Share

Bab 8

Author: Lara Aksara
last update Last Updated: 2024-11-29 08:30:56

Katon meraih tangan Alice dan menggenggamnya erat. “Aku sedikit punya urusan di Indonesia. Adikku membutuhkan bantuan. Sepertinya aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu, Alice.”

Hati Alice mencelos. Katon akan meninggalkannya. Alice tertegun, matanya memandang nanar kepada sosok pria di depannya.

“K-kamu akan pergi?” tanyanya gugup. Mendadak Alice merasa kosong, ia berusaha mengalihkan pandangan ke tempat lain. Katon yang masih memegang tangan Alice, menangkap perubahan mood wanita di depannya. Katon meraih kepala Alice, ia menelisik rambut wanita itu dan menyelipkannya ke belakang telinga.

“Jangan khawatir, honey. Aku tidak pergi untuk selamanya. Segera setelah urusanku selesai, aku akan kembali. Saat ini, kurasa lebih baik jika dirimu tidak tinggal sendiri di apartemen.”

Selama Katon berusaha menenangkan Alice, Morgan membuang muka ke arah lain dan hanya sesekali menatap interaksi dua orang berbeda gender di depannya. Saat akhirnya ia memandangi Katon menghibur wanita itu. Jelas ia memberikan cibiran dengan gumaman tidak jelas dari mulutnya, daripada membuat suasana makin runyam, Morgan menyumpal mulutnya dengan kaleng bir di tangan dan menghabiskan isinya. 

“Di mana rumahmu, Choco Girl. Aku akan mengantarmu ke rumah. Tinggallah dengan keluargamu malam ini, jangan di apartemen sendirian, Manisku.”

“A-aku … bagaimana kalau di apartemenmu, Katon?” tanya Alice gugup.

“Sayangnya tidak bisa, Sweet Choco. Aku ada urusan dengan Morgan malam ini. Sebutkan alamat rumahmu, aku antar ke sana.”

Alice mendesah sedih. Ia berusaha memalingkan wajah tapi tangan Katon dengan cepat menangkap dagunya dan menahan di sana. Mau tidak mau tatapan Alice terpaku pada Katon.

“Kau masih menyimpan nomorku, bukan? Kamu, tinggallah selama beberapa hari di rumah keluargamu. Kirimkan nomor rekeningmu ke ponselku. Aku akan mengirimkan uang supaya kamu bisa hidup untuk beberapa minggu sembari mencari kerja. Jangan kembali ke Brooklyn, Choco girl. Carilah pekerjaan di sekitar rumah keluargamu. Selama aku di Indonesia, aku mungkin sulit dihubungi. Tapi aku akan mengabarimu kalau aku kembali,” kata Katon. Alice memaksa menarik kepalanya. Entah bagaimana ia sadar, Katon tidak ingin berlama-lama menjalin hubungan dengannya. Sudah saatnya semua berakhir. Alice bertekad tidak akan mengikuti permintaan Katon.

“Rumah keluargaku di Manhasset, NY dekat dengan ujung Manhasset Bay. Aku akan pulang sendiri, Katon,” katanya pelan. Katon melihat ke arah jam tangannya.

“Kurasa kita masih bisa mengejar keberangkatan Long Island Rail Road berikutnya. Bersiaplah, Baby Choco. Aku dan Morgan akan mengantarmu ke Atlantic Terminal,” sahut Katon cepat makin membuat Alice yakin bahwa pria ini memang berniat menyelesaikan urusan dengannya secepat mungkin. 

Alice berdiri dan kembali ke kamar tidurnya. Mengemasi barang yang paling penting untuknya pribadi dan memutuskan memang sebaiknya ia pulang kembali ke rumah keluarga untuk keamanannya. Toh, ia sudah tidak bisa kembali bekerja ke Brooklyn Blend. Alice membawa dua tas bepergian yang cukup besar. Melihat itu, sontak Katon dan Morgan berdiri dan membantu Alice. Mereka meninggalkan apartemen Alice dalam keadaan terkunci dan kali ini tujuannya ke stasiun kereta api bawah tanah paling dekat dengan tempat tinggal Alice, Atlantic Terminal.

Katon dan Morgan berjalan bersama Alice menuju Atlantic Terminal. Mereka membantu membawakan tas-tas bepergian milik Alice. Saat mereka tiba di stasiun, mereka berdiri di depan pintu masuk kereta bawah tanah. Katon memandang Alice dengan penuh perasaan. “Aku harap kamu akan merasa nyaman bersama keluargamu, Alice. Aku akan merindukanmu.” 

Alice tersenyum, tanpa bisa menyembunyikan wajahnya yang murung. “Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan keluargaku. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Terima kasih sudah mengantarku sampai ke sini.”

Katon hanya menatap Alice sedangkan Morgan yang berdiri agak jauh, menganggukan kepala sambil mengedipkan satu mata untuk menghibur wanita itu. 

Terdengar suara pengumuman di stasiun bawah tanah.  

"Kereta bawah tanah tujuan Manhasset, NY akan tiba dalam beberapa saat."

Alice melihat ke arah kereta datang. Lampunya tampak menyorot dan akan segera memasuki area subway. “Kereta sudah datang. Aku harus pergi sekarang,” bisik Alice dan berusaha mengambil tas yang dibawa Katon. Pria itu menjatuhkan tas ke lantai subway dan memeluk Alice dengan lembut. Ia membiarkan Morgan yang menangani tas-tas Alice.

“Hati-hati di perjalanan, Alice. Jaga dirimu baik-baik dan beri kabar kalau sudah sampai,” bisik Katon. Ia melekatkan bibirnya di pipi wanita itu dan mencium dengan penuh perasaan. 

Alice mengangguk dalam pelukan Katon. “Aku akan melakukannya, Katon. Aku akan merindukanmu.” 

Mereka berdua saling melepaskan pelukan mereka, dan Alice berjalan menuju pintu kereta dengan diikuti Morgan yang membawa dua tas bepergiannya. Alice menerima tas-tas itu dari Morgan, dia berbalik sekali lagi sebelum masuk.

"Sampai jumpa, kalian berdua. Terima kasih atas semua yang telah kalian lakukan untukku.”

"Sampai jumpa, Alice. Jaga dirimu baik-baik.” Kali ini Morgan yang berbicara karena Katon hanya berdiri menatap ke arah Alice. Mereka berdua melambaikan tangan saat pintu kereta tertutup dan kereta melaju pergi. Dua pria itu menatap hingga kereta lenyap dari pandangan. 

"Ini pasti sulit bagimu, ya?” tanya Morgan satir. Katon mengendikkan bahu dan memutar tubuhnya kembali ke pintu keluar. Mereka kembali ke mobil Katon yang diparkir di pelataran luar. Saatnya kembali ke apartemen Katon yang nyaman di Manhattan.

“Bukankah jadwalmu ke Indonesia baru akhir bulan ini?” tanya Morgan ketika mereka sudah di dalam mobil yang melaju menuju pusat New York setelah mengantar Alice sampai dengan kereta tujuan Manhasset berangkat membawa wanita itu. Katon hanya mengangguk pada pertanyaan Morgan.

“Kau akan menghubunginya sekembalinya dari Indonesia?” tanya Morgan lagi karena Katon tidak menjawabnya untuk pertanyaan yang lain.

“Hm? Siapa yang mau kembali ke New York? Bukannya kita mau ke Everest, Morg?”

“Dasar lelaki brengsek!” hujat Morgan dan Katon mendengus tertawa mendengarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 9

    Satu minggu jelang kepulangannya ke Indonesia, Katon sudah mulai mempersiapkan diri. Saat akan membeli tiket, Morgan mendesakkan sesuatu padanya. Sebuah ide cemerlang, menurut Morgan. Bahwa ia harus ikut Katon ke Indonesia untuk mengawal sahabatnya. Saat itu mereka berdua sedang berada di pusat perbelanjaan terbesar di New York. Di sebuah toko khusus peralatan olahraga. Keduanya berdiri di depan layanan pembayaran untuk membeli drysuit, masker diving dan regulator diving yang baru pesanan Katon. Pria ini baru saja berbelanja keperluan scuba diving yang terbaru setelah drysuit lamanya terkoyak karena tertusuk terumbu karang ketika ia menyelam di Great Barrier Reef, di pesisir timur laut Australia beberapa bulan lalu. “Kau. Mengawalku?” tanya Katon dengan wajah heran dan menunjuk dada Morgan maupun dadanya secara bergantian. Morgan mengangguk dengan mantap. Kedua tangannya yang berkacak pinggang makin menguatkan aura marinir atau bodyguard. Mereka berbicara seolah hanya berdua di rua

    Last Updated : 2024-11-30
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 10

    Satu persatu bayangan gelap bersenjata tongkat besi tiba di lantai unit apartemen Katon berada. Mereka bergerak secara sistematis melalui pintu darurat dan dengan ahli berusaha menghindari sorotan kamera CCTV yang letaknya sudah mereka ketahui berdasar informasi sekuriti apartemen yang bekerja sama dengan gangster. Satu orang berjongkok di depan pintu unit apartemen Katon dan mencongkel kunci pintu dari luar. Ia berhasil merusak nyaris tanpa suara dan pintu apartemen berhasil dibobol. Sekelompok orang ini, mengenakan pakaian hitam dari kepala hingga kaki, dengan gestur yang menunjukkan mereka sudah terbiasa melakukan kejahatan. Satu persatu mulai memasuki apartemen. Gerakan mereka lakukan dengan hati-hati dan sistematis. Langkah-langkah mereka hampir tidak bersuara, seolah-olah mereka telah berlatih berkali-kali untuk situasi ini. berpencar, mereka menyusuri koridor menuju berbagai ruangan dalam apartemen, dengan tujuan yang hanya mereka yang tahu. Di dalam apartemen tersebut, suasa

    Last Updated : 2024-12-01
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 11

    Mendadak sambungan diangkat dan Katon mendengar dari telinganya, suara Alice yang terdengar mengantuk. “Choco Girl, are you okay?” tanya Katon khawatir. “Yea. I’m fine. Kenapa …?” “Choco Girl, amankan rumahmu. Pastikan keluargamu mengunci dengan baik dan bawa handphone dekat denganmu, hm? Hubungi polisi jika ada hal yang mencurigakan,” kata Katon. “Ada apa sebenarnya, Katon?” “Kurasa Brad masih belum selesai marah padaku, dia mengirim anggota genk lain ke apartemen.” “Apa?! Katon, kamu oke?” “Please Choco Girl. Aku sekuat Superman. Teman Brad yang jadi bubur. Aku matikan teleponnya, sweet baby. Aku perlu menghubungi polisi.” Tanpa menunggu jawaban Alice, Katon langsung mematikan sambungan untuk menghubungi pihak berwajib. Setelah penyerangan di apartemen Katon, polisi dan petugas medis berdatangan sesuai laporan kepolisian. Mereka berkumpul di lantai unit Katon hingga menyebar masuk ke seluruh ruangan milik pria itu. Katon dan Morgan yang hanya mengalami luka tidak serius, men

    Last Updated : 2024-12-02
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 12

    Untungnya permasalahan tidak berlarut-larut sehingga membuat jadwal Katon untuk pulang ke Indonesia menjadi mundur. Brian Thomas Davis, pemilik Brooklyn Blend, bersedia menarik laporan setelah menerima ganti rugi dari Katon. Kelihatan jelas bahwa tindakannya melapor ke polisi hanya didasari ketidakpercayaan pada penampilan Katon dan Morgan kala itu. Sementara untuk kasus pengrusakan di apartemennya, Katon sudah menyerahkan segala urusan kepada Sersan Terence Monahan selama ia pulang kembali ke Indonesia. “Ponsel Anda harus bisa dihubungi selama 24 jam penuh ketika Anda berada di Indonesia, Sir,” kata Sersan Terence ketika Katon dan Morgan terakhir berkunjung ke NYPD untuk menyelesaikan laporan mereka. “Tentu saja, Sersan Monahan. Saya siap dihubungi 24 jam,” jawab Katon tegas seraya mengulurkan tangan kanan dan mengajak berjabatan. Pertanda dia tidak mau lebih lama lagi menghabiskan waktu di kantor NYPD. Katon dan Morgan meninggalkan NYPD untuk bergegas pergi ke Bandara Internasio

    Last Updated : 2024-12-03
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 13

    Pria berwajah psikopat itu bernama Michael Warren, ia bergerak secepat kilat menyandera pramugari dan kelihatan sengaja melukainya. Cairan merah pekat mengalir dari luka di lengannya, membuat awak pesawat yang lain terkesiap ngeri dan sebagian penumpang menjerit ketakutan. “Diam kalian orang-orang tolol!” desis Warren dengan wajah mengerikan. Tiba-tiba, tiga orang misterius muncul dari sudut kabin pesawat. Mereka berbadan tegap dengan wajah datar dan dingin. Salah seorang di antaranya berjalan sambil melepas ikat pinggang. Semua mata menatap mereka dengan bingung. Satu di pikiran Katon, apakah tiga orang ini akan menjatuhkan si pria psikopat atau justru mereka adalah komplotannya. Pria yang melepas ikat pinggang dengan santai meraih botol minuman salah satu penumpang dan menumpahkan isinya membasahi ikat pinggang yang telah lepas dan terulur di tangannya. Mendadak, ikat pinggang silver itu mengencang dan berubah menjadi pedang. “Apa yang ...?” Katon menyentak dalam hati bersamaan d

    Last Updated : 2024-12-04
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 14

    Bos pembajak mendenguskan kepuasan melihat perubahan wajah Teguh Putra. “Tentu saja kami paham. Kita punya waktu seharian di atas pesawat ini, bukan begitu Tuan Teguh? Nona! Tolong ambilkan sampanye untuk kami,” bos pembajak duduk di depan Teguh Putra dengan sikap arogan dan melambai pada Stella untuk melayaninya. Stella yang sedari tadi membeku di ujung kabin, berjengit ketakutan ketika bos pembajak meneriakinya. Suasana di kelas ekonomi yang memiliki lebih banyak penumpang, lebih tegang. Dua orang pembajak bersenjata pedang, berdiri di lorong terpisah untuk menjaga mereka dengan tatapan tajam dan kejam. Dua awak pesawat telah dilukai dan sekarang terduduk tak berdaya di bagian tengah kabin pesawat. Area khusus awak pesawat. Stella melirik ke kedua rekan kerjanya yang menahan luka dan berwajah pucat, “Pilot dan kopilot harus tahu kondisi di sini.” Stella memberanikan diri berhenti untuk menyampaikan pendapatnya dalam bisikan. “Tidak sekarang, Stella. Aku akan mencari kesempatan n

    Last Updated : 2024-12-05
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 15

    Katon dibantu Morgan meminggirkan mayat kedua dan menumpuk di atas mayat pertama. Untung Morgan sigap menangkap tangan pembajak yang membawa pedang yang membahayakan Katon. Pria itu juga dengan cepat menarik mayat ke belakang sebelum darah pembajak mengotori kabin. “Kau, oke?” tanya Morgan kepada Katon. Morgan paham, Katon menjadi sedemikian kejam karena terprovokasi kalimat pembajak yang menghina Katon yang memiliki gen China dari neneknya. “Aku, oke,” jawab Katon setelah memeriksa tubuhnya. Ia tidak memeriksa luka, ia memeriksa jejak darah pembajak yang mungkin mengotori pakaiannya. “Ayo!” Morgan mengajaknya memburu si psikopat. Dengan bersenjata pedang rampasan. Mereka meminta penumpang yang lain untuk menutup mulut. Katon dan Morgan berjalan pelan menuju sang psikopat berada. Ternyata di ruang crew pesawat hanya ada pramugara yang membantu menutup luka pramugari senior. Tidak ada jejak psikopat. “Di mana orang gila itu?” tanya Morgan pada Edward—Pramugara. “Dia masuk ke ke

    Last Updated : 2024-12-06
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 16

    Ia kembali menerjang Morgan dengan murka. Katon yang hendak membantu Morgan, dikejutkan oleh Warren yang tiba-tiba sudah bangkit dan mengayunkan pedang ke arah Katon yang hendak menyeberang ke lorong Morgan. “Ah! Shit!” Katon berteriak terkejut ketika kelebat pedang mengarah ke muka nyaris mengiris hidung mancungnya. Untung Katon menarik mundur tepat waktu. Warren tidak memberi Katon kesempatan. Pedangnya kembali berkelebat naik dan Katon menangkis dengan pedang yang dibawanya. Warren menyeret turun lalu kembali menyabet ke atas. Katon kembali menangkis. Dua pedang kembali beradu. Katon terus-menerus diserang secara membabi buta dan Katon bisa langsung menilai. Warren gila dan sadis tapi ia tidak memiliki ilmu bela diri. Semua gerakannya acak dan ngawur. Katon perlu menyelesaikan pertarungan lebih cepat dan membantu Morgan. Katon mundur dan membuang pedangnya jauh dari jangkauan siapapun. “Hahaha ... kau menyerah? Kau ingin aku mengiris-irismu? Sini bocah tampan, main sama om.” Ka

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 244

    Acara pertunangan malam itu berlangsung meriah, penuh kehangatan dan kemewahan. Alunan musik jazz yang dimainkan secara live mengiringi setiap percakapan dan tawa yang bergaung di sepanjang taman villa. Di tengah-tengah taman, Rosalind dan Morgan berdiri sebagai pusat perhatian. Mereka berdua tampak bahagia. Bersama menyambut tamu-tamu yang datang dari berbagai belahan dunia. Saling memperkenalkan anggota keluarga, dan sesekali berbagi canda bersama para tamu yang mendekati mereka. Sebuah panggung kecil dengan latar belakang laut dan langit yang berhiaskan bintang menambah kesan romantis malam itu. Di atas panggung, band jazz memainkan lagu-lagu klasik yang mengiringi tamu-tamu saat mereka berdansa di lantai dansa yang dibentuk dari marmer putih berkilau. Para pelayan dengan seragam hitam-putih elegan bergerak luwes membawa nampan-nampan berisi minuman anggur terbaik, koktail tropis, dan mocktail segar untuk dinikmati oleh tamu. Hidangan yang disajikan sangat bervariasi, mulai d

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 243

    Suasana berbeda tampak di sebuah villa megah di Riviera Maya yang berdiri anggun di atas tebing, langsung menghadap Laut Karibia. Dikelilingi oleh pohon-pohon palem tinggi dan taman tropis yang rimbun, villa bergaya arsitektur kolonial modern dengan dinding putih bertekstur, pilar-pilar marmer, dan balkon-balkon melengkung yang langsung menghadap pemandangan laut tak terbatas. Tambahan tampak mencolok dengan lampu-lampu pesta, untaian bunga dan hiasan khas sebuah pertunangan mewah, dilengkapi dengan karpet merah yang menyambut setiap tamu yang hadir. Katon, yang belakangan ini sibuk dengan tanggung jawabnya di New York, tidak ikut mengurus pesta pertunangan adik dan sahabatnya dan hanya hadir bersama Ratih sebagai tamu undangan. Ia baru saja turun dari limousine, mengancingkan jas sambil mengedarkan pandangan ke atas, tempat villa menjulang dengan indah, sesaat kemudian, ia ulurkan tangan ke arah limousine yang terbuka dan membimbing sang istri keluar dari sana. Bersama, dalam ke

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 242

    Ratih menelengkan kepala, balas menatap suaminya, “Tujuan orang menikah memang biasanya untuk memiliki keturunan, Mas. Kecuali dari awal sudah bersepakat untuk child free.” Wanita itu diam sejenak untuk mengenali ekspresi suaminya. Saat Katon juga diam, Ratih melanjutkan kalimatnya. “Aku, tidak mau hamil selama ini karena enggan kuliah dengan perut besar. Aktifitas kampus tidak cocok untukku yang berbadan dua walau untuk sebagian orang lain mungkin tidak masalah. Sekarang, saat tidak ada lagi tuntutan kuliah, aku siap saja jika harus hamil. Mas Katon tidak ingin memiliki anak?” “Bagaimana kalau anak kita membawa genku, Ratih?” tanya Katon galau. Ratih menatap wajah suaminya yang tampan, jarang sekali wajah ini terlihat kalut. Tetapi sekarang Ratih melihat, Katon juga bisa rapuh. Ia merengkuh wajah suaminya, memberikan senyum paling tulus untuk menguatkan. “Maka anak kita akan seperti papanya. Kuat, ganteng, dan mampu menghadapi apapun.” Katon mendesah sebal, memutar matanya ke at

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 241

    Columbia University of New York sedang menunjukkan kesibukan luar biasa. Saat ini mereka sedang dalam masa Commencement week. Yaitu, minggu-minggu menjelang wisuda dilangsungkan. Upacara wisuda di Columbia University berlangsung dengan berbagai acara selama Commencement Week. Dimulai dengan setiap sekolah di bawah Columbia university menyelenggarakan upacara Class Day masing-masing, di mana nama setiap lulusan dipanggil, memberi kesempatan untuk momen yang lebih personal. Beberapa acara lain juga diselenggarakan, seperti Baccalaureate Service—upacara lintas agama yang melibatkan musik, doa, dan refleksi multikultural untuk merayakan pencapaian lulusan sarjana dari Columbia College dan Barnard College, serta sekolah-sekolah lainnya di bidang teknik dan sains. Tradisi unik lainnya adalah penyanyian lagu Alma Mater Columbia oleh seluruh komunitas, sebagai simbol kebersamaan dan perpisahan. Columbia juga memberikan University Medals for Excellence kepada individu yang berprestasi dan m

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 240

    Sebagai bisnis fashion yang menyasar level menengah ke bawah, Starlight Threads berlokasi strategis di Harlem, 214 West 125th Street, Suite 2A. Ke sanalah Katon membawa istrinya. Pagi Sabtu yang cerah menyelimuti Harlem. Matahari menyorot dari celah-celah gedung perkantoran yang sederhana tetapi berkarakter di kawasan ini. Katon membimbingnya dengan tangan yang mantap menuju bangunan tiga lantai di ujung jalan, sebuah gedung dengan dinding bata merah yang terlihat kokoh namun tidak berlebihan. Di balik kaca jendela yang lebar di lantai dua, papan nama kecil berwarna emas dengan tulisan elegan “Starlight Threads” menggantung, menandakan kegunaan bangunan ini. Ratih memperhatikan detail itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Meskipun sederhana, bangunan itu memiliki daya tarik tersendiri. Tangga menuju lantai atas diselimuti perabot industrial yang chic, dekorasi modern berpadu dengan sisa-sisa gaya klasik yang membuat tempat itu berkesan unik. Studio ini bukan hanya sekadar toko

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 239

    Katon sangat terkejut dan spontan melepaskan pelukan wanita tersebut. Katon menangkap kedua bahu wanita berbaju merah dan mendorongnya menjauh. Ia tidak memiliki keinginan melihat, siapa gerangan wanita itu. Ia lebih khawatir kepada istrinya, Katon menoleh ke arah Ratih dan mendapati wajah istrinya berubah menjadi penuh amarah dan kekecewaan. “Katon, apa kabar?” tanya Alice manis, ia tak mengindahkan Katon yang berusaha lepas dari pelukannya, mendorongnya menjauh. Bagi Alice, bertemu Katon adalah keberuntungan luar biasa. Pria ini pernah dekat dengannya, menolongnya, memberikan uang perlindungan yang tidak sedikit dan berkat Katon pula, ia selamat bahkan sekarang menjadi bagian dari wanita sukses di Manhattan. Alice Wellington. Dari bukan siapa-siapa menjadi bintang berkat Katon. Uang pemberian Katon ia manfaatkan untuk kuliah dan membuka usaha. Kini, Alice Wellington adalah pemilik Starlight Threads sebuah startup fashion yang memadukan gaya modern dengan sentuhan klasik, mengkh

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 238

    Ratih dan Katon telah kembali ke New York. Segera, mereka disibukkan oleh kegiatan masing-masing. Katon segera memimpin Growth Earth Company yang berada di Park Avenue. Pertikaiannya dengan Satria entah bagaimana menjadi perang dingin. Mungkin campur tangan Arini yang membuat Satria tidak datang menghukum langsung putera sulungnya. Yang Katon tahu, beberapa bulan ini papanya sibuk dengan kantor Growth Earth Company yang ada di Canada. Membuat Rosalind sibuk dengan Growth Earth Company yang berpusat di Jakarta. Hampir keteteran dengan bisnis skincare-nya sendiri. “Gak pengen pulang, Mas? Pegang GEC Jakarta dan kendalikan New York dari sini.” Rosalind saat menghubungi Katon melalui panggilan telepon sekedar bertukar kabar. “Tidak, terima kasih. Ratih sedang menyelesaikan tugas akhir. Dia harus fokus di sini. Masa kutinggal. Enak saja!” Rosalind menghela napas. “Kenapa , sih? Glowing Beauty-mu kan sudah jalan?” Katon memastikan kepada adiknya. Glowing Beauty ada di bawah Growth E

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 237

    Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan keajaiban pemandangan matahari terbit dari bungalow di atas air yang langsung menghadap laut. Katon, yang sudah bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan di teras pribadi mereka. Hidangan lokal seperti mas huni, campuran tuna segar dengan kelapa yang wangi, tersaji di meja bersama kopi hangat yang mengepul. Angin laut meniup lembut, menyelimuti mereka dalam suasana pagi yang sejuk dan menyegarkan. Ratih tersenyum sambil menatap jauh ke horizon, di mana matahari mulai naik perlahan, mewarnai langit dengan semburat oranye keemasan. Ia telah duduk di teras, emnikmati layanan Katon, sebagai ganti layanannya semalam. "Mas," katanya sambil mengambil seteguk kopi, "aku pengen seperti ini bisa kita bagi bersama semua keluarga, suatu hari nanti." Katon menoleh, menatapnya dengan mata bertanya. "Maksudmu, liburan besar bersama mereka di tempat seperti ini?" Ratih mengangguk. "Ya, bukankah indah rasanya kalau semua orang bisa berkumpul di sini? Mam

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 236

    Di dalam kamar tidur mereka, di bungalow mewah yang mengapung di atas perairan Maldives, Katon dan Ratih tengah menikmati malam pertama bulan madu yang tertunda. Malam itu, kamar tidur mereka terisi oleh suasana yang sempurna. Dinding kaca besar di depan tempat tidur menampakkan hamparan laut lepas berwarna biru pekat, dihiasi kilauan bintang dan rembulan yang menggantung anggun di langit. Suara ombak yang lembut menjadi irama pengantar yang menenangkan, membawa mereka ke dalam dunia penuh keintiman dan keheningan yang hanya mereka berdua miliki. Di lantai kamar, lilin-lilin aromaterapi tersebar. Masing-masing memiliki pendar kecil yang hangat, mengisi ruangan dengan aroma melati dan kayu manis lembut. Cahaya lilin yang berpendar-pendar membuat bayangan hangat di sekitarnya, mempertegas lantai kayu di sekitar lilin dengan kilaunya. Semilir angin laut masuk melalui celah balkon, membelai lembut rambut Ratih yang tergerai di pundak hingga punggung. Wanita itu sedang berada di atas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status