menghentikan langkah kami, aku masih sangat hafal suaranya. Dia, sang mantan pacar yang berselingkuh dengan sahabatku sendiri. Dia menghampiriku dengan raut wajah bahagia, seolah lupa akan rasa sakit yang pernah dia berikan dulu.“Kamu apa kabar, Phi?”“Selalu baik.” Aku menunjukkan ekspresi datarku. Tidak ada gurat kekesalan ataupun nada yang diselimuti amarah, karena bagiku dia hanya masa lalu yang tak perlu diingat.“Aku minta maaf Phi, sudah bikin kamu kecewa.” Dia mengungkit masa lalu itu, jelas sekali bahwa dia yang menyakiti tapi dia juga yang masih mengingatnya.“Tak masalah, dengan begitu aku bisa mendapatkan pria yang lebih baik darimu.”Ponsel Lila berbunyi, menyadarkan kami bahwa masih ada satu orang diantara kami.“Phi, aku ditanyain terus loh ini sama Andreas dan Ziko ... kamu mau menerima lamaran mereka apa tidak?”Aku mengernyitkan kening, siapa itu Andreas dan Ziko? Lamaran?“Aku tahu Phi kamu pasti bingung harus memilih yang mana. Merela sama-sama tampan dan kaya, aku juga bingung harus memilih yang mana jika ada di posisi kamu.”Aku tidak menjawab, masih mencerna apa yang sedang dia bicarakan.“Sampai kapan kamu mau tarik ulur mereka? Orang tua mereka juga baik banget. Duh Phi, ayo pilih salah satu, hidupmu akan terjamin bahagia.”“Phi, kapan-kapan kita bicara lagi ya. Aku pergi dulu, masih ada urusan.”Alex pergi meninggalkan kami dengan raut wajah kesal dan seolah patah hati. Apa dia masih mengharapkanku setelah dia dan sahabatku mengkhianati aku? Lucu sekali dia, bagiku tidak ada tempat yang tersisa untuk pengkhianat.“Andreas dan Ziko itu siapa?” tanyaku penasaran.“Bukan siapa-siapa, aku hanya sedang mengarang indah untuk menunjukkan pada mantan terkutukmu itu bahwa sahabatku Elphia, adalah wanita cantik dengan berjuta pesona dan digilai banyak pria. Jadi hama seperti dia tidak ada apa-apanya. Ganteng banget juga enggak, kok.”Aku terbahak, fix ... aku sangat menyukai Lila. Tidak salah keputusanku untuk membawanya menemaniku.☆☆☆Tidak dapat aku bohongi, terkadang aku mengingat Aisar, sang pemberi janji. Aku sadar bahwa aku cukup naif. Dia memang tidak pernah bilang kapan akan kembali, dan aku dengan bodohnya menunggu dia setiap hari selama satu tahun.Dia bukanlah siapa-siapaku, tapi aku menunggunya bagai istri yang menunggu kepulangan suaminya dari berlayar. Mungkin hubunganku dan Aisar hanya sebatas dua orang yang sesaat mengenal dan akan saling melupakan. Aku tidak akan membiarkan dia membuatku terpenjara akan masa laku dan waktuku terbuang begitu saja hanya untuk mengingatnya. Aku ... Elphia Aruna akan melupakannya.
☆☆☆Waktu demi waktu berlalu, aku semakin sibuk dengan dunia lukisku. Galeri lukisku sudah ada di beberapa kota. Lila menyarankan agar aku mempublikasikan tentang diriku, tentu saja aku menolaknya. Memang aku akui, banyak pembeli lukisanku yang ingin bertemu denganku. Tidak semua lukisan akan aku jual.Lukisan-lukisan yang tidak aku jual ada di ruangan khusus di apartemenku.
Saat ini aku sedang melukis seorang gadis yang menghadap pantai sambil menggenggam sebuah leontin. Gadis itu dilukis dari arah belakang, dengan rambut yang tertiup angin. Yang menjadi pusat dari lukisan itu bukanlah si gadis, tapi leontin itu. Aku ingin mengikut sertakan lukisan ini dalam sebuah pameran lukisan internasional. Entah kenapa aku ingin sekali melakukannya. Saat melukis lukisan ini, hatiku berdebar kencang.☆☆☆Kini aku dan Lila sudah berada di London, mengikuti pameran lukisan yang untung saja aku salah satu peserta yang beruntung. Lukisan ini aku beri nama Promise, sebuah janji yang tidak akan aku lupakan. Janjiku pada nenek bahwa aku akan selalu menjaga leontin ini sampai kapanpun. Aku tahu leotin ini bukan leontin murahan. Pinggirannya terbuat dari emas putih lalu di sekitarnya berlian dan permata berwarna merah dan hijau.Di pojok bawah lukisan itu aku menuliskan nama Aruna. Nama yang aku gunakan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan melukis. Aruna adalah nama pemberian dari kakekku yang sudah lama meninggal. Kakek adalah orang yang paling menyayangiku.“Lukisan ini bagus sekali, apa ini dijual?” ucap seorang pria dengan pria yang ada di sebelahnya.Aku mengulas sedikit senyum, merasa bahagia bahwa masih ada orang yang menghargai lukisanku. Semakin banyak orang yang berkerumun melihat lukisan promise itu.“Sepertinya aku pernah melihat leontin ini.”Semakin banyak juga yang mengeluarkan pendapat, terutama tentang leontin itu.
Selama satu minggu mengadakan pameran, kabar yang kudengar dari Lila yaitu banyak yang ingin membeli lukisan promise itu.Banyak juga yang bertanya siapa pelukisnya dan sebagainya. Lika yang menjadi asistenku, tentu saja langsung menjawab bahwa lukisan itu tidak di jual tanpa mengatakan siapa aku. Dia hanya mengatakan bahwa pelukisnya adalah seseorang yang sedang menunggu cinta sejati. Ck, dasar si Lila, itu.
Lila bahkan berteriak heboh saat ada yang ingin membeli lukisan itu dengan harga milyaran rupiah. Semakin tinggi mereka menawar, semakin enggan aku melepasnya. Bagiku uang bukan segalanya, bukan berarti aku tak butuh uang. Bukankah pernah kukataksn bahwa aku memiliki insting yang baik? Segala yang aku lakukan pasti ada alasannya. Kenapa aku pergi ke desa kecil itu, karena di desa itu akhirnya aku bertemu dengan nenek dan Aisar. Kenapa aku membawa Lila bersamaku, karena dia orang yang apa adanya dan mampu menghadapi para pembeli tanpa aku yang harus menemui mereka secara langsung. Kenapa aku melukis lukisan ini dan mengikut sertakannya dalam pameran di London, karena akhirnya aku semakin tahu bahwa lukisan dan leontin ini memang sangat berharga.AUTHOR POV Kabar mengenai lukisan leontin berjudul Promise itu terdengar di berbagai kalangan atas, termasuk keluarga Anderson. Pihak mereka ingin mengetahui siapa pelukis tersebut, apa yang dia tahu tentang leontin itu, siapa yang memiliki leontin itu dan berada di mana leontin itu sekarang. Phia tidak tahu, bahwa karena leontin itu, dia menjadi incaran banyak orang, terutama keluarga Anderson dan Julio. “Bagaimana pun caranya, cari tahu semua hal tentang pelukis itu!” Jhon, yang merupakan tangan kanan keluarga Anderson langsung menjalankan perintah atasannya. Yang dia tidak tahu, mencari tahu keberadaan Phia tidak semudah yang dia kira, karena selama ini Phia sering berpindah-pindah tempat. Phia bukanlah sosok yang ingin kehidupan pribadinya mudah dicari tahu oleh orang lain. Itu sebabnya dia selalu menggunakan nama yang berbeda-beda dalam berbagai keadaan. Dia akan menggunakan nama Aruna dalam lukisannya dan Phia untuk orang
5 BERTEMU LAGIZiko langsung duduk di samping Phia sambil terus memperhatikan wajah Phia dari samping, sama seperti saat di pesawat dulu.Merasa ada yang memperhatikannya, Phia lalu menengok, wajah tampan sedang memandangnya.“Kita bertemu lagi, Nona.”Phia mengingat-ngingat pria itu, tak lama dia mengangguk. Pesanan Ziko tiba tidak lama dari pesanan Phia. Mereka menghabiskan makanan dalam diam ditemani hujan yang masih turun dan semakin deras. Selesai makan, Ziko langsung memulai pembicaraan.“Nona, bukankah Anda seorang pelukis?”“Aku hanya hobi melukis.”“Perusahaan SKY GROUPS sedang menjalankan proyek perhotelan yang didirikan di lima belas kota di Indonesia. Mereka sedang mencari pelukis untuk proyek baru mereka.”Tapi bohong! Sebenarnya ide ini baru saja terbesit dalam pikiran Ziko saat melihat Phia. Dia ingin mencari alasan agar Phia tidak lepas lagi pencariannya.“Anda siapa?”“Sa
6 CARLOS ANDERSONSementara menunggu pembangun hotel yang masih dalam proses pengerjaan, Ziko telah membeli peralatan lukis yang harus dipesan dari luar negeri. Kuas, cat dan kanvas, semuanya terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas.Lukisan yang akan diletakkan di lobi nanti berukuran dua kali satu meter, dengan bingkai yang terbuat dari emas murni, kacanya pun terbuat dari kaca khusus. Lila, yang mendengar biaya yang harus dikeluarkan untuk satu lukisan saja, rasanya ingin pingsan.Phia mulai menggerakkan tangannya. Tangannya dengan terampil memegang kuas untuk melukis. Hal pertama yang dia buat adalah daun-daun yang berguguran. Entah akan seperti apa lukisannya nanti, dia juga belum tahu. Menurut Lila, Phia itu memiliki bakat melukis yang sangat luar biasa, karena dia dapat dengan mudah menyampaikan idenya begitu saja tanpa ada perencanaan akan lukisannya. Sedangkan bagi Phia, terlalu berpikir hal apa yang ingin dia lukis bisa menghilangkan
7 ARTHUR JULIOMark, anak buah dari Arthur Julio kini juga berada di Jakarta untuk mencari keberadaan Phia. Arthur Julio, pria berusia tujuh puluh tahun, seorang pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan. Dia penggemar perhiasan, bukan untuk dirinya, tapi untuk dihadiahkan kepada istrinya yang kini berusia enam puluh delapan tahun. Arthur Julio dan Ruby Adrian dikenal sebagai pasangan yang sangat romantis dan harmonis meski kini usia keduanya tak muda lagi.Mereka menikah di usia muda. Saat itu Arthur berusia dua puluh satu tahun menikahi Ruby yang berusia sembilan belas tahun. Satu tahun kemudian mereka dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Erlan Arby Julio.“Bagaimana Sayang, apa kamu sudah menemukan petunjuk tentang keberadaan pelukis itu?” tanya Ruby pada Arthur.“Belum, Honey.”Ruby berdecak kesal.“Jangan khawatir, aku pasti akan segera menemukan pelukis itu. Kamu jangan terlalu banyak pikiran.”“Setel
8 PENCARIAN AISARPhia dan Lila ada di pemakaman kakek Alan. Kuburan itu selalu terawat karena Phia membayar seseorang untuk merawatnya. Setelah berdoa dan menceritakan banyak hal pada kakeknya, Phia dan Lila pulang ke rumah.“Nanti malam kita akan dijemput oleh Ziko,” beritahu Phia pada Lila.“Dia di Jakarta juga?”“Iya, katanya nanti sore dia ada meeting mendadak. Setelah itu kita sama-sama ke Banjarmasin.”“Ngomong-ngomong, gimana Phi, kamu mau enggak, ikut pameran itu?”Phia tidak langsung menjawabnya. Yang ada dalam pikirannya dia sudah tahu lukisan apa yang akan dia ikut sertakan dalam pameran itu meskipun lukisan itu belum dia buat dan ada keraguan dalam dirinya.“Phi?”“Hmmm?”“Gimana, ikut ya?”“Aku pikir-pikir dulu deh.”“Jangan kel
9 RENCANA ELPHIA AYURA Malam kian pekat, udara semakin dingin karena hujan yang tak juga berhenti sejak sore tadi. Meskipun begitu, Phia masih saja asyik dengan alat lukisnya. Bukan, dia bukan melukis untuk hotel milik Ziko. Melainkan melukis untuk diikut sertakan dalam pameran lukisan di Paris. Pikirannya terus tertuju pada pameran itu. Bahkan, dia tidak hanya melukis satu lukisan saja, melainkan lima lukisan. Pertengahan tahun depan dia berencana untuk membuka pameran lukisan miliknya sendiri yang dia rencanakan akan diadakan di Sidney. Kalau sudah begini, dia bisa lupa akan hal lain. Jiwanya seperti terserap dalam lukisan-lukisan itu.Sudah satu bulan ini Phia tidak keluar dari apartemennya. Bahkan untuk makan saja dia harus diingatkan oleh Lila. Dia mengerjakan lukisan pribadinya dengan lukisan untuk hotel Ziko secara bergantian, membuat lingkaran hitam di matanya terlihat jelas. “Istirahat dulu dong, Phi.” “Aku tidak bisa t
10 SECRETHari pertama pameranSECRET ...Judul sebuah lukisan yang objeknya sebuah bros yang dipenuhi dengan berlian dan permata. Lagi-lagi, lukisan Ayura menjadi perhatian utama. Itu bukan hanya sekedar lukisan. Bros itu memang ada, hanya saja dinyatakan menghilang karena suatu kejadian yang beritanya masih simpang siur hingga saat ini.Di hari pertama ini, orang-orang dihebohkan dengan kedatangan Carlos Anderson dan Arthur Julio bersama istrinya, Ruby Adrian.Mereka melebarkan matanya, terpana dengan lukisan tersebut lalu saling memandang tanpa mengucapkan apa-apa.Hubungan keluarga Anderson dengan keluarga Julio memang tidak baik. Lebih tepatnya Ruby Adrian yang sangat membenci Carlos Anderson. Carlos Anderson menatap Ruby Adrian dengan tatapan yang mengandung banyak makna. Tatapan tersebut tidak luput dari perhatian Arthur, yang menghela nafas berat.Ruby Anderson terhuyung melihat lukisan itu, untun
11 RINDU[Bagaimana pamerannya?]“Dia menghubungiku ... dia menghubungiku!” teriak Lila mengagetkan Ziko dan Petter.Kedua pria itu langsung mendekati Lila, sedangkan Lika langsung membalas pesan dari Phia dengan tergesa-gesa. Tangannya berkeringat dan jantungnya berdebar kencang, ingin segera tahu kabar tentang sahabatnya yang menghilang itu.[Phiaaa ... bagai mana keadaan kamu? Apa kamu baik-baik saja? Di mana kamu sekarang?]Pertanyaan bertubi-tubi Lila berikan kepada Phia.[Banyak banget nanyanya. Tentu saja aku baik. Aku lagi di Jakarta. Oya aku lupa bilang kalau aku pulang sejak hari pertama pameran.][Apa!]Lila membelalakkan matanya, tidak yakin dengan apa yang dia baca.[Kenapa?][Kamu membuat kami khawatir. Tuan Ziko menyuruh orang untuk mencarimu di Indonesia bahkan di negara-negara lain.][Oh.][Kenapa kamu hanya bilang &lsqu