7 ARTHUR JULIO
Mark, anak buah dari Arthur Julio kini juga berada di Jakarta untuk mencari keberadaan Phia. Arthur Julio, pria berusia tujuh puluh tahun, seorang pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan. Dia penggemar perhiasan, bukan untuk dirinya, tapi untuk dihadiahkan kepada istrinya yang kini berusia enam puluh delapan tahun. Arthur Julio dan Ruby Adrian dikenal sebagai pasangan yang sangat romantis dan harmonis meski kini usia keduanya tak muda lagi.Mereka menikah di usia muda. Saat itu Arthur berusia dua puluh satu tahun menikahi Ruby yang berusia sembilan belas tahun. Satu tahun kemudian mereka dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Erlan Arby Julio.
“Bagaimana Sayang, apa kamu sudah menemukan petunjuk tentang keberadaan pelukis itu?” tanya Ruby pada Arthur.“Belum, Honey.”Ruby berdecak kesal.“Jangan khawatir, aku pasti akan segera menemukan pelukis itu. Kamu jangan terlalu banyak pikiran.”“Setelah puluhan tahun, akhirnya aku dapat melihat leontin itu lagi dalam bentuk lukisan. Menurutmu, apa yang sebenarnya terjadi? Carlos juga pasti mencari tahu semuanya. Jangan sampai dia lebih dulu menemukannya.”Carlos Anderson dan Arthur Julio memang berlomba-lomba untuk menemukan Phia. Bahkan bukan hanya dua keluarga itu saja. Beberapa puluh tahun yang lalu, bahkan hingga saat ini, leontin itu sangat terkenal terutama di kalangan para pengusaha dan bangsawan. Dari desas-desus yang beredar, pemilik leontin itu akan memiliki kekuasaan dalam keluarga Anderson.Ada juga yang mengatakan bahwa pemilik leontin itu akan menjadi pewaris resmi di keluarga Anderson. Namun itu hanya desas-desus. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti legenda itu selain Carlos Anderson, Arthur Julio dan Ruby Adrian. Bahkan keturunan Carlos Anderson juga tidak tahu pasti tentang kebenaran itu dan belum pernah melihat leontin itu.Dengan munculnya lukisan Promise itu, mereka yang hanya pernah mendengar tentang leontin itu kini dapat melihatnya meski hanya melalui lukisan.
☆☆Aisar berdiri di tepi pantai, tempat dia biasa sering menghabiskan waktu sore bersama Elphianya. Entah sudah berapa lama dia berdiri di situ.“El, aku datang, tapi kenapa kamu justru tidak ada di sini?”Aisar mengambil ponsel di saku celananya, lalu membuka galery yang isinya penuh dengan foto-foto Phia yang dia ambil secara diam-diam. Dari tempat dia tidak jauh berdiri, ada dua orang pria yang juga sedang melakukan hal yang sama. Mereka masing-masing orang suruhan Carlos Anderson dan Arthur Julio, namun mereka berdua tidak saling mengetahui. Karena orang-orang itu adalah orang Indonesia, jadi kehadiran mereka tidak terlalu menarik perhatian, selain mereka bukanlah warga sekitar dan penampilan mereka seperti turis lokal.Aisar melihat artikel mengenai lukisan Promise di ponselnya. Yang menarik perhatiannya bukan tentang leontin itu, meskipun dia merasa pernah melihatnya. Yang dia amati adalah lukisan itu secara keseluruhan.Dulu saat bersama Phia, setiap hari dia selalu menemani Phia melukis, jadi dia bisa tahu gaya melukis Phia. Bahkan dia pernah merekam saat Phia melukis, dan setiap hasil lukisan Phia selalu dia foto.
“Ini pasti kamu, El.”Aisar lalu kembali ke rumah neneknya yang telah lama kosong, memasukkan baju-bajunya ke dalam tas untuk segera kembali ke Jakarta. Selama perjalanan, Aisar kembali mengamati lukisan itu dan melihat nama Ayura di sudut lukisan itu.“Benar juga, kenapa aku bisa sampai lupa. Elphia Ayura ... Ayura,” gumamnya pelan.Setelah itu dia menghubungi seseorang.
“Halo, cari tahu mengenai pelukis bernama Ayura. Nama lengkapnya Elphia Ayura. Enam bulan yang lalu dia pernah mengikuti pameran lukisan di London.”Aisar menutup panggilan itu dan tersenyum.
“Aku kangen kamu, El.”Dia mengingat pertemuan pertama dia dengan Phia, bukan di desa Sila. Pertama kali dia bertemu dengan Phia sudah sangat lama, lebih tepatnya saat itu mereka berdua masih sama-sama sekolah dasar.☆☆☆Lukisan untuk hotel Ziko di Samarinda sudah hampir selesai semua, hanya tinggal lukisan untuk ruang pribadinya saja, dan itu baru dapat di selesaikan jika pembangunan hotel, khususnya ruangan itu, telah selesai.Sambil menunggu hotel itu selesai, mereka akan pergi ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, untuk lukisan selanjutnya. Ibaratnya, Phia dan orang-orang yang mencarinya itu seperti bermain petak umpet. Saat sudah hampir ditemukan, tiba-tiba menghilang lagi. Sebelum pergi ke Banjarmasin, Phia meminta waktu kepada Ziko untuk kembali ke Jakarta karena dua hari lagi adalah tanggal kematian kakeknya.Sesibuk apapun Phia, dia selalu menyempatkan untuk berziarah ke makam kakeknya, terutama jika dia dari Jakarta akan keluar kota atau negeri, begitu juga sebaliknya, jika dia kembali ke Jakarta setelah bepergian dari tempat pelariannya. Juga saat peringatan kematian kakeknya, maka dia akan berziarah.
Kini Phia dan Lila sudah ada di Jakarta. Mereka lebih memilih untuk tidur di rumah, karena jaraknya lebih dekat dari bandara dari pada apartemen.Di lingkungan rumahnya ini, Phia dikenal dengan nama Via dan Lila dengan nama Lala. Rumah ini dibeli Phia setelah satu tahun dia lulus SMA dengan uang hasil penjualan delapan lukisannya dan uang kerja sambilannya sebagai guru privat juga uang hasil memenangkan berbagai kompetisi melukis san kompetisi lainnya.
“Phi, awal tahun nanti ada pameran lukisan di Paris. Kamu mau ikut lagi?”
“Entahlah, aku harus memikirkan lukisan untuk hotel di Banjarmasin dan hotel-hotel lainnya.”“Ikut saja Phi. Lukisan untuk hotel kan masih lama. Hotelnya juga belum jadi, kok.”Lila berusaha mempengaruhi Phia untuk ikut pameran itu. Semenjak kenal dan selalu ikut kemana saja Phia pergi termasuk mengurus lukisan Phia, Lila jadi mulai menyukai lukisan. Sayangnya dia tidak bisa melukis.Pernah dia belajar, yang ada dia kesal sendiri karena baginya lukisannya itu seperti gambar anak balita.
Malam ini Phia singgah di apartemennya. Dia membuka kotak berukuran besar yang terbuat dari kayu Jepara pemberian kakeknya dan kembali melihat-lihat isinya yang rata-rata adalah barang-barang saat dia masih kecil pemberian kakeknya. Di dalamnya ada foto saat dia masih balita, sebuah boneka beruang, baju pesta yang modelnya seperti baju putri kerajaan dan masih banyak lagi barang lainnya. Juga ada surat dan beberapa amplop berwarna coklat yang belum pernah dia buka dari kakeknya.Dia sangat ingat kalau ini adalah boneka kesukaannya. Dia teringat kakeknya dan tanpa sadar menekan boneka itu dengan cukup keras, merasakan rindu di hatinya.
Yang dia rasakan di tangannya adalah di dalam boneka itu ada sesuatu yang cukup keras. Dia kembali menekan-nekan bagian perut boneka itu agar dapat kembali merasakan benda itu. Setelah merasa yakin, Phia mengambil silet untuk membuka jahitan di boneka itu. Dia memotong benang dengan hati-hati agar tidak merusak boneka tersebut. Setelah jahitan yang dibongkar itu cukup lebar, Phia memasukkan tangannya ke bagian perut boneka dan mencari benda itu. Tangannya menemukan sesuatu yang sepertinya terbuat dari besi atau yang serupa.
Pelan-pelan dia mengeluarkan benda tersebut. Matanya tidak berkedip dengan mulut yang sedikit terbuka. Dia tidak yakin dengan apa yang dia lihat, tapi dia juga merasa tidak sedang bermimpi.“Aku tidak salah lihat, kan?”8 PENCARIAN AISARPhia dan Lila ada di pemakaman kakek Alan. Kuburan itu selalu terawat karena Phia membayar seseorang untuk merawatnya. Setelah berdoa dan menceritakan banyak hal pada kakeknya, Phia dan Lila pulang ke rumah.“Nanti malam kita akan dijemput oleh Ziko,” beritahu Phia pada Lila.“Dia di Jakarta juga?”“Iya, katanya nanti sore dia ada meeting mendadak. Setelah itu kita sama-sama ke Banjarmasin.”“Ngomong-ngomong, gimana Phi, kamu mau enggak, ikut pameran itu?”Phia tidak langsung menjawabnya. Yang ada dalam pikirannya dia sudah tahu lukisan apa yang akan dia ikut sertakan dalam pameran itu meskipun lukisan itu belum dia buat dan ada keraguan dalam dirinya.“Phi?”“Hmmm?”“Gimana, ikut ya?”“Aku pikir-pikir dulu deh.”“Jangan kel
9 RENCANA ELPHIA AYURA Malam kian pekat, udara semakin dingin karena hujan yang tak juga berhenti sejak sore tadi. Meskipun begitu, Phia masih saja asyik dengan alat lukisnya. Bukan, dia bukan melukis untuk hotel milik Ziko. Melainkan melukis untuk diikut sertakan dalam pameran lukisan di Paris. Pikirannya terus tertuju pada pameran itu. Bahkan, dia tidak hanya melukis satu lukisan saja, melainkan lima lukisan. Pertengahan tahun depan dia berencana untuk membuka pameran lukisan miliknya sendiri yang dia rencanakan akan diadakan di Sidney. Kalau sudah begini, dia bisa lupa akan hal lain. Jiwanya seperti terserap dalam lukisan-lukisan itu.Sudah satu bulan ini Phia tidak keluar dari apartemennya. Bahkan untuk makan saja dia harus diingatkan oleh Lila. Dia mengerjakan lukisan pribadinya dengan lukisan untuk hotel Ziko secara bergantian, membuat lingkaran hitam di matanya terlihat jelas. “Istirahat dulu dong, Phi.” “Aku tidak bisa t
10 SECRETHari pertama pameranSECRET ...Judul sebuah lukisan yang objeknya sebuah bros yang dipenuhi dengan berlian dan permata. Lagi-lagi, lukisan Ayura menjadi perhatian utama. Itu bukan hanya sekedar lukisan. Bros itu memang ada, hanya saja dinyatakan menghilang karena suatu kejadian yang beritanya masih simpang siur hingga saat ini.Di hari pertama ini, orang-orang dihebohkan dengan kedatangan Carlos Anderson dan Arthur Julio bersama istrinya, Ruby Adrian.Mereka melebarkan matanya, terpana dengan lukisan tersebut lalu saling memandang tanpa mengucapkan apa-apa.Hubungan keluarga Anderson dengan keluarga Julio memang tidak baik. Lebih tepatnya Ruby Adrian yang sangat membenci Carlos Anderson. Carlos Anderson menatap Ruby Adrian dengan tatapan yang mengandung banyak makna. Tatapan tersebut tidak luput dari perhatian Arthur, yang menghela nafas berat.Ruby Anderson terhuyung melihat lukisan itu, untun
11 RINDU[Bagaimana pamerannya?]“Dia menghubungiku ... dia menghubungiku!” teriak Lila mengagetkan Ziko dan Petter.Kedua pria itu langsung mendekati Lila, sedangkan Lika langsung membalas pesan dari Phia dengan tergesa-gesa. Tangannya berkeringat dan jantungnya berdebar kencang, ingin segera tahu kabar tentang sahabatnya yang menghilang itu.[Phiaaa ... bagai mana keadaan kamu? Apa kamu baik-baik saja? Di mana kamu sekarang?]Pertanyaan bertubi-tubi Lila berikan kepada Phia.[Banyak banget nanyanya. Tentu saja aku baik. Aku lagi di Jakarta. Oya aku lupa bilang kalau aku pulang sejak hari pertama pameran.][Apa!]Lila membelalakkan matanya, tidak yakin dengan apa yang dia baca.[Kenapa?][Kamu membuat kami khawatir. Tuan Ziko menyuruh orang untuk mencarimu di Indonesia bahkan di negara-negara lain.][Oh.][Kenapa kamu hanya bilang &lsqu
12 MISTERY OF JOURNEYSebuah undangan yang elegan kini ada di tangan Arthur Julio dan keluarganya, Carlos Anderson dan keluarganya, Aisar, juga orang-orang yang selama ini tertarik dengan sosok Ayura.Tentu saja mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, berharap akan bertemu dengan Ayura. Apalagi pameran ini hanya diselenggarakan selama satu hari saja. Bisa dibayangkan bagaimana ramainya suasana pameran nanti.Meskipun mereka tidak mengenal sosok Ayura secara langsung, tapi keindahan lukisannya mengingatkan para penggemar lukisan akan sosok Tiara, seorang pelukis yang sangat terkenal pada masanya.Parasnya sangat cantik, dengan lekuk tubuh yang memukau. Dua wanita cantik pada masanya yang menjadi incaran banyak pria, Tiara dan Ruby. Di usia yang sudah tua ini pun, Ruby masih terlihat cantik.Tiara adalah seorang pelukis, sedangkan Ruby seorang perancang busana. Mereka sosok yang digilai banyak pria dari berbagai kalan
13 GOLD HAND PAINTERSetelah semua lukisan dibuka, yang menghasilkan bukan hanya decak kagum, tapi juga rasa penasaran, kewaspadaan, kecurigaan, kecemasan dan ketakutan dari beberapa pihak.Para tamu mendesah kecewa karena ketiadaan Ayura dalam pameran ini dan hanya diwakilkan oleh orang kepercayaannya saja.Aisar menghela nafas, lagi-lagi dia harus menelan kekecewaan yang sangat besar. Dia pikir hari ini dia akan bertemu kembali dengan Phia, ternyata tidak.Para tamu, terutama pengamat lukisan, kini mendekati lukisan-lukisan itu untuk bisa melihat lukisan Ayura secara cermat, bahkan ada yang menggunakan kaca pembesar.“Lukisan ini asli.”“Tentu saja lukisan ini asli.”Bukan hanya lukisannya, bahkan bingkainya pun tidak main-main. Ada yang terbuat dari emas dan perak dengan ukiran yang rumit. Mereka tidak diperkenankan menyentuh lukisan-lukisan itu.“Semuan
14 KEJAR-KEJARAN DAN PETAK UMPETZiko, Lila dan Petter kembali merasa cemas, karena Phia tidak dapat dihubungi sama sekali selama satu bulan ini. Dia tidak ada di mana-mana. Ponsel yang biasa dia pakai tergelatak di atas nakas kamar tidurnya. Pakaiannya masih utuh, tidak ada barang-barang pribadi Phia yang berkurang.“Apa sebaiknya kita lapor polisi saja?” tanya Lila.Awalnya dia masih biasa-biasa saja, mengingat saat itu Phia juga sempat menghilang dan ternyata sudah kembali ke Jakarta dan lupa mengabarinya. Tetapi ini sudah satu bulan, tidak ada kabar apapun, tidak ada jejak. Ponselnya ada di rumah, lalu bagaimana mereka bisa menghubungi Phia?***“Kamu kenapa, Dan?” tanya Aiko pada putra semata wayangnya, Aidan Sakuta Riley.Aidan merupakan anak tunggal dari pasangan Andreas Riley dan Aiko Fujiwara.“Suntuk, Ma.”“Mikirin apa, sih?”
15 ERLAN DAN JULIAPagi menjelang, Phia berada di salah satu toilet umum yang masih sepi. Tempat ini merupakan kampung, jadi dia tidak perlu khawatir dengan adanya CCTV.Dia membuka bopeng di wajahnya, lalu mengubah penampilannya hingga berbeda jauh dari yang sebelumnya. Jika ada yang mengawasi toilet tersebut, maka orang itu akan heran karena saat masuk adalah wanita berusia tiga puluhan, lalu yang keluar seorang pria muda berusia dua puluh tahunan.***BughBughBughPukulan bertubi-tubi mendarat di tubuh para pria yang telah gagal melenyapkan bahkan membawa Ayura. Justru mereka semua malah terluka. Nampaknya yang bernama Ayura itu bukanlah orang biasa.Satu tahun lebih mereka mencari Ayura, setelah ditemukan, justru orang itu hilang kembali tepat di depan hidung mereka. Bahkan tidak segan-segan menggunakan senjata yang mereka bawa. Inilah yang benar-benar dikatakan sebagai senjata makan tuan.