Share

Bab 2

Author: Lara Aksara
last update Last Updated: 2024-11-24 15:26:46

“Eer ... siapa kalian?” tanya Katon keheranan.

"Dengar, kau pikir kau bisa mendekati kekasihku begitu saja?" teriak salah satu dari enam pria tersebut sambil menunjuk jari pada Katon yang terkepung.

Katon tersadar, ia sedang berhadapan dengan tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih Alice dan teman-temannya. Katon berdiri dengan sikap yang berani, menatap tajam ke arah keenam pria yang mengancamnya. Dia tahu betul bahwa situasi ini bisa berujung buruk jika dia tidak berhati-hati.

Beruntung Katon memiliki keahlian karate yang luar biasa. Dia terlatih dengan baik, dan dia tidak akan menyerah begitu saja.

"Easy, Man!" ujar Katon dengan suara datar tanpa gentar kepada satu pria yang berusaha mengintimidasinya. "Aku tidak berniat mengganggu kekasihmu. Dan aku hanya mampir sesaat di apartemennya."

Keenam pria Amerika itu saling pandang, menatap heran pada satu pria keturunan Amerika-Asia yang mereka kepung. Ini aneh. Pria itu tak kelihatan takut walau dikepung, membuat mereka ragu untuk melanjutkan serangan mereka.

"Dia bohong, teman-teman! Jangan percaya padanya!" seru salah satu dari keenam pria tersebut dengan nada yang penuh amarah. “Aku melihat sendiri ia menggoda Alice!”

Katon tersenyum walau kebohongannya ketahuan. Apa boleh buat, kalau terdesak, ia akan melawan.

"Dude, mari kita diskusikan ini dengan tenang. Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang kalian bicarakan. Bukankah lebih baik jika kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cara yang lebih dewasa?" ucap Katon dengan enteng dan sangat meremehkan.

Tentu saja kalimat itu membuat meradang musuhnya yang sekarang merangsek maju dengan diikuti oleh teman-temannya. “Dickhead!!” serunya, marah dengan panggilan yang merendahkan. Sejatinya, tubuh keenam pria amerika itu jauh lebih besar daripada tubuh Katon. Sebagian dari mereka bahkan berkulit hitam dan memiliki badan setegar batu karang. Sementara Katon, walaupun tingginya di atas rata-rata. Namun, tampak jelas berbeda.

"Kalian pikir, kalian bisa menghajarku dengan begitu mudah?" tanya Katon dengan nada percaya diri, meskipun dia sedang terpojok.

Keenam pria itu saling pandang, sedikit terguncang oleh sikap pria yang mereka kepung. Mereka merasa tertantang oleh pria itu.

"Tidak peduli seberapa hebat kau berkelahi, Man. Kita masih lebih banyak jumlahnya!" seru salah satu dari keenam pria tersebut sambil mengangkat tinjunya. Dan yang mengejutkan Katon, beberapa dari mereka mengeluarkan tongkat bisbol. Sesuatu menghantam pikiran Katon.

“Shit! Pacar Alice anggota gangster?” pikirnya berusaha meredam rasa panik.

Katon paham, situasinya buruk. Tapi, ia juga mengenali kemampuan karatenya. Dia bisa menundukkan mereka asalkan tetap tenang dan fokus.

“Hei, aku sudah memperingatkan kalian. Kita bisa bicara baik-baik,” kata Katon dengan suara mengalun seperti bernyanyi. Dengan tatapan tajam dan gerakan yang mantap, dia menggenggam erat tinjunya, siap untuk melawan.

“Lakukan itu sebelum kau tidur dengan wanitaku, Bangsat!” seru pria paling besar dan paling gagah. Ia berteriak sambil melayangkan tinjunya menyasar Katon yang mengelak dengan mudah.

Melihat kawannya dihindari sedemikian mudah, kelima orang pria merangsek bersamaan dan mengirimkan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Tanpa ragu sedikit pun, Katon melancarkan serangan balasan dengan gerakan yang cepat dan presisi.

Tanpa berpikir, Katon menggunakan serangkaian jurus karate yang dikuasainya. Otoshi uke, tangan Katon menangkis dari bawah dengan kuat,  ia gunakan untuk menghalau salah satu serangan pria berkulit hitam. Tubuh Katon bergerak luwes seiring dengan aliran energi, lembut tapi mematikan.

Tak berhenti di situ, Katon dengan cepat meluncurkan serangan balasan. Shuto uke Katon menepis dan melintasi leher lawannya dengan kekuatan yang cukup untuk menjatuhkannya. Satu pria Amerika terdorong mundur oleh kekuatan itu dan terjerembab ke tanah.

Dalam satu helaan napas, Katon mengubah jurusnya menjadi kumade. Katon menghunjamkan cakarnya ke dada pria gelap bertubuh besar dan laki-laki itu terbelalak saat merasakan dadanya runtuh dan ia terbanting ke belakang.

Pria lainnya yang menemukan kesempatan untuk menyerang, mengayunkan tongkat baseball di tangan ke tubuh Katon. Tetapi, secara refleks, telapak tangan Katon menangkis tongkat kayu itu dan mendorongnya ke samping, saat wajah lawannya tertegun karena serangannya gagal, sebuah pukulan langsung mendarat telak di wajahnya.

Satu lagi kembali maju menerjang Katon. Dengan cepat lelaki itu memutar tubuhnya ke samping hingga pukulan itu lewat begitu saja, saat lawannya terkejut, tendangan memutar telah menghantam perutnya sehingga orang itu melenguh teredam.

Dengan lincah, Katon menyerang anggota kelompok lawan dengan kecepatan yang mengagumkan. Pukulan dan tebasan tangannya meluncur mematikan, membuat gerombolan gangster itu terjatuh satu per satu.

Suasana berubah menjadi kacau balau saat pertarungan pecah di tengah kegelapan malam. Teriakan dan benturan fisik mengisi udara, menciptakan suasana yang semakin tegang.

Saat pertarungan semakin memanas, Katon mulai mengambil keuntungan dari kelemahan dan kecerobohan lawan-lawannya. Dengan gerakan yang cepat dan akurat, dia berhasil melumpuhkan satu per satu dari keenam pria yang mencoba mengeroyoknya.

Akhirnya, hanya tersisa satu pria lawannya yang masih berdiri, terengah-engah dan penuh kepanikan. Katon mendekatinya dengan langkah mantap, menunjukkan dominasinya yang tak terbantahkan.

"Sekarang, apakah kau masih ingin melanjutkan ini?" tanyanya dengan suara serak, mengingatkan pria yang tersisa bahwa pertarungan ini tidak akan berakhir baik-baik jika dilanjutkan.

Pria terakhir itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, menyerah pada kenyataan bahwa dia telah kalah. Dia tidak bisa mengimbangi keahlian dan keberanian Katon yang berdiri di hadapannya.

“Jadi, jangan salahkan Alice kalau berpaling darimu, Dude. Kamu hanya seorang anak manja yang terjebak di tubuh besar tanpa isi,” ejek Katon dengan kejam. Pria itu terengah menahan hinaan Katon.

Melihat semua musuhnya tidak berdaya, Katon keluar dari area perkelahian sambil meludah ke tanah. Ia meninggalkan banyak lawan yang bergelimpangan dengan erangan kesakitan.

“Kurasa aku harus meminta Alice untuk pergi dari apartemennya sekarang,” pikir Katon sambil mengarah ke subway dan pulang ke Manhattan.

Related chapters

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 3

    New York pagi hari. Katon membuka mata perlahan-lahan, ia bangun dari kasur empuk di apartemen mewahnya di Manhattan. Meskipun semalam ia baru saja berkelahi melawan enam orang, tidak ada tanda-tanda luka di tubuhnya. Dengan gerakan lincah, Katon bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju ruang olahraga pribadi. Baginya, latihan karate setiap pagi adalah kebutuhan. Latihan fisik dan mental ini menjadi sumber kekuatannya, memberikan ketenangan dan kesiapan untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang. Setelah mengenakan pakaian olahraga yang nyaman, Katon mulai melakukan pemanasan dengan gerakan-gerakan yang lembut namun penuh konsentrasi. Tepat ketika Katon bersiap untuk memulai latihan karate yang intens, telepon genggamnya berdering. Dia mengambil ponsel dan melihat panggilan masuk dari Alice. Tanpa ragu, Katon menerima panggilan itu. "Pagi, Choco Girl! Apakah aku begitu mempesonamu sehingga sepagi ini kau sudah merindukanku?" sapa Katon dengan suara hangat. Alice t

    Last Updated : 2024-11-24
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 4

    Sebagai sahabat Katon, Morgan belajar pada kehidupan sahabat semenjak SMP-nya ini, yang entah bagaimana bisa keras dan berbahaya. Ia tidak langsung membuka pintu tapi memeriksa melalui kamera pengawas. “Tentu saja!” gerutu Morgan secepat matanya selesai memindai kamera pengawas. Pada kamera itu terpantul citra seorang wanita. Kulitnya sedikit kecoklatan, entah asli ataukah hasil dari berjemur di bawah matahari. Rambut panjangnya berwarna coklat keemasan. Wanita ini memiliki mata yang cantik yang saat ini memancarkan kekhawatiran. “Siapa?” tanya Morgan setelah memencet tombol interkom. “Uhm, ehm, apakah Katon ada? Dia baik-baik saja?” tanya wanita tersebut tanpa bisa menyembunyikan nada khawatir. “Motherfucker!” maki Morgan dalam hati. “Yea, ada. Dia ada. Dan pria itu baik-baik saja. Boleh aku tahu siapa namamu, Miss?” “Alice. Alice Wellington.” Morgan memastikan wanita itu ‘bersih’ dan dia membuka pintu sambil mengomel keras dalam hati. “Silakan masuk, Miss. Tunggulah di sini se

    Last Updated : 2024-11-24
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 5

    “A-aku ingin minta maaf atas apa yang sudah diperbuat oleh Brad.” Alice tergugu di depan Katon. “It's okay, Alice. Jangan khawatirkan aku," jawab Katon menenangkan wanita yang sedang ada di hadapannya saat ini dan melanjutkan kalimatnya dalam hati, “Pacarmu yang babak belur.” “Katon nyaris terluka, untunglah patroli polisi lewat sehingga Katon selamat. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya kalau tidak ada patroli polisi,” imbuh Morgan manipulatif, tidak jauh berbeda dengan Katon. Dari balik sikap dinginnya, Morgan sengaja tunjukkan ekspresi kesedihan, untuk menambah keyakinan dari drama yang sudah Morgan dan Katon skenariokan. Mendengar semua ini, Alice spontan menumpahkan derai air mata lagi, di balik katupan kedua tangan ke wajah cantiknya. Alice terlihat sekali, menyesali apa yang terjadi pada pria yang disukainya ini. Perasaan empati Alice muncul, ketika cinta juga memberikan simpati. Katon melemparkan tatapan tajam ke arah Morgan ketika Alice menutup wajah da

    Last Updated : 2024-11-24
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 6

    Lelaki dewasa yang paling dekat dengan Katon berteriak sambil mengayunkan tongkat bisbolnya dengan ganas dan terarah ke kepala. Katon sudah tidak bisa lagi memikirkan posisi Morgan, terpaksa membiarkan sahabatnya bertarung demi dirinya sendiri. Katon membanting tubuhnya kesamping untuk menghindari pukulan tongkat bisbol sekaligus menyabet kaki penyerangnya. Pria lawannya jatuh berdebam di lantai keras dan mengeluarkan sumpah serapah. Katon kembali berdiri dan melancarkan pukulan ke arah dua pria yang mengeroyoknya dari sisi yang berbeda. Sudah tidak ada waktu untuk menggunakan jurus karate, Katon spontan menggunakan gaya petarung jalanan seperti yang Morgan biasa lakukan. Jab dan hook Katon bergantian menghajar musuh-musuhnya hingga jatuh. Upper cut-nya menghajar dagu satu musuh dan melemparkan lawan itu menabrak konter dapur, menghamburkan gelas di atasnya menjadi kepingan. Ketika mendapat ruang lebih leluasa, barulah Katon secara reflek mengeluarkan jurus karatenya. Katon mula

    Last Updated : 2024-11-26
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 7

    “Lepaskan dia, Brad,” pinta Katon. Brad masih menyeringai kejam ke arah Katon, jelas dia tidak akan melepaskan Alice selama Katon masih menggenggam tongkat bisbol di tangannya. “Suruh pembantumu minggir atau aku tidak segan mengiris leher cantik ini supaya kamu tahu seberapa cerah warna darahnya?” ejek Brad kejam. Katon melambaikan tangannya kepada Morgan agar minggir yang langsung dituruti oleh pria besar itu. Brad kembali menyeret Alice yang ketakutan bersamanya, ia menuju ke pintu keluar sambil berjalan mundur, dengan sengaja mempertontonkan wajah putus asa dan ketakutan Alice ke arah Katon dan Morgan. Sesaat setelah ia berada di luar, Brad mendorong tubuh lemas Alice ke trotoar, membuat wanita itu jatuh tak berdaya. Katon membuang tongkat bisbolnya dan memburu keluar untuk menolong Alice. "Kamu baik-baik saja?" Katon meraih lengan gadis itu dan membawa ke pelukannya. Ia merasakan tubuh Alice menggigil ketakutan. Morgan yang ikut berlari keluar, menatap bergantian ke arah Katon

    Last Updated : 2024-11-28
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 8

    Katon meraih tangan Alice dan menggenggamnya erat. “Aku sedikit punya urusan di Indonesia. Adikku membutuhkan bantuan. Sepertinya aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu, Alice.” Hati Alice mencelos. Katon akan meninggalkannya. Alice tertegun, matanya memandang nanar kepada sosok pria di depannya. “K-kamu akan pergi?” tanyanya gugup. Mendadak Alice merasa kosong, ia berusaha mengalihkan pandangan ke tempat lain. Katon yang masih memegang tangan Alice, menangkap perubahan mood wanita di depannya. Katon meraih kepala Alice, ia menelisik rambut wanita itu dan menyelipkannya ke belakang telinga. “Jangan khawatir, honey. Aku tidak pergi untuk selamanya. Segera setelah urusanku selesai, aku akan kembali. Saat ini, kurasa lebih baik jika dirimu tidak tinggal sendiri di apartemen.” Selama Katon berusaha menenangkan Alice, Morgan membuang muka ke arah lain dan hanya sesekali menatap interaksi dua orang berbeda gender di depannya. Saat akhirnya ia memandangi Katon menghibur wanita i

    Last Updated : 2024-11-29
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 9

    Satu minggu jelang kepulangannya ke Indonesia, Katon sudah mulai mempersiapkan diri. Saat akan membeli tiket, Morgan mendesakkan sesuatu padanya. Sebuah ide cemerlang, menurut Morgan. Bahwa ia harus ikut Katon ke Indonesia untuk mengawal sahabatnya. Saat itu mereka berdua sedang berada di pusat perbelanjaan terbesar di New York. Di sebuah toko khusus peralatan olahraga. Keduanya berdiri di depan layanan pembayaran untuk membeli drysuit, masker diving dan regulator diving yang baru pesanan Katon. Pria ini baru saja berbelanja keperluan scuba diving yang terbaru setelah drysuit lamanya terkoyak karena tertusuk terumbu karang ketika ia menyelam di Great Barrier Reef, di pesisir timur laut Australia beberapa bulan lalu. “Kau. Mengawalku?” tanya Katon dengan wajah heran dan menunjuk dada Morgan maupun dadanya secara bergantian. Morgan mengangguk dengan mantap. Kedua tangannya yang berkacak pinggang makin menguatkan aura marinir atau bodyguard. Mereka berbicara seolah hanya berdua di rua

    Last Updated : 2024-11-30
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 10

    Satu persatu bayangan gelap bersenjata tongkat besi tiba di lantai unit apartemen Katon berada. Mereka bergerak secara sistematis melalui pintu darurat dan dengan ahli berusaha menghindari sorotan kamera CCTV yang letaknya sudah mereka ketahui berdasar informasi sekuriti apartemen yang bekerja sama dengan gangster. Satu orang berjongkok di depan pintu unit apartemen Katon dan mencongkel kunci pintu dari luar. Ia berhasil merusak nyaris tanpa suara dan pintu apartemen berhasil dibobol. Sekelompok orang ini, mengenakan pakaian hitam dari kepala hingga kaki, dengan gestur yang menunjukkan mereka sudah terbiasa melakukan kejahatan. Satu persatu mulai memasuki apartemen. Gerakan mereka lakukan dengan hati-hati dan sistematis. Langkah-langkah mereka hampir tidak bersuara, seolah-olah mereka telah berlatih berkali-kali untuk situasi ini. berpencar, mereka menyusuri koridor menuju berbagai ruangan dalam apartemen, dengan tujuan yang hanya mereka yang tahu. Di dalam apartemen tersebut, suasa

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 118

    Katon menahan napas dan mulai menata lengannya, lalu ia memutar perlahan melawan arah sebelumnya dan terdengar sekali lagi derak tulang sendi bahu kembali ke posisinya lagi. Ia melemaskan lengan sambil mempercepat langkah menuju ke wanita yang masih terkapar di tanah. “Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya Katon seraya memeriksa nadi di leher wanita tersebut. Masih terasa tetapi lemah dan mata wanita itu tertutup dengan napasnya yang pendek-pendek. Dengan satu tangan masih memeriksa nadi leher wanita itu, Katon memakai tangan yang lain untuk merogoh ponsel dan menghubungi 192, panggilan darurat layanan keselamatan di Brazil. Tidak perlu waktu lama dari waktu menghubungi hingga tim medis datang. Katon yang berkewajiban menunggu mencoba menghubungi nomor ponsel Ratih tetapi tidak terjawab. Akhirnya Katon memilih menghubungi Morgan dan memberitahukan posisi dan keperluannya saat ini. “Mereka memintamu ikut ke Rumah Sakit?” tanya Morgan. “Ya, karena korbannya pingsan dan aku harus ikut untu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 117

    Katon dibantu Morgan menambatkan perahu mereka ke geladak pelabuhan sungai, mengikatnya dengan tali yang terbuat dari serat pohon. Setelah dua hari berlayar melalui hutan Amazon yang lebat, rombongannya akhirnya tiba kembali di pelabuhan sungai kota kecil Seringueiras. Matahari terbenam menyinari permukaan air, menciptakan kilauan emas di permukaan gelombang. Ratih melangkah keluar dari perahu, kakinya menginjak pasir halus. Sarah dan Emily mengikutinya. Wajah ketiganya tampak lelah. Namun, lega juga terpancar di sana. Katon yang telah selesai menambatkan perahu kini bekerja sama dengan Stuart, Christopher dan Daniel untuk menurunkan sisa barang-barang mereka dari atas perahu. Dengan membawa barang-barang yang tidak seberapa, rombongan meninggalkan pelabuhan dan memasuki kota Serinqueiras yang masih ramai menjelang senja ini. Mereka kembali check-in ke hotel kecil tempat mereka menginap saat tiba pertama kali di sini. Segera, Katon kehilangan tunangannya karena wanita itu tidak me

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 116

    Rombongan Katon dan Ratih meninggalkan pemukiman Urarina tanpa dilepas oleh Palmera dan Omwezi. Mereka hanya diantar oleh Spit, sebagian pasukannya dan Kino yang memang selalu bersama mereka dua hari terakhir. Remaja pria itu memakai pakaian terbaiknya dan kulit tubuhnya dicat biru terang. Sekarang Katon paham mengapa petinggi Urarina dicat biru. Karena mengacu pada Virola dan bunga biru terangnya. Seolah pimpinan mereka diletakkan pada trah tertinggi dan tetap dalam lindungan Virola. Katon dan Kino berjalan beriringan di pusat rombongan, sedangkan Ratih memilih berjalan di belakang Katon. Langkah membawa mereka memasuki hutan kembali. Daun lebat dan rimbun menutupi langit, menciptakan keteduhan yang misterius. Udara lembap dan berbau tanah basah memenuhi hidung mereka. Mereka telah meninggalkan pemukiman Suku Kuno Urarina, dan sekarang, hutan hujan Amazon membuka di hadapan mereka. Mereka melangkah lebih dalam. Suara burung-burung hutan mengiringi mereka, menyanyikan lagu-lagu ya

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 115

    Manusia-manusia modern menatap penuh horor, kedua tubuh yang perlahan menghilang dibalik belitan anakonda raksasa yang bergulung-gulung di tepi sungai. Mereka mendadak menyadari mengapa mereka semua dibawa kesini. Entah menjadi saksi sebuah penghukuman seperti sekarang atau malah menjadi yang terhukum. Mengingat mereka semua dibawa dengan terikat dan disiksa tak manusiawi, semuanya memiliki kesimpulan yang sama. Para manusia modern semula dibawa kesini untuk dikorbankan kepada anakonda raksasa. Entah apa yang diucapkan Kino sehingga hukuman berbalik arah hanya mengorbankan dua orang suku mereka sendiri. Sementara para manusia terasing menunduk penuh khidmat selama ssota meremukkan kedua tubuh warga mereka lalu menghilang kembali dalam air sungai. Setelah prosesi hukuman yang mengerikan itu berakhir. Palmera mengayunkan tangan kepada kedua wakilnya yang sontak bergerak serasi. Berjalan kembali ke arah rombongan jauh dari sungai tetapi sambil memetik bunga-bunga biru. Saat tiba kemb

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 114

    Kembali semua terkesiap dan memekik terkejut. Stuart baru saja menembak wakil Palmera untuk memperingatkan agar orang itu diam tidak bergerak. Peluru Colt Stuart nyaris menghancurkan kaki wakil Palmera. “Hemat pelurumu, setan alas!” seru Morgan. “Dari tadi panggilin setan alas melulu. Setannya beneran keluar kamu yang pusing!” ejek Stuart ke muka Palmera yang merah padam. Ratih yang sudah membebaskan teman-temannya sekarang menuju ke arah Katon dan berusaha menyadarkan pria itu. “Jadi apa salah kami, Palmera? Mengapa kami dibawa ke sini? Tidak untuk wisata kurasa? Air terjunmu tidak sebagus itu. Dan kalau memang wisata kenapa kami diikat?” omel Stuart. “Kau butuh penterjemah kan sekarang? Hm? Atau kubunuh saja kau ya? Aku yakin teman-teman avatarmu sekalian wargamu bakalan menangis. Atau malah seneng kalau kamu mampus? Bagaimana?” Stuart berkata jahat sambil menempelkan moncong Colt pada dahi Palmera yang tetap menatap dengan marah. Terdengar suara ceklik ketika Stuart menarik tu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 113

    Sarah menjerit ketakutan dan kemudian menangis meraung-raung. Di dekatnya Ratih seketika berwajah pucat sedangkan Emily merosot pingsan dan tetap diseret oleh penawannya. Sekarang Katon tahu apa penyebab ketiga wanita tersebut berekspresi demikian. Seekor anakonda dengan lingkar tubuh sebesar pria dewasa. Tak diketahui berapa panjangnya karena ia melata di tanah, di antara batang pohon dan rerumputan sisi kanan mereka. Warna sisik anakonda itu kuning emas dan corak berlian berwarna hitam. Berbeda dengan anakonda hijau yang mereka lihat di sungai. Gerakannya yang melata sajalah yang membuatnya dikenali sebagai anakonda karena sejatinya, warna sisik dan motifnya malah mirip jaguar. Entah di mana kepala atau ekor anakonda itu. Tetapi melihat dari luncuran tubuhnya yang tampak di sela-sela rerumputan, anakonda tersebut berjalan mengiringi para tawanan dan Suku Kuno Urarina menuju pusat curug, air terjun yang indah di depan mereka. {Yang mulia ssota menunggu kita!} desis beberapa warga

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 112

    {Lihat Palmera! Teman asingmu tidak tampak bersalah telah menyerang dan menghajar kami, hanya karena kami mengejarnya ke sungai} lapor Empewo. {Kami menuntut keadilan. Dia harus dihukum adat!} desis Ekitala. Wajah keduanya hancur dan masih menyisakan darah yang mengering. Namun, mereka bisa bicara dengan baik. Meletupkan emosi, meskipun mereka menggunakan bahasa kuno tetapi Katon dapat merasakan kemarahannya. Dan sekarang emosi yang sama terpantul di wajah Palmera. Perasaan Katon tidak enak. Ia ulurkan tangan kanannya dan sedikit merunduk. Ia bermaksud menenangkan Palmera dan meminta ijin meletakkan tempayan air untuk kemudian menjelaskan posisinya. Baru saja Katon meletakkan tempayan ke tanah, Kaki Ekitala menghajar dadanya dan membuatnya terpental ke belakang sejauh satu setengah meter. Tempayannya terbanting dan pecah, menumpahkan isinya kemana-mana. Katon terbatuk karena udara dipaksa keluar dari paru-parunya secara mendadak. Belum sempat ia bergerak lebih jauh, prajurit pe

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 111

    Pagi menjelang. Udara terasa sangat dingin. Kabut bahkan menjalar masuk melalui bagian bawah pintu yang tidak tertutup sempurna, maupun jendela yang tak berpenutup. Tetapi Ratih yang membuka matanya terbangun dengan rasa nyaman. Selain kakinya tidak lagi sakit, iapun merasa hangat dan terlindungi. Sesaat kemudian barulah ia sadar kalau dirinya ada di dalam pelukan Katon dan mereka memakai satu selimut bersama. Ia memakai lengan Katon sebagai bantal, tangan Katon yang lain memeluknya. Kaki Katon melibat dan membungkus kakinya di dalam selimut. Wajah mereka sedemikian dekat. Ratih tidak ingat, kapan ia jatuh tertidur. Yang pasti, tunangannya masih sibuk memijit kakinya. Maka sekarang melihat Katon masih tertidur lelap, Ratih tidak tega langsung bergerak bangun dan berpotensi menganggu Katon. Ratih menatap wajah lelaki yang memaksakan diri menjadi tunangannya. Lelaki ini bernapas teratur. Dengkurnya halus bukan termasuk dengkur yang menganggu. Malah seperti musik yang menenangkan kar

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 110

    Ratih berderap di depan Katon dan menyeret pria itu bersamanya. Katon tersenyum, melihat kuatnya cengkeraman Ratih di pergelangan dan jalannya yang cepat dan menghentak-hentak, sepertinya tunangan cantiknya ini memang baik-baik saja. Katon pasrah diseret oleh Ratih. Asal tangannya masih digandeng kekasihnya itu. Sepertinya obrolan sebelum perkelahian akhirnya menenangkan Ratih. Kemarahannya sekarang mungkin manifestasi dari rasa cemburu bercampur tersinggung atas perbuatan dua prajurit Palmera. Katon yang mengenal banyak wanita, bisa memperkirakan segala tindakan Ratih. Mereka masuk ke pemukiman dan hanya disambut sepi. Seluruh warga Urarina yang berusia dewasa mungkin masih di lapangan sementara wanita yang memiliki bayi dan anak-anak maupun remaja mungkin sudah masuk ke rumah masing-masing. Katon membayangkan Palmera sedang beraktifitas dengan Omwezi membuatnya menarik Ratih dan gadis itu mental ke belakang dan dipeluk Katon. “Kita pulang aja, yuk? Aduh!!” Ratih tidak tinggal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status