Share

Bab 3

Penulis: Lara Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 15:47:12

New York pagi hari.

Katon membuka mata perlahan-lahan, ia bangun dari kasur empuk di apartemen mewahnya di Manhattan. Meskipun semalam ia baru saja berkelahi melawan enam orang, tidak ada tanda-tanda luka di tubuhnya.

Dengan gerakan lincah, Katon bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju ruang olahraga pribadi. Baginya, latihan karate setiap pagi adalah kebutuhan. Latihan fisik dan mental ini menjadi sumber kekuatannya, memberikan ketenangan dan kesiapan untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang.

Setelah mengenakan pakaian olahraga yang nyaman, Katon mulai melakukan pemanasan dengan gerakan-gerakan yang lembut namun penuh konsentrasi. Tepat ketika Katon bersiap untuk memulai latihan karate yang intens, telepon genggamnya berdering. Dia mengambil ponsel dan melihat panggilan masuk dari Alice. Tanpa ragu, Katon menerima panggilan itu.

"Pagi, Choco Girl! Apakah aku begitu mempesonamu sehingga sepagi ini kau sudah merindukanku?" sapa Katon dengan suara hangat. Alice tidak langsung menjawab. Ia tidak merespon candaan Katon.

"Katon, apakah kau baik-baik saja?" jawab Alice dengan nada khawatir.

Katon mengenali nada tidak tenang itu. Ia mengira Alice mengetahui peristiwa pengeroyokan semalam. Brad, kekasih Alice tentu melampiaskan marahnya pada Alice juga. Terbersit rasa khawatir di hati Katon.

"Aku baik-baik saja, Alice. Bagaimana denganmu? Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?" tanya Katon sambil melanjutkan gerakan pemanasan.

"A-aku akan menemuimu di apartemen. Apakah tidak apa-apa?" tanya Alice dengan serius.

Katon menghentikan gerakannya sejenak, menyadari mendesaknya nada Alice. Mungkin wanita ini butuh perlindungan. Katon segera fokus kepada Alice.

"Please, Alice. Datanglah. Pintu apartemenku terbuka untukmu," jawab Katon dengan tegas. Alice mendesah pelan, terdengar sedikit lega.

“Aku akan ke sana,” ujar Alice cepat dan memutuskan sambungan

Katon mematikan sambungan ponselnya. Dia jadi berubah pikiran setelah berbicara dengan Alice. Mungkin lebih baik kalau latihan hari ini diganti jogging saja. Katon bersiap-siap dalam apartemennya di Manhattan. Udara segar dan semangatnya membara ketika dia memutuskan untuk pergi jogging ke Central Park. Dengan sepatu olahraga yang terikat erat di kaki dan pakaian yang nyaman, dia melangkah keluar dari gedung apartemen. Ada tiga pilihan rute lari ke Central Park dan Katon memutuskan untuk memilih rute terpanjang. Rute Central Park West.

Katon mulai berlari di sepanjang sisi barat Central Park, melewati gedung-gedung bersejarah Museum Sejarah Alam Amerika. Ia menuju ke arah barat menuju Jalan 8th Avenue, lalu belok ke utara menuju jalan-jalan kota dan melintasi Columbus Circle menuju Central Park West. Setelah tiba di Central Park, Katon memilih berlari mengitari taman hijau luas dan pepohonan yang rimbun.

Tak lama setelah memulai joggingnya, Katon melihat sahabatnya, Morgan Maxwell, sedang duduk di sebuah bangku di dekat jalur lari. Katon mendekatinya dengan wajah heran.

“Bro!” sapa Morgan, ia mendekati Katon untuk bersalaman dengan penuh semangat. Morgan mengingatkan Katon tentang rencana mereka mendaki Gunung Everest, sebuah petualangan yang telah mereka impikan sejak lama.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Katon dengan tatapan curiga.

“Jogging, bro. Menurutmu?!”

“Entahlah. Sesuatu terselubung? Hoboken, Central Park? Yeah, right!” Katon meragukan jawaban Morgan dan terbukti sekarang Morgan terbahak dengan kalimat pedas Katon yang mempertanyakan mengapa Morgan yang tinggal di Hoboken harus pergi sejauh 4,1 mil untuk jogging di Cental Park?

Katon memutuskan mengabaikan keberadaan sahabatnya di sekitar apartemen miliknya. "Kemarin Rose menghubungiku, dia ingin aku pulang ke Indonesia di akhir bulan ini," kata Katon sambil mengatur napasnya. "Dia ingin aku hadir di peresmian perusahaan miliknya dan keluargaku pun sudah merindukanku."

“Kamu yakin? Mungkin mereka memancingmu datang supaya papamu bisa menendang pantatmu!” tukas Morgan kasar, membalas kalimat pedas sahabatnya. Katon mendengus dan meninju bahu Morgan yang kemudian terkekeh.

“Kita harus batalkan kembali rencana untuk naik ke Everest, Morg.” ujar Katon sambil membetulkan tali sepatunya.

Morgan mengangguk. "Toh, kita tidak akan sampai di puncak Everest, kita hanya bersenang-senang dan mencari wanita. So, kalau kamu mau membatalkan, no problem."

Katon dan Morgan melanjutkan jogging mereka di Central Park. Keduanya tampak luar biasa dengan postur nyaris setara. Morgan memiliki tinggi badan yang sama dengan Katon, 187 sentimeter. Namun, perawakan Morgan sedikit lebih besar. Morgan bisa saja dikira US Navy, hanya saja ia memiliki rambut sedikit gondrong yang membuatnya tampak urakan.

Selepas jogging, Morgan mengikuti Katon pulang ke apartemennya. Katon sudah bisa langsung menduga, kalau semalam Morgan menghabiskan waktu dengan wanita di sekitar Manhattan dan sekarang terlalu malas untuk pulang. Lebih memilih ikut ke apartemen Katon.

“Pria brengsek!” desis Katon sambil menyeberangi ruang tamu.

“Siapa? Kau?” ujar Morgan yang mengikutinya. Katon mendengus tertawa, ia mengabaikan sahabatnya dan enteng saja menarik kaus yang ia kenakan melalui leher dan menarik lepas melewati kepala, memamerkan punggung kekarnya.

“Woohoo! Apa ini?? Ada yang berpesta semalam?” Morgan yang mengejar Katon dan mendorong tinjunya ke bahu belakang Katon.

“Akh!”

“Pria brengsek yang manja?” ejek Morgan dengan satu alis terangkat. Katon yang merasa nyeri di bagian belakang bahunya yang ditekan Morgan, berusaha melongok bahu belakang tetapi tidak berhasil. Akhirnya Katon menggunakan pantulan bayangannya di kaca dan mendapati bahu belakangnya memar.

“Darn it!” makinya pelan. Morgan terkekeh mendengar Katon emosi. Ia mendorong bahu memar Katon sekali lagi membuat pria itu mengerang kasar. “Aku mendapat hadiah dari pria-pria Brooklyn.”

“Perlu bantuan menampar mereka?” goda Morgan.

“Shut up, Morg!” bentak Katon sambil masuk ke kamar mandi meninggalkan ruang tengah yang sekarang menggemakan tawa Morgan.

Selama Katon mandi, Morgan bergerak bebas di dalam apartemen Katon. Mereka memang sudah bersahabat lama dan saling mengandalkan satu sama lain. Morgan mengangkat bahu ketika menyalakan digital MP4 player canggih milik Katon. Segera saja suara John Legend mengalun lembut dalam All of Me-nya. Dan Morgan mengangkat alis. Lagu romantis? Yeah, right!

“Hoi, moron! Wanita mana lagi yang kau rayu kemarin!” teriak Morgan ke arah kamar mandi. Tentu saja teriakannya sia-sia karena Katon walaupun mendengar tentu saja akan mengabaikan. Morgan baru saja hendak meneriaki Katon lagi ketika suara bel pintu apartemen berbunyi. Ia menoleh ke arah pintu kemudian menuju ke foyer sambil menggerutu.

Bab terkait

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 4

    Sebagai sahabat Katon, Morgan belajar pada kehidupan sahabat semenjak SMP-nya ini, yang entah bagaimana bisa keras dan berbahaya. Ia tidak langsung membuka pintu tapi memeriksa melalui kamera pengawas. “Tentu saja!” gerutu Morgan secepat matanya selesai memindai kamera pengawas. Pada kamera itu terpantul citra seorang wanita. Kulitnya sedikit kecoklatan, entah asli ataukah hasil dari berjemur di bawah matahari. Rambut panjangnya berwarna coklat keemasan. Wanita ini memiliki mata yang cantik yang saat ini memancarkan kekhawatiran. “Siapa?” tanya Morgan setelah memencet tombol interkom. “Uhm, ehm, apakah Katon ada? Dia baik-baik saja?” tanya wanita tersebut tanpa bisa menyembunyikan nada khawatir. “Motherfucker!” maki Morgan dalam hati. “Yea, ada. Dia ada. Dan pria itu baik-baik saja. Boleh aku tahu siapa namamu, Miss?” “Alice. Alice Wellington.” Morgan memastikan wanita itu ‘bersih’ dan dia membuka pintu sambil mengomel keras dalam hati. “Silakan masuk, Miss. Tunggulah di sini se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 5

    “A-aku ingin minta maaf atas apa yang sudah diperbuat oleh Brad.” Alice tergugu di depan Katon. “It's okay, Alice. Jangan khawatirkan aku," jawab Katon menenangkan wanita yang sedang ada di hadapannya saat ini dan melanjutkan kalimatnya dalam hati, “Pacarmu yang babak belur.” “Katon nyaris terluka, untunglah patroli polisi lewat sehingga Katon selamat. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya kalau tidak ada patroli polisi,” imbuh Morgan manipulatif, tidak jauh berbeda dengan Katon. Dari balik sikap dinginnya, Morgan sengaja tunjukkan ekspresi kesedihan, untuk menambah keyakinan dari drama yang sudah Morgan dan Katon skenariokan. Mendengar semua ini, Alice spontan menumpahkan derai air mata lagi, di balik katupan kedua tangan ke wajah cantiknya. Alice terlihat sekali, menyesali apa yang terjadi pada pria yang disukainya ini. Perasaan empati Alice muncul, ketika cinta juga memberikan simpati. Katon melemparkan tatapan tajam ke arah Morgan ketika Alice menutup wajah da

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 6

    Lelaki dewasa yang paling dekat dengan Katon berteriak sambil mengayunkan tongkat bisbolnya dengan ganas dan terarah ke kepala. Katon sudah tidak bisa lagi memikirkan posisi Morgan, terpaksa membiarkan sahabatnya bertarung demi dirinya sendiri. Katon membanting tubuhnya kesamping untuk menghindari pukulan tongkat bisbol sekaligus menyabet kaki penyerangnya. Pria lawannya jatuh berdebam di lantai keras dan mengeluarkan sumpah serapah. Katon kembali berdiri dan melancarkan pukulan ke arah dua pria yang mengeroyoknya dari sisi yang berbeda. Sudah tidak ada waktu untuk menggunakan jurus karate, Katon spontan menggunakan gaya petarung jalanan seperti yang Morgan biasa lakukan. Jab dan hook Katon bergantian menghajar musuh-musuhnya hingga jatuh. Upper cut-nya menghajar dagu satu musuh dan melemparkan lawan itu menabrak konter dapur, menghamburkan gelas di atasnya menjadi kepingan. Ketika mendapat ruang lebih leluasa, barulah Katon secara reflek mengeluarkan jurus karatenya. Katon mula

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 7

    “Lepaskan dia, Brad,” pinta Katon. Brad masih menyeringai kejam ke arah Katon, jelas dia tidak akan melepaskan Alice selama Katon masih menggenggam tongkat bisbol di tangannya. “Suruh pembantumu minggir atau aku tidak segan mengiris leher cantik ini supaya kamu tahu seberapa cerah warna darahnya?” ejek Brad kejam. Katon melambaikan tangannya kepada Morgan agar minggir yang langsung dituruti oleh pria besar itu. Brad kembali menyeret Alice yang ketakutan bersamanya, ia menuju ke pintu keluar sambil berjalan mundur, dengan sengaja mempertontonkan wajah putus asa dan ketakutan Alice ke arah Katon dan Morgan. Sesaat setelah ia berada di luar, Brad mendorong tubuh lemas Alice ke trotoar, membuat wanita itu jatuh tak berdaya. Katon membuang tongkat bisbolnya dan memburu keluar untuk menolong Alice. "Kamu baik-baik saja?" Katon meraih lengan gadis itu dan membawa ke pelukannya. Ia merasakan tubuh Alice menggigil ketakutan. Morgan yang ikut berlari keluar, menatap bergantian ke arah Katon

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 8

    Katon meraih tangan Alice dan menggenggamnya erat. “Aku sedikit punya urusan di Indonesia. Adikku membutuhkan bantuan. Sepertinya aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu, Alice.” Hati Alice mencelos. Katon akan meninggalkannya. Alice tertegun, matanya memandang nanar kepada sosok pria di depannya. “K-kamu akan pergi?” tanyanya gugup. Mendadak Alice merasa kosong, ia berusaha mengalihkan pandangan ke tempat lain. Katon yang masih memegang tangan Alice, menangkap perubahan mood wanita di depannya. Katon meraih kepala Alice, ia menelisik rambut wanita itu dan menyelipkannya ke belakang telinga. “Jangan khawatir, honey. Aku tidak pergi untuk selamanya. Segera setelah urusanku selesai, aku akan kembali. Saat ini, kurasa lebih baik jika dirimu tidak tinggal sendiri di apartemen.” Selama Katon berusaha menenangkan Alice, Morgan membuang muka ke arah lain dan hanya sesekali menatap interaksi dua orang berbeda gender di depannya. Saat akhirnya ia memandangi Katon menghibur wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 9

    Satu minggu jelang kepulangannya ke Indonesia, Katon sudah mulai mempersiapkan diri. Saat akan membeli tiket, Morgan mendesakkan sesuatu padanya. Sebuah ide cemerlang, menurut Morgan. Bahwa ia harus ikut Katon ke Indonesia untuk mengawal sahabatnya. Saat itu mereka berdua sedang berada di pusat perbelanjaan terbesar di New York. Di sebuah toko khusus peralatan olahraga. Keduanya berdiri di depan layanan pembayaran untuk membeli drysuit, masker diving dan regulator diving yang baru pesanan Katon. Pria ini baru saja berbelanja keperluan scuba diving yang terbaru setelah drysuit lamanya terkoyak karena tertusuk terumbu karang ketika ia menyelam di Great Barrier Reef, di pesisir timur laut Australia beberapa bulan lalu. “Kau. Mengawalku?” tanya Katon dengan wajah heran dan menunjuk dada Morgan maupun dadanya secara bergantian. Morgan mengangguk dengan mantap. Kedua tangannya yang berkacak pinggang makin menguatkan aura marinir atau bodyguard. Mereka berbicara seolah hanya berdua di rua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 10

    Satu persatu bayangan gelap bersenjata tongkat besi tiba di lantai unit apartemen Katon berada. Mereka bergerak secara sistematis melalui pintu darurat dan dengan ahli berusaha menghindari sorotan kamera CCTV yang letaknya sudah mereka ketahui berdasar informasi sekuriti apartemen yang bekerja sama dengan gangster. Satu orang berjongkok di depan pintu unit apartemen Katon dan mencongkel kunci pintu dari luar. Ia berhasil merusak nyaris tanpa suara dan pintu apartemen berhasil dibobol. Sekelompok orang ini, mengenakan pakaian hitam dari kepala hingga kaki, dengan gestur yang menunjukkan mereka sudah terbiasa melakukan kejahatan. Satu persatu mulai memasuki apartemen. Gerakan mereka lakukan dengan hati-hati dan sistematis. Langkah-langkah mereka hampir tidak bersuara, seolah-olah mereka telah berlatih berkali-kali untuk situasi ini. berpencar, mereka menyusuri koridor menuju berbagai ruangan dalam apartemen, dengan tujuan yang hanya mereka yang tahu. Di dalam apartemen tersebut, suasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 11

    Mendadak sambungan diangkat dan Katon mendengar dari telinganya, suara Alice yang terdengar mengantuk. “Choco Girl, are you okay?” tanya Katon khawatir. “Yea. I’m fine. Kenapa …?” “Choco Girl, amankan rumahmu. Pastikan keluargamu mengunci dengan baik dan bawa handphone dekat denganmu, hm? Hubungi polisi jika ada hal yang mencurigakan,” kata Katon. “Ada apa sebenarnya, Katon?” “Kurasa Brad masih belum selesai marah padaku, dia mengirim anggota genk lain ke apartemen.” “Apa?! Katon, kamu oke?” “Please Choco Girl. Aku sekuat Superman. Teman Brad yang jadi bubur. Aku matikan teleponnya, sweet baby. Aku perlu menghubungi polisi.” Tanpa menunggu jawaban Alice, Katon langsung mematikan sambungan untuk menghubungi pihak berwajib. Setelah penyerangan di apartemen Katon, polisi dan petugas medis berdatangan sesuai laporan kepolisian. Mereka berkumpul di lantai unit Katon hingga menyebar masuk ke seluruh ruangan milik pria itu. Katon dan Morgan yang hanya mengalami luka tidak serius, men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 118

    Katon menahan napas dan mulai menata lengannya, lalu ia memutar perlahan melawan arah sebelumnya dan terdengar sekali lagi derak tulang sendi bahu kembali ke posisinya lagi. Ia melemaskan lengan sambil mempercepat langkah menuju ke wanita yang masih terkapar di tanah. “Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya Katon seraya memeriksa nadi di leher wanita tersebut. Masih terasa tetapi lemah dan mata wanita itu tertutup dengan napasnya yang pendek-pendek. Dengan satu tangan masih memeriksa nadi leher wanita itu, Katon memakai tangan yang lain untuk merogoh ponsel dan menghubungi 192, panggilan darurat layanan keselamatan di Brazil. Tidak perlu waktu lama dari waktu menghubungi hingga tim medis datang. Katon yang berkewajiban menunggu mencoba menghubungi nomor ponsel Ratih tetapi tidak terjawab. Akhirnya Katon memilih menghubungi Morgan dan memberitahukan posisi dan keperluannya saat ini. “Mereka memintamu ikut ke Rumah Sakit?” tanya Morgan. “Ya, karena korbannya pingsan dan aku harus ikut untu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 117

    Katon dibantu Morgan menambatkan perahu mereka ke geladak pelabuhan sungai, mengikatnya dengan tali yang terbuat dari serat pohon. Setelah dua hari berlayar melalui hutan Amazon yang lebat, rombongannya akhirnya tiba kembali di pelabuhan sungai kota kecil Seringueiras. Matahari terbenam menyinari permukaan air, menciptakan kilauan emas di permukaan gelombang. Ratih melangkah keluar dari perahu, kakinya menginjak pasir halus. Sarah dan Emily mengikutinya. Wajah ketiganya tampak lelah. Namun, lega juga terpancar di sana. Katon yang telah selesai menambatkan perahu kini bekerja sama dengan Stuart, Christopher dan Daniel untuk menurunkan sisa barang-barang mereka dari atas perahu. Dengan membawa barang-barang yang tidak seberapa, rombongan meninggalkan pelabuhan dan memasuki kota Serinqueiras yang masih ramai menjelang senja ini. Mereka kembali check-in ke hotel kecil tempat mereka menginap saat tiba pertama kali di sini. Segera, Katon kehilangan tunangannya karena wanita itu tidak me

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 116

    Rombongan Katon dan Ratih meninggalkan pemukiman Urarina tanpa dilepas oleh Palmera dan Omwezi. Mereka hanya diantar oleh Spit, sebagian pasukannya dan Kino yang memang selalu bersama mereka dua hari terakhir. Remaja pria itu memakai pakaian terbaiknya dan kulit tubuhnya dicat biru terang. Sekarang Katon paham mengapa petinggi Urarina dicat biru. Karena mengacu pada Virola dan bunga biru terangnya. Seolah pimpinan mereka diletakkan pada trah tertinggi dan tetap dalam lindungan Virola. Katon dan Kino berjalan beriringan di pusat rombongan, sedangkan Ratih memilih berjalan di belakang Katon. Langkah membawa mereka memasuki hutan kembali. Daun lebat dan rimbun menutupi langit, menciptakan keteduhan yang misterius. Udara lembap dan berbau tanah basah memenuhi hidung mereka. Mereka telah meninggalkan pemukiman Suku Kuno Urarina, dan sekarang, hutan hujan Amazon membuka di hadapan mereka. Mereka melangkah lebih dalam. Suara burung-burung hutan mengiringi mereka, menyanyikan lagu-lagu ya

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 115

    Manusia-manusia modern menatap penuh horor, kedua tubuh yang perlahan menghilang dibalik belitan anakonda raksasa yang bergulung-gulung di tepi sungai. Mereka mendadak menyadari mengapa mereka semua dibawa kesini. Entah menjadi saksi sebuah penghukuman seperti sekarang atau malah menjadi yang terhukum. Mengingat mereka semua dibawa dengan terikat dan disiksa tak manusiawi, semuanya memiliki kesimpulan yang sama. Para manusia modern semula dibawa kesini untuk dikorbankan kepada anakonda raksasa. Entah apa yang diucapkan Kino sehingga hukuman berbalik arah hanya mengorbankan dua orang suku mereka sendiri. Sementara para manusia terasing menunduk penuh khidmat selama ssota meremukkan kedua tubuh warga mereka lalu menghilang kembali dalam air sungai. Setelah prosesi hukuman yang mengerikan itu berakhir. Palmera mengayunkan tangan kepada kedua wakilnya yang sontak bergerak serasi. Berjalan kembali ke arah rombongan jauh dari sungai tetapi sambil memetik bunga-bunga biru. Saat tiba kemb

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 114

    Kembali semua terkesiap dan memekik terkejut. Stuart baru saja menembak wakil Palmera untuk memperingatkan agar orang itu diam tidak bergerak. Peluru Colt Stuart nyaris menghancurkan kaki wakil Palmera. “Hemat pelurumu, setan alas!” seru Morgan. “Dari tadi panggilin setan alas melulu. Setannya beneran keluar kamu yang pusing!” ejek Stuart ke muka Palmera yang merah padam. Ratih yang sudah membebaskan teman-temannya sekarang menuju ke arah Katon dan berusaha menyadarkan pria itu. “Jadi apa salah kami, Palmera? Mengapa kami dibawa ke sini? Tidak untuk wisata kurasa? Air terjunmu tidak sebagus itu. Dan kalau memang wisata kenapa kami diikat?” omel Stuart. “Kau butuh penterjemah kan sekarang? Hm? Atau kubunuh saja kau ya? Aku yakin teman-teman avatarmu sekalian wargamu bakalan menangis. Atau malah seneng kalau kamu mampus? Bagaimana?” Stuart berkata jahat sambil menempelkan moncong Colt pada dahi Palmera yang tetap menatap dengan marah. Terdengar suara ceklik ketika Stuart menarik tu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 113

    Sarah menjerit ketakutan dan kemudian menangis meraung-raung. Di dekatnya Ratih seketika berwajah pucat sedangkan Emily merosot pingsan dan tetap diseret oleh penawannya. Sekarang Katon tahu apa penyebab ketiga wanita tersebut berekspresi demikian. Seekor anakonda dengan lingkar tubuh sebesar pria dewasa. Tak diketahui berapa panjangnya karena ia melata di tanah, di antara batang pohon dan rerumputan sisi kanan mereka. Warna sisik anakonda itu kuning emas dan corak berlian berwarna hitam. Berbeda dengan anakonda hijau yang mereka lihat di sungai. Gerakannya yang melata sajalah yang membuatnya dikenali sebagai anakonda karena sejatinya, warna sisik dan motifnya malah mirip jaguar. Entah di mana kepala atau ekor anakonda itu. Tetapi melihat dari luncuran tubuhnya yang tampak di sela-sela rerumputan, anakonda tersebut berjalan mengiringi para tawanan dan Suku Kuno Urarina menuju pusat curug, air terjun yang indah di depan mereka. {Yang mulia ssota menunggu kita!} desis beberapa warga

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 112

    {Lihat Palmera! Teman asingmu tidak tampak bersalah telah menyerang dan menghajar kami, hanya karena kami mengejarnya ke sungai} lapor Empewo. {Kami menuntut keadilan. Dia harus dihukum adat!} desis Ekitala. Wajah keduanya hancur dan masih menyisakan darah yang mengering. Namun, mereka bisa bicara dengan baik. Meletupkan emosi, meskipun mereka menggunakan bahasa kuno tetapi Katon dapat merasakan kemarahannya. Dan sekarang emosi yang sama terpantul di wajah Palmera. Perasaan Katon tidak enak. Ia ulurkan tangan kanannya dan sedikit merunduk. Ia bermaksud menenangkan Palmera dan meminta ijin meletakkan tempayan air untuk kemudian menjelaskan posisinya. Baru saja Katon meletakkan tempayan ke tanah, Kaki Ekitala menghajar dadanya dan membuatnya terpental ke belakang sejauh satu setengah meter. Tempayannya terbanting dan pecah, menumpahkan isinya kemana-mana. Katon terbatuk karena udara dipaksa keluar dari paru-parunya secara mendadak. Belum sempat ia bergerak lebih jauh, prajurit pe

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 111

    Pagi menjelang. Udara terasa sangat dingin. Kabut bahkan menjalar masuk melalui bagian bawah pintu yang tidak tertutup sempurna, maupun jendela yang tak berpenutup. Tetapi Ratih yang membuka matanya terbangun dengan rasa nyaman. Selain kakinya tidak lagi sakit, iapun merasa hangat dan terlindungi. Sesaat kemudian barulah ia sadar kalau dirinya ada di dalam pelukan Katon dan mereka memakai satu selimut bersama. Ia memakai lengan Katon sebagai bantal, tangan Katon yang lain memeluknya. Kaki Katon melibat dan membungkus kakinya di dalam selimut. Wajah mereka sedemikian dekat. Ratih tidak ingat, kapan ia jatuh tertidur. Yang pasti, tunangannya masih sibuk memijit kakinya. Maka sekarang melihat Katon masih tertidur lelap, Ratih tidak tega langsung bergerak bangun dan berpotensi menganggu Katon. Ratih menatap wajah lelaki yang memaksakan diri menjadi tunangannya. Lelaki ini bernapas teratur. Dengkurnya halus bukan termasuk dengkur yang menganggu. Malah seperti musik yang menenangkan kar

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 110

    Ratih berderap di depan Katon dan menyeret pria itu bersamanya. Katon tersenyum, melihat kuatnya cengkeraman Ratih di pergelangan dan jalannya yang cepat dan menghentak-hentak, sepertinya tunangan cantiknya ini memang baik-baik saja. Katon pasrah diseret oleh Ratih. Asal tangannya masih digandeng kekasihnya itu. Sepertinya obrolan sebelum perkelahian akhirnya menenangkan Ratih. Kemarahannya sekarang mungkin manifestasi dari rasa cemburu bercampur tersinggung atas perbuatan dua prajurit Palmera. Katon yang mengenal banyak wanita, bisa memperkirakan segala tindakan Ratih. Mereka masuk ke pemukiman dan hanya disambut sepi. Seluruh warga Urarina yang berusia dewasa mungkin masih di lapangan sementara wanita yang memiliki bayi dan anak-anak maupun remaja mungkin sudah masuk ke rumah masing-masing. Katon membayangkan Palmera sedang beraktifitas dengan Omwezi membuatnya menarik Ratih dan gadis itu mental ke belakang dan dipeluk Katon. “Kita pulang aja, yuk? Aduh!!” Ratih tidak tinggal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status