32 CERITA TIARA DAN THOMAS
Thomas sudah menyelidiki siapa dalang rencana pembunuhan Chiara. Anak sekecil itu tentu saja tidak memiliki musuh, jadi bisa dipastikan bahwa mereka adalah musuh dari kedua orang tuanya atau kakeknya.Bisa saja dia langsung menangkap basah orang-orang itu, tapi dia memiliki rencana lain, mereka juga tentu saja tidak akan mengaku siapa bos mereka. Saat tahu siapa dalangnya, Thomas berpikir bahwa ini bukan masalah sederhana. Ini masalah besar yang melibatkan banyak orang, baik yang bersalah maupun yang tidak tahu apa-apa, akan tetap terseret. Dengan pertimbangan tertentu, akhirnya Thomas mengawasi orang-orang itu secara diam-diam dan dari jarak jauh.
Thomas dan Chiara hidup berpindah-pindah tempat. Saat di Rusia, dia bertemu dengan seseorang yang mirip dengan Tiara dan Carlos. Thomas lalu menyelidiki orang itu. Saat orang itu ke Jakarta, Thomas mengikutinya, dan betapa terkejutnya dia saat tahu dan sesuai dengan dugaannya, ba33 KISAH MASA KECIL CHIARA DAN AIDAN Sejak pertemuan itu, Thomas sering mengunjungi Tiara, Andreas dan keluarga kecilnya. Thomas mengajarkan Andreas ilmu bela diri, begitu juga dengan Aidan dan Chiara yang masih kecil. Kedua anak itu melakukannya dengan senang hati, karena bagi mereka itu seperti bermain. Hubungan antara Aidan dan Chiara semakin dekat, layaknya kakak adik. Thomas mengajari keduanya dengan hal-hal yang berkaitan dengan mata-mata. Thomas sangat yakin kalau semua itu akan sangat berguna nantinya.Andreas bertanya-tanya, mengapa dia, khususnya Aidan dan Phia dididik sedemikian rupa. Mereka dilatih seolah hidup mereka penuh dengan bahaya setiap harinya. Thomas juga mengatakan agar tidak mudah percaya dengan siapa pun, jangan menceritakan masalah pribadi, meski itu sahabat sendiri. “Ikuti saja apa yang dikatakan oleh paman Tomy,” itulah yang dikatakan oleh mamanya saat Andreas bertanya. Bukan jawaban yang membiasakan, tapi pria itu tetap menurut. Tomy merasa senang karena
34 Rencana Perjodohan “Aku berniat menjodohkan Chiara dengan Aidan. Bagaimana menurut kalian?” Saat ini berkumpul keluarga besar Anderson dan keluarga besar Julio. Mendengar perkataan itu, tentu saja membuat hati Ziko terbakar dsn sambat tidak setuju.“Kakek, aku mencintai Chiara. Tolong jangan jodohkan Chiara dengan Aidan.” “Apa maksudmu, Ziko?” “Aku mencintai Ayura sejak pertama kali bertemu dengannya. Tolong jangan jodohkan dia dengan Aidan. Tolong kakek bersikap adil, beri aku kesempatan untuk mendekati Ayura. Walau bagaimana pun, aku juga cucumu, Kek.” Carlos menghela nafas, dia tetap ingin Chiara menikah dengan Aidan, bukan orang lain termasuk Ziko. Ziko masih terdiam, menunggu Carlos mengatakan sesuatu meski pria tua itu terlihat enggan menanggapinya. Ziko tahu, bahwa sejak dirinya masih kecil, Carlos memang tidak pernah menyayangi dirinya, meski dirinya cucu satu-satunya Carlos Anderson. Dia sering bertanya, apa penyebabnya. Namun sejak kedatangan Aidan dan terkuaknya mas
35 Terbongkarnya Rahasia Carlos sangat geram saat mengetahui bahwa dalang dari semua masalah ini adalah orang itu, seseorang yang tidak jauh berada dari dirinya. Flashback on Saat itu, Carlos dipaksa menikah dengan Clara oleh papanya. Carlos tentu saja menolak, namun diancam bahwa papanya akan menyakiti Tiara. Dengan terpaksa, akhirnya Carlos menikah dengan Clara. Dua tahun kemudian, Clara hamil. “Anak siapa itu?” Clara bergetar, dia sangat tahu bahwa Carlos sedang memandangnya dengan tatapan tajam. “Aku akan mengatakan pada papa bahwa anak yang ada dalam kandungan kamu itu bukan anakku, lalu aku akan menceraikan kamu!” ancam Carlos penuh kemarahan. Dia tidak peduli anak siapa yang Clara kandung, yang penting dia bisa menceraikan Clara dan kembali bersama Tiara, satu-satunya perempuan yang sangat dia cintai.“Jangan! Aku mohon jangan!” Clara tahu bahwa hidupnya akan hancur kalau keluarganya dan orang tua Carlos sampai tahu bahwa anak yang dia kandung bukanlah anak dari Carlos, m
36 Kesedihan Ziko Saat itu, Tiara memeriksakan kesehatannya ke dokter, dan ternyata dia hamil. Clara yang mengetahui hal itu, memiliki niat buruk. Dia ingin menyingkirkan Tiara dan anak yang ada dalam kandungannya. Jika anak itu lahir, maka posisi Clara akan semakin tergeser. Dia ingin menjadikan anaknya sebagai pewaris Anderson, toh tidak ada juga orang yang tahu kenyataan yang sebenarnya selain Carlos dan selingkuhan Clara. Maka terjadilah insiden itu, di mana saat Carlos meninggalkan Tiara tanpa mengetahui bahwa Tiara sedang mengandung anaknya, Clara ingin melenyapkan Tiara, namun Tiara berhasil kabur. Dia pergi sejauh mungkin dari kediaman Carlos dengan menahan rasa sakit di perutnya. Dia selalu berdoa agar dia dan anak yang ada dalam kandungannya berhasil selamat. Ini adalah anak Carlos, dan dia akan mempertahankan dan menjaga anak ini sebaik mungkin, meskipun nyawa taruhannya.Waktu berlalu. Anak yang dilahirkan Clara merupakan anak perempuan yang secara otomatis tak bisa mewa
37 Promise Karena kesalahan di masa lalu mereka, akhirnya ibu dan anak itu mendekam di penjara, tak peduli meski usia Clara telah sangat tua, begitu juga dengan Viola. Tidak terima dengan nasib yang dialaminya, membuat Clara bunuh diri di dalam penjara, dengan cara meminum cairan pembersih lantai. Tidak ada sanak keluarga yang datang ke pemakamannya, termasuk Ziko. Pria tampan itu merasa malu dengan apa yang dilakukan oleh nenek dan ibunya, membuat dirinya yang menjadi korban, tumbuh tanpa kasih sayang juga tak pernah dianggap. Dia merasa terpuruk, apalagi gadis yang sangat dicintainya akan menikah dengan orang lain, yang tidak lain adalah cucu sah Carlos Anderson. Dia ingin menggagalkan pernikahan itu, dia ingin memiliki gadis itu. Namun apakah dia harus berbuat jahat untuk memisahkan mereka berdua? Satu sisi dia ingin sekali melakukannya, namun pikiran lainnya mengatakan tidak. Kalau dia melakukan hal buruk untuk memisahkan mereka, lalu apa bedanya dia dengan nenek dan ibunya? Zik
Aku merasa asing di tempat ini, tempat yang berbeda dari tempat tinggalku yang dulu. Aku merindukan sesuatu, sangat rindu. Tapi aku sendiri tidak tahu apa itu. Aku sering sekali mendapati perasaan seperti ini. Kini, pikiranku kembali pada tempat pengasingan ini. Tempat yang berada di pantai, pantai yang sangat sepi. Yang terdengar hanyalah suara ombak yang memecah kesunyian. Di belakang rumahku terdapat beberapa bukit dan gunung yang tinggi. Aku mulai membereskan barang-barangku yang tidak terlalu banyak. Tiba-tiba saja mataku tertuju pada peralatan lukisku, dan hal ini juga yang menyebabkan aku berada di tempat ini. Tapi aku tidak peduli, asalkan aku bisa terus melukis, bagiku itu sudah cukup. Aku tidak peduli walaupun aku diasingkan oleh keluargaku sendiri. Jika mereka saja tidak peduli padaku, lalu untuk apa aku mempedulikan mereka? Walaupun aku adalah anak tunggal mereka.Aku pasang lukisan kelinciku di dinding yang catnya telah kusam, dan kupandangi lukisan itu lekat-leka
Hari-hari yang aku jalani tidak banyak yang berubah. Semua terlihat sama saja. Melukis, menyusuri pantai sambil berharap bahwa seseorang akan datang. Namun semua bagai angin lalu, yang ditunggu tak kunjung datang meski sudah satu tahun lebih.Aku memikirkan banyak hal, apakah dia akan tetap bertahan di sini, atau pergi ke tempat lain yang mungkin akan lebih baik lagi untukku.Bukan, bukan karena Aisar tidak datang maka aku ingin pergi. Pada dasarnya aku memang tidak berencana untuk terlalu lama berada di tempat ini. Aku memiliki jiwa yang bebas, yang ingin selalu berada di tempat-tempat yang berbeda. Yang selalu menyertai aku selama ini hanyalah peralatan lukisku, saranaku untuk melepaskan keluh kesah.☆☆☆Aku merapihkan barang-barangku yang memang tidak banyak. Memasukkannya ke dalam koper dan kardus kecil. Sudah aku putuskan untuk pergi. Entah akan kembali atau tidak, yang jelas, aku hanya ingin pergi.
Sudah satu bulan aku dan Lila bersama. Sekarang Lila sudah menjadi asisten pribadiku. Dia cepat belajar dan rajin. Sekarang aku sudah membuka galeri lukis sendiri. Hanya saja aku tidak ingin orang-orang tahu siapa pemilik sebenarnya. Aku hanya ingin mereka menyukai karya-karyaku tanpa memandang bahwa pelukisnya adalah wanita cantik yang kesepian, seperti yang sering Lila bilang. Ah, Lila itu, dia terlalu polos untuk mengatakan semua itu langsung di hadapanku.“Phi, kamu tidak bosan melukis terus?”“Kamu tidak bosan, bernafas terus?” tanyaku balik. Lila memanyunkan bibirnya, kesal dengan pertanyaanku. Aku terkekeh melihat ekspresinya yang menggemaskan itu.Bagiku, melukis itu seperti bernafas, sesuatu yang aku butuhkan. Saat aku senang, sedih atau marah, maka aku akan mengungkapkannya lewat lukisan.“Phi, kemarin aku ke minimarket terus melihat pria tampan. Mudah-mudahan saja dia menjadi jodohku.” Sepertinya kriteria khusus untuknya mencari