Share

PREMAN DILAMAR SHALEHAH
PREMAN DILAMAR SHALEHAH
Author: Adena Putri

Perempuan penantang

Suara hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang cukup memekikkan telinga. Banyak yang membunyikan klakson karena kemacetan yang cukup menguras tenaga. Hal ini di gunakan kesempatan bagi para pedagang asongan untuk menjajakan dagangannya. Begitu pula, para pengamen yang selalu sigap sedia menerobos masuk dari satu kendaraan menuju kendaraan lain.

Sebelas Maret

Diriku masuk penjara

Awalku menjalani

Proses masa tahanan

Hidup di penjara

Sangat berat kurasakan

Badanku kurus

Karena beban pikiran

Kita orang yang lemah

Tak punya daya apa-apa

Tak bisa berbuat banyak

Seperti para koruptor

Andai ku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

Tujuh Oktober

Ku bebas dari penjara

Menghirup udara segar

Lepaskan penderitaan

Wahai Saudara

Dan para sahabatku

Lakukan yang terbaik

Jangan Engkau salah arah

Andai ku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

Biarlah semua 

menjadi kenangan

Kenangan pahit

Dalam hidup ini

Andai ku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

(´∩。• ᵕ •。∩`)

Rombongan pengamen nekad masuk  ke dalam bus dengan menyanyikan sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Bona Paputungan.

Wajahnya di penuhi dengan tato, telinga di tempel anting bulat berwarna hitam . Apalagi, kalung rantai menggantung di lehernya menambah kesan menakutkan bagi siapapun yang melihatnya.

"Mana uangnya?" Hardik dua preman yang menggunakan celana sobek menarik kerah bapak-bapak dengan bengis karena tak kunjung memberikan uang.

"Maaf! Saya bawa uang cukup untuk bayar mobil saja," ucap lelaki tua dengan suara yang bergetar serta anak kecil di sampingnya yang meringis. "Ini tak ada uang recehan,"

"Masa bodoh! Kami tak peduli. Yang kami inginkan kau beri kami uang!" Hardik lelaki yang berambut panjang dan pirang. Lagi-lagi ia menarik kerah lelaki tua itu. Sedangkan yang satunya lagi menekan anak kecil yang bersamanya.

"Tapi, tapi..."

"Ah, lama! Kau tak tahu siapa kami, hah?"

Dengan kasar. Para preman itu mengambil paksa uang berwarna biru tanpa belas kasihan dan tertawa terbahak-bahak yang mengisi ruangan mobil ini. Hal itu, membuat para penumpang yang sudah masuk dan menemukan tempat duduk pun berhamburan keluar dari bus. Semuanya panik, dan nampak berserakan menyelamatkan diri.

"Hahaha, Cemen mereka, boss!" ucap lelaki yang memakai anting bulat di hidungnya. Ia menghitung kasar yang hasil paksanya.

"Hahaha, ini yang gue suka! Membuat keributan dan membuat mereka ketakutan," jawab lelaki yang menjadi pimpinan dari mereka. Dialah, Arash Ryan Nugraha.

Ia berpenampilan tak kalah mengerikan. Hampir sekujur tubuhnya di hiasi dengan tato beragam bentuk. Celana robek-robek bagian lutut dan badan yang terlihat kucel tak terurus.

"Eh, boss! Ada cewek!" Bisik Bean menepuk pundak Arash Ryan. Begitu pula Tomo, ia berhenti berhitung dan menoleh ke arah yang di tunjuk Bean.

Lelaki yang merupakan ketua preman itu menoleh dan nampak seorang perempuan bercadar tengah membaca sebuah mashaf yang di pegangnya masih duduk anggun di kursi bus.

"Ada mangsa baru, Boss?" Bisik Tomo pada Arash yang perlahan melangkah ke arah wanita berpenampilan tertutup itu.

"Ukhcan? Apa kabar?" Rayuan genit itu mulai meluncur dari bibir Arash. 

Ya, walaupun berdandalan, Arash cukup tahu wanita yang menggunakan penutup wajah kerap  di panggil ukhty.

"Ukh! Apakah Ukh tidak takut pada kami? Kami bisa melakukan hal di luar batas, Kenapa ukhty tak turun juga?" Kali ini, Tomo yang berbicara. Ia mengedipkan mata genit pada Arash dan Bean, isyarat dapat mangsa baru.

"Pemilik mobil ini pun sudah turun,"k

Sergah lelaki yang bernama  Gerry anggota preman ini dengan nada Y tak kalah garang dan mengerikan.

Wanita yang bernama Aisha Sakinnata Zahra hanya menoleh l sekilas alu kembali fokus merafal mushaf yang selalu ia bawa kemanapun pergi. Hal ini membuat keempat preman itu merasa jengah dan kesal

"Non, kenapa diam saja? Apa  nonak takut pada kami?" tanya Bean tegas

"Saya memang tidak takut!" ucap Aisha dengan tegas sehingga keempat preman itu nyaris terjengkang. 

"Ukhcan, kami..."

"Sekarang, saya yang akan bertanya pada kalian," potong Aisha cepat

"Apa yang kalian takutkan?" tanyanya dengan lantang.

Mendengar pertanyaan yang menurut mereka lucu, gelak tawa meremehkan menggelegar mengisi ruangan bus ini.

"Hahaha, kami sudah tak memiliki rasa takut, Ukh. Bahkan, jika harus terdekam di penjara,"

"Baiklah,"

"Pemimpin dari kalian. Saya minta untuk menghadap ke rumah saya!"

ucap Aisha tegas yang membuat ketiga preman itu menohok dan mata terbelalak.

"Permisi!" ucap Aisha. Lalu ia melangkahkan kakinya yang memang di baluti gamish yang selutut dan sepatu serta menggunakan kaus kaki.

"Boss? Datang ke rumah?"

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status