Share

Bab 7

Penulis: Lara Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 16:28:25

“Lepaskan dia, Brad,” pinta Katon. Brad masih menyeringai kejam ke arah Katon, jelas dia tidak akan melepaskan Alice selama Katon masih menggenggam tongkat bisbol di tangannya.

“Suruh pembantumu minggir atau aku tidak segan mengiris leher cantik ini supaya kamu tahu seberapa cerah warna darahnya?” ejek Brad kejam. Katon melambaikan tangannya kepada Morgan agar minggir yang langsung dituruti oleh pria besar itu.

Brad kembali menyeret Alice yang ketakutan bersamanya, ia menuju ke pintu keluar sambil berjalan mundur, dengan sengaja mempertontonkan wajah putus asa dan ketakutan Alice ke arah Katon dan Morgan. Sesaat setelah ia berada di luar, Brad mendorong tubuh lemas Alice ke trotoar, membuat wanita itu jatuh tak berdaya. Katon membuang tongkat bisbolnya dan memburu keluar untuk menolong Alice.

"Kamu baik-baik saja?" Katon meraih lengan gadis itu dan membawa ke pelukannya. Ia merasakan tubuh Alice menggigil ketakutan. Morgan yang ikut berlari keluar, menatap bergantian ke arah Katon yang memeluk Alice dan siluet Brad yang kabur. Ia menunggu perintah Katon untuk mengejar Brad.

“Morgan, masuklah. Selesaikan urusan dengan pemilik Brooklyn Blend agar dia tidak menghubungi polisi,” kata Katon. Wajah Morgan mengernyit. Dia sungguh terkejut ketika Katon malah menyuruhnya masuk alih-alih mengejar dan menghabisi Brad.

“Ton, aku masih bisa mengejar Brad ….”

“Masuk. Selesaikan urusan dengan pemilik Brooklyn Blend!” perintah Katon dingin.

Katon membantu Alice untuk berdiri dan membawanya kembali masuk ke dalam Brooklyn Blend yang separuh hancur. Katon menarik satu kursi terbalik dan membetulkan posisinya agar Alice bisa duduk di situ. Di saat seperti ini, barulah pemiliki Brooklyn Blend atau atasan Alice, keluar dari dalam dapur dengan wajah ketakutan, sesaat kemudian wajahnya berubah menjadi sedih bercampur marah melihat coffeshopnya setengah hancur.

“Alice … tidaaak …,” keluhnya hanya kepada Alice yang juga menatap ketakutan ke arahnya.

“Apa ini? Bagaimana aku ….” Pemilik Brooklyn Blend terbata-bata berusaha meraih benda yang masih utuh. Morgan yang sedari tadi mengikutinya dari belakang kembali mendekati pria separuh baya itu.

“Seperti kataku tadi, Sir. Jangan khawatirkan perihal kerugian finansialmu. Mister Pradipta akan mengganti semuanya, asalkan Anda tidak melapor ke polisi atas kejadian ini.” Morgan mengeluarkan kalimat dengan tenang, berbanding terbalik dengan wajahnya yang berdarah-darah. Membuat pria pemilik Brooklyn Blend menatap takut-takut dan sulit mempercayai kata-kata Morgan.

Morgan menarik napas saat menyadari kalau wajahnya terlihat mengerikan. Lengan besarnya naik ke muka dan menyeka darah di sana, lalu menggosokkan lengannya ke kaus biru navy yang ia kenakan. Katon mengeryit tidak setuju, karena Morgan mengenakan kausnya. Morgan merogoh ke dalam saku celana dan mengeluarkan dompetnya. Sesaat kemudian ia mengulurkan tangan yang membawa kartu nama ke pria paruh baya pemilik coffeshop. 

“Kartu nama tuan itu. Hubungi ketika Anda selesai menghitung kerugian. Satu syarat. Tidak ada polisi turut campur dalam masalah ini. Oke, Sir?”

Pria paruh baya pemilik Brooklyn Blend menerima kartu nama dan membaca tulisan di atasnya. Ia menoleh ke arah Katon yang langsung tersenyum menenangkan.

“Okey … a-aku akan mempertimbangkan ini,” ucapnya sambil melambaikan kartu di tangannya.

“Bagus! Sekarang kami pamit. Mohon maaf atas kerusuhan ini dan maaf kami tidak bisa membantu membersihkan. Kami tunggu tagihan Anda, Tuan.” Morgan menepuk bahu pria paruh baya itu dan berlalu meninggalkan coffeshop mengikuti Katon yang sudah membawa Alice duluan.

Katon membiarkan Morgan yang menyetir menuju ke apartemen Alice, sementara ia duduk di belakang untuk menenangkan Alice yang ada di pelukannya. Beberapa kali Morgan perlu arahan untuk tiba di apartemen Alice. Walau tidak seberapa jauh dari Brooklyn Blend, tetap saja, hanya Katon yang pernah ke sana.

Morgan memarkirkan mobil Katon di depan apartemen Alice. Ia masih melihat ke sekitar dengan mata curiga ketika Katon sudah membimbing Alice turun.

“Katon!” Desisan Morgan tidak berguna karena sahabatnya sudah berjalan sambil membimbing Alice menyeberangi jalan menuju ke apartemen. Morgan perlu mengenali lingkungan sekitar dan menilai keamanannya karena mobil mahal Katon harus parkir di area ini.

“Shit!” Morgan tidak punya pilihan selain mengikuti mereka. Ia keluar dan membanting pintu mobil agak terlalu keras lalu berlari menyeberangi jalan dan naik tangga pintu masuk sebelum Katon dan Alice menghilang dari pintu. 

Mereka bertiga masuk ke apartemen Alice, tempat yang sama telah dimasuki oleh Katon semalam. Ketika tiba di apartemennya, Alice sedikit lebih tenang. Dia membebaskan dirinya dari pelukan Katon, dan meskipun masih berwajah sedih, ia mempersilakan Katon dan Morgan untuk duduk sementara ia menyingkir ke ruangan lain dan kembali dengan membawa handuk kecil, sebaskom air dingin untuk Katon membersihkan lukanya. Alih-alih ia pakai, Katon malah menyerahkan dan membiarkan Morgan yang memakainya.

“Bersihkan dirimu, Choco Girl. Kami akan menunggu di sini,” ujarnya kepada Alice yang mengangguk dan kembali meninggalkan Katon dan Morgan.

“Jadi, semalam kau di sini?” tanya Morgan sambil memeras handuk yang baru saja ia celupkan dalam baskom air dan menggunakan handuk itu untuk membasuh mukanya yang memiliki luka. “Di mana kau tidur? Kamarnya?” lanjut Morgan ketika Katon tidak menjawab.

Katon hanya melirik ke arahnya lalu menatap datar. Morgan yang melap mukanya balas menatap Katon, matanya tampak berpikir, sejurus kemudian dia berdiri seolah pantatnya menduduki besi panas.

“Holyshit! Di sini!!” raungnya sambil menatap sofa Alice dengan jijik. Katon terkekeh pelan dan berdiri untuk menuju ke lemari es yang ada di sudut dapur. Katon membuka lemari es dan masih mendengar Morgan yang memaki-maki pelan di belakangnya dan pindah duduk ke kursi kayu di seberang sofa.

“Bir, Morg?” tawar Katon ketika melongok ke dalam lemari es Alice.

“Ambilkan satu untukku” Geram Morgan yang teredam handuk. Katon mengambil dua kaleng bir dan membawanya kembali ke ruang tamu. Mereka berdua sedang menikmati bir ketika Alice keluar dari kamarnya, sudah lebih baik dan segar sehabis mandi. Katon tersenyum dan menepuk sofa di sisinya, tanda meminta Alice agar duduk di situ. Alice melirik ke arah Morgan yang tampak cuek, dan wanita itu menyeberangi ruangan untuk duduk di sebelah Katon. 

“Aku mengambil bir di lemari esmu, Choco Girl. Kuharap tidak apa-apa?” Ijin Katon. Alice menggeleng dan tersenyum lemah.

“Tidak apa, kamu boleh menikmatinya. Aku … sungguh berterimakasih karena kamu dan Morgan sudah menyelamatkan aku malam ini,” kata Alice pelan.

“Apapun akan aku lakukan untuk membantumu, Sweet darling,” sahut Katon terdengar sambil lalu. Alice tersenyum samar. Ia merasakan perhatian Katon sekaligus sikap dingin lelaki itu. Hal itu membuat Alice sedikit bingung.

Katon memang beberapa minggu ini menjadi pelanggan tetap coffeshopnya. Ia sering berdiam di sudut dan mengerjakan sesuatu melalui laptop. Alice sering memperhatikan dan lama kelamaan interaksi mereka menjadi dekat. Hal tersebut yang membuat Alice menerima tawaran Katon untuk menemaninya pulang kemarin dan berakhir bercinta di apartemennya. 

Selama Alice sibuk dengan pikirannya sendiri, Katon tampak menyesap bir dan membuang pandangannya ke jendela. Alice menangkap sesuatu yang terasa agak berbeda dari wajah Katon. Dengan agak ragu ia bertanya, "Adakah sesuatu yang kamu pikirkan?"

Katon memandang wajah Alice, ia meminum birnya lalu meletakkan kaleng kosong itu di atas meja. "Sebenarnya ... ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu.” 

“Oh.” Wajah Alice tampak berbinar. Namun, sesaat kemudian berubah murung. Ia kesulitan menangkap arah pembicaraan Katon. Apa yang ingin dibagi pria ini, sesuatu yang membahagiakan atau malah menyedihkan?

Bab terkait

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 8

    Katon meraih tangan Alice dan menggenggamnya erat. “Aku sedikit punya urusan di Indonesia. Adikku membutuhkan bantuan. Sepertinya aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu, Alice.” Hati Alice mencelos. Katon akan meninggalkannya. Alice tertegun, matanya memandang nanar kepada sosok pria di depannya. “K-kamu akan pergi?” tanyanya gugup. Mendadak Alice merasa kosong, ia berusaha mengalihkan pandangan ke tempat lain. Katon yang masih memegang tangan Alice, menangkap perubahan mood wanita di depannya. Katon meraih kepala Alice, ia menelisik rambut wanita itu dan menyelipkannya ke belakang telinga. “Jangan khawatir, honey. Aku tidak pergi untuk selamanya. Segera setelah urusanku selesai, aku akan kembali. Saat ini, kurasa lebih baik jika dirimu tidak tinggal sendiri di apartemen.” Selama Katon berusaha menenangkan Alice, Morgan membuang muka ke arah lain dan hanya sesekali menatap interaksi dua orang berbeda gender di depannya. Saat akhirnya ia memandangi Katon menghibur wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 9

    Satu minggu jelang kepulangannya ke Indonesia, Katon sudah mulai mempersiapkan diri. Saat akan membeli tiket, Morgan mendesakkan sesuatu padanya. Sebuah ide cemerlang, menurut Morgan. Bahwa ia harus ikut Katon ke Indonesia untuk mengawal sahabatnya. Saat itu mereka berdua sedang berada di pusat perbelanjaan terbesar di New York. Di sebuah toko khusus peralatan olahraga. Keduanya berdiri di depan layanan pembayaran untuk membeli drysuit, masker diving dan regulator diving yang baru pesanan Katon. Pria ini baru saja berbelanja keperluan scuba diving yang terbaru setelah drysuit lamanya terkoyak karena tertusuk terumbu karang ketika ia menyelam di Great Barrier Reef, di pesisir timur laut Australia beberapa bulan lalu. “Kau. Mengawalku?” tanya Katon dengan wajah heran dan menunjuk dada Morgan maupun dadanya secara bergantian. Morgan mengangguk dengan mantap. Kedua tangannya yang berkacak pinggang makin menguatkan aura marinir atau bodyguard. Mereka berbicara seolah hanya berdua di rua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 10

    Satu persatu bayangan gelap bersenjata tongkat besi tiba di lantai unit apartemen Katon berada. Mereka bergerak secara sistematis melalui pintu darurat dan dengan ahli berusaha menghindari sorotan kamera CCTV yang letaknya sudah mereka ketahui berdasar informasi sekuriti apartemen yang bekerja sama dengan gangster. Satu orang berjongkok di depan pintu unit apartemen Katon dan mencongkel kunci pintu dari luar. Ia berhasil merusak nyaris tanpa suara dan pintu apartemen berhasil dibobol. Sekelompok orang ini, mengenakan pakaian hitam dari kepala hingga kaki, dengan gestur yang menunjukkan mereka sudah terbiasa melakukan kejahatan. Satu persatu mulai memasuki apartemen. Gerakan mereka lakukan dengan hati-hati dan sistematis. Langkah-langkah mereka hampir tidak bersuara, seolah-olah mereka telah berlatih berkali-kali untuk situasi ini. berpencar, mereka menyusuri koridor menuju berbagai ruangan dalam apartemen, dengan tujuan yang hanya mereka yang tahu. Di dalam apartemen tersebut, suasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 11

    Mendadak sambungan diangkat dan Katon mendengar dari telinganya, suara Alice yang terdengar mengantuk. “Choco Girl, are you okay?” tanya Katon khawatir. “Yea. I’m fine. Kenapa …?” “Choco Girl, amankan rumahmu. Pastikan keluargamu mengunci dengan baik dan bawa handphone dekat denganmu, hm? Hubungi polisi jika ada hal yang mencurigakan,” kata Katon. “Ada apa sebenarnya, Katon?” “Kurasa Brad masih belum selesai marah padaku, dia mengirim anggota genk lain ke apartemen.” “Apa?! Katon, kamu oke?” “Please Choco Girl. Aku sekuat Superman. Teman Brad yang jadi bubur. Aku matikan teleponnya, sweet baby. Aku perlu menghubungi polisi.” Tanpa menunggu jawaban Alice, Katon langsung mematikan sambungan untuk menghubungi pihak berwajib. Setelah penyerangan di apartemen Katon, polisi dan petugas medis berdatangan sesuai laporan kepolisian. Mereka berkumpul di lantai unit Katon hingga menyebar masuk ke seluruh ruangan milik pria itu. Katon dan Morgan yang hanya mengalami luka tidak serius, men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 12

    Untungnya permasalahan tidak berlarut-larut sehingga membuat jadwal Katon untuk pulang ke Indonesia menjadi mundur. Brian Thomas Davis, pemilik Brooklyn Blend, bersedia menarik laporan setelah menerima ganti rugi dari Katon. Kelihatan jelas bahwa tindakannya melapor ke polisi hanya didasari ketidakpercayaan pada penampilan Katon dan Morgan kala itu. Sementara untuk kasus pengrusakan di apartemennya, Katon sudah menyerahkan segala urusan kepada Sersan Terence Monahan selama ia pulang kembali ke Indonesia. “Ponsel Anda harus bisa dihubungi selama 24 jam penuh ketika Anda berada di Indonesia, Sir,” kata Sersan Terence ketika Katon dan Morgan terakhir berkunjung ke NYPD untuk menyelesaikan laporan mereka. “Tentu saja, Sersan Monahan. Saya siap dihubungi 24 jam,” jawab Katon tegas seraya mengulurkan tangan kanan dan mengajak berjabatan. Pertanda dia tidak mau lebih lama lagi menghabiskan waktu di kantor NYPD. Katon dan Morgan meninggalkan NYPD untuk bergegas pergi ke Bandara Internasio

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 13

    Pria berwajah psikopat itu bernama Michael Warren, ia bergerak secepat kilat menyandera pramugari dan kelihatan sengaja melukainya. Cairan merah pekat mengalir dari luka di lengannya, membuat awak pesawat yang lain terkesiap ngeri dan sebagian penumpang menjerit ketakutan. “Diam kalian orang-orang tolol!” desis Warren dengan wajah mengerikan. Tiba-tiba, tiga orang misterius muncul dari sudut kabin pesawat. Mereka berbadan tegap dengan wajah datar dan dingin. Salah seorang di antaranya berjalan sambil melepas ikat pinggang. Semua mata menatap mereka dengan bingung. Satu di pikiran Katon, apakah tiga orang ini akan menjatuhkan si pria psikopat atau justru mereka adalah komplotannya. Pria yang melepas ikat pinggang dengan santai meraih botol minuman salah satu penumpang dan menumpahkan isinya membasahi ikat pinggang yang telah lepas dan terulur di tangannya. Mendadak, ikat pinggang silver itu mengencang dan berubah menjadi pedang. “Apa yang ...?” Katon menyentak dalam hati bersamaan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 14

    Bos pembajak mendenguskan kepuasan melihat perubahan wajah Teguh Putra. “Tentu saja kami paham. Kita punya waktu seharian di atas pesawat ini, bukan begitu Tuan Teguh? Nona! Tolong ambilkan sampanye untuk kami,” bos pembajak duduk di depan Teguh Putra dengan sikap arogan dan melambai pada Stella untuk melayaninya. Stella yang sedari tadi membeku di ujung kabin, berjengit ketakutan ketika bos pembajak meneriakinya. Suasana di kelas ekonomi yang memiliki lebih banyak penumpang, lebih tegang. Dua orang pembajak bersenjata pedang, berdiri di lorong terpisah untuk menjaga mereka dengan tatapan tajam dan kejam. Dua awak pesawat telah dilukai dan sekarang terduduk tak berdaya di bagian tengah kabin pesawat. Area khusus awak pesawat. Stella melirik ke kedua rekan kerjanya yang menahan luka dan berwajah pucat, “Pilot dan kopilot harus tahu kondisi di sini.” Stella memberanikan diri berhenti untuk menyampaikan pendapatnya dalam bisikan. “Tidak sekarang, Stella. Aku akan mencari kesempatan n

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 15

    Katon dibantu Morgan meminggirkan mayat kedua dan menumpuk di atas mayat pertama. Untung Morgan sigap menangkap tangan pembajak yang membawa pedang yang membahayakan Katon. Pria itu juga dengan cepat menarik mayat ke belakang sebelum darah pembajak mengotori kabin. “Kau, oke?” tanya Morgan kepada Katon. Morgan paham, Katon menjadi sedemikian kejam karena terprovokasi kalimat pembajak yang menghina Katon yang memiliki gen China dari neneknya. “Aku, oke,” jawab Katon setelah memeriksa tubuhnya. Ia tidak memeriksa luka, ia memeriksa jejak darah pembajak yang mungkin mengotori pakaiannya. “Ayo!” Morgan mengajaknya memburu si psikopat. Dengan bersenjata pedang rampasan. Mereka meminta penumpang yang lain untuk menutup mulut. Katon dan Morgan berjalan pelan menuju sang psikopat berada. Ternyata di ruang crew pesawat hanya ada pramugara yang membantu menutup luka pramugari senior. Tidak ada jejak psikopat. “Di mana orang gila itu?” tanya Morgan pada Edward—Pramugara. “Dia masuk ke ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 118

    Katon menahan napas dan mulai menata lengannya, lalu ia memutar perlahan melawan arah sebelumnya dan terdengar sekali lagi derak tulang sendi bahu kembali ke posisinya lagi. Ia melemaskan lengan sambil mempercepat langkah menuju ke wanita yang masih terkapar di tanah. “Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya Katon seraya memeriksa nadi di leher wanita tersebut. Masih terasa tetapi lemah dan mata wanita itu tertutup dengan napasnya yang pendek-pendek. Dengan satu tangan masih memeriksa nadi leher wanita itu, Katon memakai tangan yang lain untuk merogoh ponsel dan menghubungi 192, panggilan darurat layanan keselamatan di Brazil. Tidak perlu waktu lama dari waktu menghubungi hingga tim medis datang. Katon yang berkewajiban menunggu mencoba menghubungi nomor ponsel Ratih tetapi tidak terjawab. Akhirnya Katon memilih menghubungi Morgan dan memberitahukan posisi dan keperluannya saat ini. “Mereka memintamu ikut ke Rumah Sakit?” tanya Morgan. “Ya, karena korbannya pingsan dan aku harus ikut untu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 117

    Katon dibantu Morgan menambatkan perahu mereka ke geladak pelabuhan sungai, mengikatnya dengan tali yang terbuat dari serat pohon. Setelah dua hari berlayar melalui hutan Amazon yang lebat, rombongannya akhirnya tiba kembali di pelabuhan sungai kota kecil Seringueiras. Matahari terbenam menyinari permukaan air, menciptakan kilauan emas di permukaan gelombang. Ratih melangkah keluar dari perahu, kakinya menginjak pasir halus. Sarah dan Emily mengikutinya. Wajah ketiganya tampak lelah. Namun, lega juga terpancar di sana. Katon yang telah selesai menambatkan perahu kini bekerja sama dengan Stuart, Christopher dan Daniel untuk menurunkan sisa barang-barang mereka dari atas perahu. Dengan membawa barang-barang yang tidak seberapa, rombongan meninggalkan pelabuhan dan memasuki kota Serinqueiras yang masih ramai menjelang senja ini. Mereka kembali check-in ke hotel kecil tempat mereka menginap saat tiba pertama kali di sini. Segera, Katon kehilangan tunangannya karena wanita itu tidak me

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 116

    Rombongan Katon dan Ratih meninggalkan pemukiman Urarina tanpa dilepas oleh Palmera dan Omwezi. Mereka hanya diantar oleh Spit, sebagian pasukannya dan Kino yang memang selalu bersama mereka dua hari terakhir. Remaja pria itu memakai pakaian terbaiknya dan kulit tubuhnya dicat biru terang. Sekarang Katon paham mengapa petinggi Urarina dicat biru. Karena mengacu pada Virola dan bunga biru terangnya. Seolah pimpinan mereka diletakkan pada trah tertinggi dan tetap dalam lindungan Virola. Katon dan Kino berjalan beriringan di pusat rombongan, sedangkan Ratih memilih berjalan di belakang Katon. Langkah membawa mereka memasuki hutan kembali. Daun lebat dan rimbun menutupi langit, menciptakan keteduhan yang misterius. Udara lembap dan berbau tanah basah memenuhi hidung mereka. Mereka telah meninggalkan pemukiman Suku Kuno Urarina, dan sekarang, hutan hujan Amazon membuka di hadapan mereka. Mereka melangkah lebih dalam. Suara burung-burung hutan mengiringi mereka, menyanyikan lagu-lagu ya

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 115

    Manusia-manusia modern menatap penuh horor, kedua tubuh yang perlahan menghilang dibalik belitan anakonda raksasa yang bergulung-gulung di tepi sungai. Mereka mendadak menyadari mengapa mereka semua dibawa kesini. Entah menjadi saksi sebuah penghukuman seperti sekarang atau malah menjadi yang terhukum. Mengingat mereka semua dibawa dengan terikat dan disiksa tak manusiawi, semuanya memiliki kesimpulan yang sama. Para manusia modern semula dibawa kesini untuk dikorbankan kepada anakonda raksasa. Entah apa yang diucapkan Kino sehingga hukuman berbalik arah hanya mengorbankan dua orang suku mereka sendiri. Sementara para manusia terasing menunduk penuh khidmat selama ssota meremukkan kedua tubuh warga mereka lalu menghilang kembali dalam air sungai. Setelah prosesi hukuman yang mengerikan itu berakhir. Palmera mengayunkan tangan kepada kedua wakilnya yang sontak bergerak serasi. Berjalan kembali ke arah rombongan jauh dari sungai tetapi sambil memetik bunga-bunga biru. Saat tiba kemb

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 114

    Kembali semua terkesiap dan memekik terkejut. Stuart baru saja menembak wakil Palmera untuk memperingatkan agar orang itu diam tidak bergerak. Peluru Colt Stuart nyaris menghancurkan kaki wakil Palmera. “Hemat pelurumu, setan alas!” seru Morgan. “Dari tadi panggilin setan alas melulu. Setannya beneran keluar kamu yang pusing!” ejek Stuart ke muka Palmera yang merah padam. Ratih yang sudah membebaskan teman-temannya sekarang menuju ke arah Katon dan berusaha menyadarkan pria itu. “Jadi apa salah kami, Palmera? Mengapa kami dibawa ke sini? Tidak untuk wisata kurasa? Air terjunmu tidak sebagus itu. Dan kalau memang wisata kenapa kami diikat?” omel Stuart. “Kau butuh penterjemah kan sekarang? Hm? Atau kubunuh saja kau ya? Aku yakin teman-teman avatarmu sekalian wargamu bakalan menangis. Atau malah seneng kalau kamu mampus? Bagaimana?” Stuart berkata jahat sambil menempelkan moncong Colt pada dahi Palmera yang tetap menatap dengan marah. Terdengar suara ceklik ketika Stuart menarik tu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 113

    Sarah menjerit ketakutan dan kemudian menangis meraung-raung. Di dekatnya Ratih seketika berwajah pucat sedangkan Emily merosot pingsan dan tetap diseret oleh penawannya. Sekarang Katon tahu apa penyebab ketiga wanita tersebut berekspresi demikian. Seekor anakonda dengan lingkar tubuh sebesar pria dewasa. Tak diketahui berapa panjangnya karena ia melata di tanah, di antara batang pohon dan rerumputan sisi kanan mereka. Warna sisik anakonda itu kuning emas dan corak berlian berwarna hitam. Berbeda dengan anakonda hijau yang mereka lihat di sungai. Gerakannya yang melata sajalah yang membuatnya dikenali sebagai anakonda karena sejatinya, warna sisik dan motifnya malah mirip jaguar. Entah di mana kepala atau ekor anakonda itu. Tetapi melihat dari luncuran tubuhnya yang tampak di sela-sela rerumputan, anakonda tersebut berjalan mengiringi para tawanan dan Suku Kuno Urarina menuju pusat curug, air terjun yang indah di depan mereka. {Yang mulia ssota menunggu kita!} desis beberapa warga

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 112

    {Lihat Palmera! Teman asingmu tidak tampak bersalah telah menyerang dan menghajar kami, hanya karena kami mengejarnya ke sungai} lapor Empewo. {Kami menuntut keadilan. Dia harus dihukum adat!} desis Ekitala. Wajah keduanya hancur dan masih menyisakan darah yang mengering. Namun, mereka bisa bicara dengan baik. Meletupkan emosi, meskipun mereka menggunakan bahasa kuno tetapi Katon dapat merasakan kemarahannya. Dan sekarang emosi yang sama terpantul di wajah Palmera. Perasaan Katon tidak enak. Ia ulurkan tangan kanannya dan sedikit merunduk. Ia bermaksud menenangkan Palmera dan meminta ijin meletakkan tempayan air untuk kemudian menjelaskan posisinya. Baru saja Katon meletakkan tempayan ke tanah, Kaki Ekitala menghajar dadanya dan membuatnya terpental ke belakang sejauh satu setengah meter. Tempayannya terbanting dan pecah, menumpahkan isinya kemana-mana. Katon terbatuk karena udara dipaksa keluar dari paru-parunya secara mendadak. Belum sempat ia bergerak lebih jauh, prajurit pe

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 111

    Pagi menjelang. Udara terasa sangat dingin. Kabut bahkan menjalar masuk melalui bagian bawah pintu yang tidak tertutup sempurna, maupun jendela yang tak berpenutup. Tetapi Ratih yang membuka matanya terbangun dengan rasa nyaman. Selain kakinya tidak lagi sakit, iapun merasa hangat dan terlindungi. Sesaat kemudian barulah ia sadar kalau dirinya ada di dalam pelukan Katon dan mereka memakai satu selimut bersama. Ia memakai lengan Katon sebagai bantal, tangan Katon yang lain memeluknya. Kaki Katon melibat dan membungkus kakinya di dalam selimut. Wajah mereka sedemikian dekat. Ratih tidak ingat, kapan ia jatuh tertidur. Yang pasti, tunangannya masih sibuk memijit kakinya. Maka sekarang melihat Katon masih tertidur lelap, Ratih tidak tega langsung bergerak bangun dan berpotensi menganggu Katon. Ratih menatap wajah lelaki yang memaksakan diri menjadi tunangannya. Lelaki ini bernapas teratur. Dengkurnya halus bukan termasuk dengkur yang menganggu. Malah seperti musik yang menenangkan kar

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 110

    Ratih berderap di depan Katon dan menyeret pria itu bersamanya. Katon tersenyum, melihat kuatnya cengkeraman Ratih di pergelangan dan jalannya yang cepat dan menghentak-hentak, sepertinya tunangan cantiknya ini memang baik-baik saja. Katon pasrah diseret oleh Ratih. Asal tangannya masih digandeng kekasihnya itu. Sepertinya obrolan sebelum perkelahian akhirnya menenangkan Ratih. Kemarahannya sekarang mungkin manifestasi dari rasa cemburu bercampur tersinggung atas perbuatan dua prajurit Palmera. Katon yang mengenal banyak wanita, bisa memperkirakan segala tindakan Ratih. Mereka masuk ke pemukiman dan hanya disambut sepi. Seluruh warga Urarina yang berusia dewasa mungkin masih di lapangan sementara wanita yang memiliki bayi dan anak-anak maupun remaja mungkin sudah masuk ke rumah masing-masing. Katon membayangkan Palmera sedang beraktifitas dengan Omwezi membuatnya menarik Ratih dan gadis itu mental ke belakang dan dipeluk Katon. “Kita pulang aja, yuk? Aduh!!” Ratih tidak tinggal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status