Share

Bab 2

Penulis: Lara Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 16:05:42

“Eer ... siapa kalian?” tanya Katon keheranan.

"Dengar, kau pikir kau bisa mendekati kekasihku begitu saja?" teriak salah satu dari enam pria tersebut sambil menunjuk jari pada Katon yang terkepung.

Katon tersadar, ia sedang berhadapan dengan tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih Alice dan teman-temannya. Katon berdiri dengan sikap yang berani, menatap tajam ke arah keenam pria yang mengancamnya. Dia tahu betul bahwa situasi ini bisa berujung buruk jika dia tidak berhati-hati.

Beruntung Katon memiliki keahlian karate yang luar biasa. Dia terlatih dengan baik, dan dia tidak akan menyerah begitu saja.

"Easy, Man!" ujar Katon dengan suara datar tanpa gentar kepada satu pria yang berusaha mengintimidasinya. "Aku tidak berniat mengganggu kekasihmu. Dan aku hanya mampir sesaat di apartemennya."

Keenam pria Amerika itu saling pandang, menatap heran pada satu pria keturunan Amerika-Asia yang mereka kepung. Ini aneh. Pria itu tak kelihatan takut walau dikepung, membuat mereka ragu untuk melanjutkan serangan mereka.

"Dia bohong, teman-teman! Jangan percaya padanya!" seru salah satu dari keenam pria tersebut dengan nada yang penuh amarah. “Aku melihat sendiri ia menggoda Alice!”

Katon tersenyum walau kebohongannya ketahuan. Apa boleh buat, kalau terdesak, ia akan melawan.

"Dude, mari kita diskusikan ini dengan tenang. Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang kalian bicarakan. Bukankah lebih baik jika kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cara yang lebih dewasa?" ucap Katon dengan enteng dan sangat meremehkan.

Tentu saja kalimat itu membuat meradang musuhnya yang sekarang merangsek maju dengan diikuti oleh teman-temannya. “Dickhead!!” serunya, marah dengan panggilan yang merendahkan. Sejatinya, tubuh keenam pria amerika itu jauh lebih besar daripada tubuh Katon. Sebagian dari mereka bahkan berkulit hitam dan memiliki badan setegar batu karang. Sementara Katon, walaupun tingginya di atas rata-rata. Namun, tampak jelas berbeda.

"Kalian pikir, kalian bisa menghajarku dengan begitu mudah?" tanya Katon dengan nada percaya diri, meskipun dia sedang terpojok.

Keenam pria itu saling pandang, sedikit terguncang oleh sikap pria yang mereka kepung. Mereka merasa tertantang oleh pria itu.

"Tidak peduli seberapa hebat kau berkelahi, Man. Kita masih lebih banyak jumlahnya!" seru salah satu dari keenam pria tersebut sambil mengangkat tinjunya. Dan yang mengejutkan Katon, beberapa dari mereka mengeluarkan tongkat bisbol. Sesuatu menghantam pikiran Katon.

“Shit! Pacar Alice anggota gangster?” pikirnya berusaha meredam rasa panik.

Katon paham, situasinya buruk. Tapi, ia juga mengenali kemampuan karatenya. Dia bisa menundukkan mereka asalkan tetap tenang dan fokus.

“Hei, aku sudah memperingatkan kalian. Kita bisa bicara baik-baik,” kata Katon dengan suara mengalun seperti bernyanyi. Dengan tatapan tajam dan gerakan yang mantap, dia menggenggam erat tinjunya, siap untuk melawan.

“Lakukan itu sebelum kau tidur dengan wanitaku, Bangsat!” seru pria paling besar dan paling gagah. Ia berteriak sambil melayangkan tinjunya menyasar Katon yang mengelak dengan mudah.

Melihat kawannya dihindari sedemikian mudah, kelima orang pria merangsek bersamaan dan mengirimkan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Tanpa ragu sedikit pun, Katon melancarkan serangan balasan dengan gerakan yang cepat dan presisi.

Tanpa berpikir, Katon menggunakan serangkaian jurus karate yang dikuasainya. Otoshi uke, tangan Katon menangkis dari bawah dengan kuat,  ia gunakan untuk menghalau salah satu serangan pria berkulit hitam. Tubuh Katon bergerak luwes seiring dengan aliran energi, lembut tapi mematikan.

Tak berhenti di situ, Katon dengan cepat meluncurkan serangan balasan. Shuto uke Katon menepis dan melintasi leher lawannya dengan kekuatan yang cukup untuk menjatuhkannya. Satu pria Amerika terdorong mundur oleh kekuatan itu dan terjerembab ke tanah.

Dalam satu helaan napas, Katon mengubah jurusnya menjadi kumade. Katon menghunjamkan cakarnya ke dada pria gelap bertubuh besar dan laki-laki itu terbelalak saat merasakan dadanya runtuh dan ia terbanting ke belakang.

Pria lainnya yang menemukan kesempatan untuk menyerang, mengayunkan tongkat baseball di tangan ke tubuh Katon. Tetapi, secara refleks, telapak tangan Katon menangkis tongkat kayu itu dan mendorongnya ke samping, saat wajah lawannya tertegun karena serangannya gagal, sebuah pukulan langsung mendarat telak di wajahnya.

Satu lagi kembali maju menerjang Katon. Dengan cepat lelaki itu memutar tubuhnya ke samping hingga pukulan itu lewat begitu saja, saat lawannya terkejut, tendangan memutar telah menghantam perutnya sehingga orang itu melenguh teredam.

Dengan lincah, Katon menyerang anggota kelompok lawan dengan kecepatan yang mengagumkan. Pukulan dan tebasan tangannya meluncur mematikan, membuat gerombolan gangster itu terjatuh satu per satu.

Suasana berubah menjadi kacau balau saat pertarungan pecah di tengah kegelapan malam. Teriakan dan benturan fisik mengisi udara, menciptakan suasana yang semakin tegang.

Saat pertarungan semakin memanas, Katon mulai mengambil keuntungan dari kelemahan dan kecerobohan lawan-lawannya. Dengan gerakan yang cepat dan akurat, dia berhasil melumpuhkan satu per satu dari keenam pria yang mencoba mengeroyoknya.

Akhirnya, hanya tersisa satu pria lawannya yang masih berdiri, terengah-engah dan penuh kepanikan. Katon mendekatinya dengan langkah mantap, menunjukkan dominasinya yang tak terbantahkan.

"Sekarang, apakah kau masih ingin melanjutkan ini?" tanyanya dengan suara serak, mengingatkan pria yang tersisa bahwa pertarungan ini tidak akan berakhir baik-baik jika dilanjutkan.

Pria terakhir itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, menyerah pada kenyataan bahwa dia telah kalah. Dia tidak bisa mengimbangi keahlian dan keberanian Katon yang berdiri di hadapannya.

“Jadi, jangan salahkan Alice kalau berpaling darimu, Dude. Kamu hanya seorang anak manja yang terjebak di tubuh besar tanpa isi,” ejek Katon dengan kejam. Pria itu terengah menahan hinaan Katon.

Melihat semua musuhnya tidak berdaya, Katon keluar dari area perkelahian sambil meludah ke tanah. Ia meninggalkan banyak lawan yang bergelimpangan dengan erangan kesakitan.

“Kurasa aku harus meminta Alice untuk pergi dari apartemennya sekarang,” pikir Katon sambil mengarah ke subway dan pulang ke Manhattan.

Bab terkait

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 3

    New York pagi hari. Katon membuka mata perlahan-lahan, ia bangun dari kasur empuk di apartemen mewahnya di Manhattan. Meskipun semalam ia baru saja berkelahi melawan enam orang, tidak ada tanda-tanda luka di tubuhnya. Dengan gerakan lincah, Katon bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju ruang olahraga pribadi. Baginya, latihan karate setiap pagi adalah kebutuhan. Latihan fisik dan mental ini menjadi sumber kekuatannya, memberikan ketenangan dan kesiapan untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang. Setelah mengenakan pakaian olahraga yang nyaman, Katon mulai melakukan pemanasan dengan gerakan-gerakan yang lembut namun penuh konsentrasi. Tepat ketika Katon bersiap untuk memulai latihan karate yang intens, telepon genggamnya berdering. Dia mengambil ponsel dan melihat panggilan masuk dari Alice. Tanpa ragu, Katon menerima panggilan itu. "Pagi, Choco Girl! Apakah aku begitu mempesonamu sehingga sepagi ini kau sudah merindukanku?" sapa Katon dengan suara hangat. Alice t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 4

    Sebagai sahabat Katon, Morgan belajar pada kehidupan sahabat semenjak SMP-nya ini, yang entah bagaimana bisa keras dan berbahaya. Ia tidak langsung membuka pintu tapi memeriksa melalui kamera pengawas. “Tentu saja!” gerutu Morgan secepat matanya selesai memindai kamera pengawas. Pada kamera itu terpantul citra seorang wanita. Kulitnya sedikit kecoklatan, entah asli ataukah hasil dari berjemur di bawah matahari. Rambut panjangnya berwarna coklat keemasan. Wanita ini memiliki mata yang cantik yang saat ini memancarkan kekhawatiran. “Siapa?” tanya Morgan setelah memencet tombol interkom. “Uhm, ehm, apakah Katon ada? Dia baik-baik saja?” tanya wanita tersebut tanpa bisa menyembunyikan nada khawatir. “Motherfucker!” maki Morgan dalam hati. “Yea, ada. Dia ada. Dan pria itu baik-baik saja. Boleh aku tahu siapa namamu, Miss?” “Alice. Alice Wellington.” Morgan memastikan wanita itu ‘bersih’ dan dia membuka pintu sambil mengomel keras dalam hati. “Silakan masuk, Miss. Tunggulah di sini se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 5

    “A-aku ingin minta maaf atas apa yang sudah diperbuat oleh Brad.” Alice tergugu di depan Katon. “It's okay, Alice. Jangan khawatirkan aku," jawab Katon menenangkan wanita yang sedang ada di hadapannya saat ini dan melanjutkan kalimatnya dalam hati, “Pacarmu yang babak belur.” “Katon nyaris terluka, untunglah patroli polisi lewat sehingga Katon selamat. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya kalau tidak ada patroli polisi,” imbuh Morgan manipulatif, tidak jauh berbeda dengan Katon. Dari balik sikap dinginnya, Morgan sengaja tunjukkan ekspresi kesedihan, untuk menambah keyakinan dari drama yang sudah Morgan dan Katon skenariokan. Mendengar semua ini, Alice spontan menumpahkan derai air mata lagi, di balik katupan kedua tangan ke wajah cantiknya. Alice terlihat sekali, menyesali apa yang terjadi pada pria yang disukainya ini. Perasaan empati Alice muncul, ketika cinta juga memberikan simpati. Katon melemparkan tatapan tajam ke arah Morgan ketika Alice menutup wajah da

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 6

    Lelaki dewasa yang paling dekat dengan Katon berteriak sambil mengayunkan tongkat bisbolnya dengan ganas dan terarah ke kepala. Katon sudah tidak bisa lagi memikirkan posisi Morgan, terpaksa membiarkan sahabatnya bertarung demi dirinya sendiri. Katon membanting tubuhnya kesamping untuk menghindari pukulan tongkat bisbol sekaligus menyabet kaki penyerangnya. Pria lawannya jatuh berdebam di lantai keras dan mengeluarkan sumpah serapah. Katon kembali berdiri dan melancarkan pukulan ke arah dua pria yang mengeroyoknya dari sisi yang berbeda. Sudah tidak ada waktu untuk menggunakan jurus karate, Katon spontan menggunakan gaya petarung jalanan seperti yang Morgan biasa lakukan. Jab dan hook Katon bergantian menghajar musuh-musuhnya hingga jatuh. Upper cut-nya menghajar dagu satu musuh dan melemparkan lawan itu menabrak konter dapur, menghamburkan gelas di atasnya menjadi kepingan. Ketika mendapat ruang lebih leluasa, barulah Katon secara reflek mengeluarkan jurus karatenya. Katon mula

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 7

    “Lepaskan dia, Brad,” pinta Katon. Brad masih menyeringai kejam ke arah Katon, jelas dia tidak akan melepaskan Alice selama Katon masih menggenggam tongkat bisbol di tangannya. “Suruh pembantumu minggir atau aku tidak segan mengiris leher cantik ini supaya kamu tahu seberapa cerah warna darahnya?” ejek Brad kejam. Katon melambaikan tangannya kepada Morgan agar minggir yang langsung dituruti oleh pria besar itu. Brad kembali menyeret Alice yang ketakutan bersamanya, ia menuju ke pintu keluar sambil berjalan mundur, dengan sengaja mempertontonkan wajah putus asa dan ketakutan Alice ke arah Katon dan Morgan. Sesaat setelah ia berada di luar, Brad mendorong tubuh lemas Alice ke trotoar, membuat wanita itu jatuh tak berdaya. Katon membuang tongkat bisbolnya dan memburu keluar untuk menolong Alice. "Kamu baik-baik saja?" Katon meraih lengan gadis itu dan membawa ke pelukannya. Ia merasakan tubuh Alice menggigil ketakutan. Morgan yang ikut berlari keluar, menatap bergantian ke arah Katon

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 1

    “Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang malam ini?” ucap seorang lelaki di sebuah coffeshop kepada salah satu pelayan wanita yang cantik. Wanita itu tersenyum mendengar tawaran yang manis dan mengangguk. Pria itu bahkan bersikap gentleman dengan membantu sang wanita menutup coffeshop karena ini adalah shift terakhir. Mereka menyusuri pedestrian dan menyeberangi beberapa blok menuju apartemen sang wanita sambil mengobrol ringan. Beberapa kali sang wanita tertawa dan memukul bahu sang pria dengan mesra, pertanda obrolan mereka menyenangkan dan sangat intim. Pintu apartemen di lantai tiga, menjeblak terbuka saat didorong dengan paksa. Dua tubuh yang saling berpelukan berputar dan masuk ke dalam apartemen. Kedua manusia ini saling memagut dalam ciuman yang panas dan penuh gairah. Kepala sang wanita mendongak, mengikuti pria yang lebih tinggi darinya. Bibir saling mengecap, lidah melibat. Sang pria mendesak hingga sang wanita terdorong ke dinding tanpa melepas pagutan bibirnya. Meskipun

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 7

    “Lepaskan dia, Brad,” pinta Katon. Brad masih menyeringai kejam ke arah Katon, jelas dia tidak akan melepaskan Alice selama Katon masih menggenggam tongkat bisbol di tangannya. “Suruh pembantumu minggir atau aku tidak segan mengiris leher cantik ini supaya kamu tahu seberapa cerah warna darahnya?” ejek Brad kejam. Katon melambaikan tangannya kepada Morgan agar minggir yang langsung dituruti oleh pria besar itu. Brad kembali menyeret Alice yang ketakutan bersamanya, ia menuju ke pintu keluar sambil berjalan mundur, dengan sengaja mempertontonkan wajah putus asa dan ketakutan Alice ke arah Katon dan Morgan. Sesaat setelah ia berada di luar, Brad mendorong tubuh lemas Alice ke trotoar, membuat wanita itu jatuh tak berdaya. Katon membuang tongkat bisbolnya dan memburu keluar untuk menolong Alice. "Kamu baik-baik saja?" Katon meraih lengan gadis itu dan membawa ke pelukannya. Ia merasakan tubuh Alice menggigil ketakutan. Morgan yang ikut berlari keluar, menatap bergantian ke arah Katon

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 6

    Lelaki dewasa yang paling dekat dengan Katon berteriak sambil mengayunkan tongkat bisbolnya dengan ganas dan terarah ke kepala. Katon sudah tidak bisa lagi memikirkan posisi Morgan, terpaksa membiarkan sahabatnya bertarung demi dirinya sendiri. Katon membanting tubuhnya kesamping untuk menghindari pukulan tongkat bisbol sekaligus menyabet kaki penyerangnya. Pria lawannya jatuh berdebam di lantai keras dan mengeluarkan sumpah serapah. Katon kembali berdiri dan melancarkan pukulan ke arah dua pria yang mengeroyoknya dari sisi yang berbeda. Sudah tidak ada waktu untuk menggunakan jurus karate, Katon spontan menggunakan gaya petarung jalanan seperti yang Morgan biasa lakukan. Jab dan hook Katon bergantian menghajar musuh-musuhnya hingga jatuh. Upper cut-nya menghajar dagu satu musuh dan melemparkan lawan itu menabrak konter dapur, menghamburkan gelas di atasnya menjadi kepingan. Ketika mendapat ruang lebih leluasa, barulah Katon secara reflek mengeluarkan jurus karatenya. Katon mula

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 5

    “A-aku ingin minta maaf atas apa yang sudah diperbuat oleh Brad.” Alice tergugu di depan Katon. “It's okay, Alice. Jangan khawatirkan aku," jawab Katon menenangkan wanita yang sedang ada di hadapannya saat ini dan melanjutkan kalimatnya dalam hati, “Pacarmu yang babak belur.” “Katon nyaris terluka, untunglah patroli polisi lewat sehingga Katon selamat. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya kalau tidak ada patroli polisi,” imbuh Morgan manipulatif, tidak jauh berbeda dengan Katon. Dari balik sikap dinginnya, Morgan sengaja tunjukkan ekspresi kesedihan, untuk menambah keyakinan dari drama yang sudah Morgan dan Katon skenariokan. Mendengar semua ini, Alice spontan menumpahkan derai air mata lagi, di balik katupan kedua tangan ke wajah cantiknya. Alice terlihat sekali, menyesali apa yang terjadi pada pria yang disukainya ini. Perasaan empati Alice muncul, ketika cinta juga memberikan simpati. Katon melemparkan tatapan tajam ke arah Morgan ketika Alice menutup wajah da

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 4

    Sebagai sahabat Katon, Morgan belajar pada kehidupan sahabat semenjak SMP-nya ini, yang entah bagaimana bisa keras dan berbahaya. Ia tidak langsung membuka pintu tapi memeriksa melalui kamera pengawas. “Tentu saja!” gerutu Morgan secepat matanya selesai memindai kamera pengawas. Pada kamera itu terpantul citra seorang wanita. Kulitnya sedikit kecoklatan, entah asli ataukah hasil dari berjemur di bawah matahari. Rambut panjangnya berwarna coklat keemasan. Wanita ini memiliki mata yang cantik yang saat ini memancarkan kekhawatiran. “Siapa?” tanya Morgan setelah memencet tombol interkom. “Uhm, ehm, apakah Katon ada? Dia baik-baik saja?” tanya wanita tersebut tanpa bisa menyembunyikan nada khawatir. “Motherfucker!” maki Morgan dalam hati. “Yea, ada. Dia ada. Dan pria itu baik-baik saja. Boleh aku tahu siapa namamu, Miss?” “Alice. Alice Wellington.” Morgan memastikan wanita itu ‘bersih’ dan dia membuka pintu sambil mengomel keras dalam hati. “Silakan masuk, Miss. Tunggulah di sini se

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 3

    New York pagi hari. Katon membuka mata perlahan-lahan, ia bangun dari kasur empuk di apartemen mewahnya di Manhattan. Meskipun semalam ia baru saja berkelahi melawan enam orang, tidak ada tanda-tanda luka di tubuhnya. Dengan gerakan lincah, Katon bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju ruang olahraga pribadi. Baginya, latihan karate setiap pagi adalah kebutuhan. Latihan fisik dan mental ini menjadi sumber kekuatannya, memberikan ketenangan dan kesiapan untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang. Setelah mengenakan pakaian olahraga yang nyaman, Katon mulai melakukan pemanasan dengan gerakan-gerakan yang lembut namun penuh konsentrasi. Tepat ketika Katon bersiap untuk memulai latihan karate yang intens, telepon genggamnya berdering. Dia mengambil ponsel dan melihat panggilan masuk dari Alice. Tanpa ragu, Katon menerima panggilan itu. "Pagi, Choco Girl! Apakah aku begitu mempesonamu sehingga sepagi ini kau sudah merindukanku?" sapa Katon dengan suara hangat. Alice t

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 2

    “Eer ... siapa kalian?” tanya Katon keheranan. "Dengar, kau pikir kau bisa mendekati kekasihku begitu saja?" teriak salah satu dari enam pria tersebut sambil menunjuk jari pada Katon yang terkepung. Katon tersadar, ia sedang berhadapan dengan tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih Alice dan teman-temannya. Katon berdiri dengan sikap yang berani, menatap tajam ke arah keenam pria yang mengancamnya. Dia tahu betul bahwa situasi ini bisa berujung buruk jika dia tidak berhati-hati. Beruntung Katon memiliki keahlian karate yang luar biasa. Dia terlatih dengan baik, dan dia tidak akan menyerah begitu saja. "Easy, Man!" ujar Katon dengan suara datar tanpa gentar kepada satu pria yang berusaha mengintimidasinya. "Aku tidak berniat mengganggu kekasihmu. Dan aku hanya mampir sesaat di apartemennya." Keenam pria Amerika itu saling pandang, menatap heran pada satu pria keturunan Amerika-Asia yang mereka kepung. Ini aneh. Pria itu tak kelihatan takut walau dikepung, membuat mereka ragu unt

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 1

    “Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang malam ini?” ucap seorang lelaki di sebuah coffeshop kepada salah satu pelayan wanita yang cantik. Wanita itu tersenyum mendengar tawaran yang manis dan mengangguk. Pria itu bahkan bersikap gentleman dengan membantu sang wanita menutup coffeshop karena ini adalah shift terakhir. Mereka menyusuri pedestrian dan menyeberangi beberapa blok menuju apartemen sang wanita sambil mengobrol ringan. Beberapa kali sang wanita tertawa dan memukul bahu sang pria dengan mesra, pertanda obrolan mereka menyenangkan dan sangat intim. Pintu apartemen di lantai tiga, menjeblak terbuka saat didorong dengan paksa. Dua tubuh yang saling berpelukan berputar dan masuk ke dalam apartemen. Kedua manusia ini saling memagut dalam ciuman yang panas dan penuh gairah. Kepala sang wanita mendongak, mengikuti pria yang lebih tinggi darinya. Bibir saling mengecap, lidah melibat. Sang pria mendesak hingga sang wanita terdorong ke dinding tanpa melepas pagutan bibirnya. Meskipun

DMCA.com Protection Status