Share

Bab 5

Penulis: Lara Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 15:57:23

“A-aku ingin minta maaf atas apa yang sudah diperbuat oleh Brad.” Alice tergugu di depan Katon.

“It's okay, Alice. Jangan khawatirkan aku," jawab Katon menenangkan wanita yang sedang ada di hadapannya saat ini dan melanjutkan kalimatnya dalam hati, “Pacarmu yang babak belur.”

“Katon nyaris terluka, untunglah patroli polisi lewat sehingga Katon selamat. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya kalau tidak ada patroli polisi,” imbuh Morgan manipulatif, tidak jauh berbeda dengan Katon.

Dari balik sikap dinginnya, Morgan sengaja tunjukkan ekspresi kesedihan, untuk menambah keyakinan dari drama yang sudah Morgan dan Katon skenariokan. Mendengar semua ini, Alice spontan menumpahkan derai air mata lagi, di balik katupan kedua tangan ke wajah cantiknya.

 Alice terlihat sekali, menyesali apa yang terjadi pada pria yang disukainya ini. Perasaan empati Alice muncul, ketika cinta juga memberikan simpati.

Katon melemparkan tatapan tajam ke arah Morgan ketika Alice menutup wajah dan Morgan mengangkat bahu sambil menyeringai jelek. Bisa-bisanya Morgan bilang Katon bakal kalah. Hah!! Dua pria yang bersahabat itu saling memaki tanpa suara selama Alice menangis sambil menutup wajahnya. Katon mengacungkan jari tengah ke arah Morgan lalu memasang wajah sedih tapi tabah ke arah Alice.

“Apa yang ingin kau bicarakan, Choco Girl?” tanya Katon lembut. Alice menggeleng sedih sambil menundukkan kepala. Katon merengkuh kepala Alice dan memintanya mendongak hanya untuk menemukan mata wanita itu basah oleh air mata.

“Jangan khawatirkan Morgan. Apa yang ada di sini tidak akan pernah bocor keluar,” ujar Katon dengan nada datar. Namun, tatapannya melembut ke arah Alice. Morgan yang mendengar suara Katon tersenyum miring, ia bisa melihat punggung Alice lebih relaks saat Katon berkata seperti itu.

“Br-Brad mungkin akan memukulku jika ia datang ke apartemenku malam ini. Mu-mungkin ia akan menemuiku di coffeshop. A-aku takut, Katon,” isak Alice.

Katon menatap datar ke arah Alice. Tentu saja dia tahu tabiat Brad. Memangnya bagaimana bisa Alice sedemikian mudah jatuh ke pelukannya jika Brad adalah kekasih yang baik?

Karena Katon tahu Brad suka memukuli Alice makanya Katon memutuskan untuk mendekati wanita ini. Agar Alice tahu, dunia tidak hanya berputar di sekitar Brad. Ada lelaki lain yang lebih baik dari pria brengsek itu. 

“Alice, Dengar. Aku baik-baik saja. Dan, sejujurnya … aku tahu tabiat buruk Brad. Aku minta maaf karena membawamu ke situasi yang tidak menguntungkan begini.” Katon bicara dengan lembut ke arah Alice. Kedua tangannya masih merengkuh wajah Alice dan memaksa wanita itu untuk terus menatapnya.

“Aku akan melindungimu. Hm? Kami akan mengantarmu dan menjagamu selama kamu bekerja di coffeshop. Kami akan berada di tempat yang Brad tidak bisa melihat, bahkan kamupun tidak akan menyadari kehadiranku dan Morgan,” kata Katon cukup jelas dan tegas.

Di belakang wanita itu, Morgan berdiri tegap laksana tentara yang menjaga perbatasan dan wajahnya serius meski memutar mata lagi ke arah Katon. Walaupun pria berbadan kekar itu tampak keberatan dengan kalimat Katon tetapi ia tidak mendebatnya.

“Mak-maksudmu?” Alice bertanya bingung.

"Aku dan Morgan akan menjagamu dari jauh. Berlakulah biasa. Jangan takut, Brad tidak akan bisa mendekatimu. Kamu tidak perlu terlalu takut, manisku. Sekarang, ayo kita sarapan sebelum mengantarmu bekerja,” ujar Katon dengan nada manis.

“Katon … aku—aku ….” Dan Alice tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Katon meraih kepala Alice dan melekatkan bibirnya ke bibir Alice. Katon melumat bibir Alice dengan ganas, seolah akan menyedot habis seluruh pasokan udara di paru-paru wanita itu. Alice menyambar lengan atas Katon dan mengelus tendon kekarnya. Mereka berciuman makin intens. Morgan melotot membuat bola matanya seakan meloncat keluar. Dan dia mengacungkan tinju ketika Katon tidak kunjung menyudahi ciumannya. Morgan bersiap menendang vas bunga ketika Katon mendadak berdiri dan menarik Alice yang oleng karena mendadak diajak berciuman sedemikian panas. Katon memeluk tubuh langsing Alice dan memutarnya seolah berdansa, tapi langkahnya jelas. Ia menuju ke ruang makan.

“Bajingan!” Bisikan Morgan hanya untuk Katon setelah yakin Alice tidak bisa mendengarnya. Katon yang mendengar bisikan itu bersikap cuek dan meninggalkan Alice di ruang makan sementara dirinya memutari konter dapur dan mulai bekerja di balik konter sambil dipandangi Alice dengan mata terpesona.

“Sarapan, bro?”

“Menurutmu? Hanya kau yang butuh makan di sini?” geram Morgan dan sepenuhnya diabaikan Katon karena pria itu sudah mulai menyiapkan menu makan pagi. 

Seperti biasa, sarapan pagi Katon adalah makanan full protein. Karena Katon harus menjaga massa otot dan kekekaran tubuhnya. Ia perlu tubuh yang kuat. Berjaga dan siaga kalau keluarganya membutuhkan bantuan Katon untuk menyelesaikan masalah mereka. Maka ia menyiapkan sarapan full protein untuk dirinya dan Morgan. Sementara untuk Alice, dia menyiapkan menu yang berbeda. Omelet dan pancake.

Katon mengeluarkan telur dan dada ayam tanpa kulit dari dalam lemari es dan mulai memasak daging ayam dalam airfrye berteknologi tinggi miliknya. Sementara menunggu, ia mengocok telur untuk membuat omelet dan menyiapkan adonan pancake. Katon sedang membuat jus brokoli dan menyediakan air putih ketika melihat ke arah Morgan yang berpangku tangan di sebelah Alice. Mata Katon bersinar tidak suka. “Tidak mandi?” tanya Katon sambil menaikkan alisnya. Morgan menatap malas padanya. Katon yang tidak suka ia duduk di sebelah Alice berupaya mengusirnya.

“Kenapa? Tuan Collins terganggu dengan bauku? Alice bahkan tidak terganggu. Oh, apakah Tuan Collins akan bercinta denganku?” goda Morgan dengan berani. Alice mengikik di dekatnya.

Sebuah piring melayang dan Morgan dengan tangkas menangkapnya sebelum piring itu menyambar kepalanya atau jatuh ke lantai dan hancur berkeping. “Nice shot, Mister Collins!”

“Mau coba sekali lagi?” tanya Katon, nadanya seperti madu tapi mengancam. Bahkan, tangan kanan pria itu sudah meraih pisau panjang dan mengabaikan Alice yang terkesiap.

“Tidak, terima kasih, Tuan,” jawab Morgan tenang dan meletakkan piring itu di atas meja makan dengan kesopanan yang luar biasa lalu menggebah dirinya menuju kamar mandi tamu. Katon tersenyum menenangkan ke arah Alice.

“Jangan takut, manisku. Kami hanya bercanda,” hibur Katon seraya menghidangkan menu yang sudah siap ke meja makan.

Morgan menyelesaikan ritual mandinya dengan cepat. Setelahnya pun ia mengarahkan langkah kaki ke kamar lemari pakaian Katon dan tanpa canggung mencari pakaian Katon untuk ia kenakan. Kaus polo biru navy dan celana kain warna khaki menjadi pilihannya. Morgan mematut di depan cermin, puas dengan penampilannya, ia memburu langkah kembali ke ruang makan. Alice dan Katon tampak mesra berdua, saling menyuapkan makanan.

“Kurasa, pakaian yang kau kenakan adalah milikku, Tuan Maxwell!” gerutu Katon ketika menoleh ke arah Morgan dan mendapati pria itu memakai pakaiannya. Morgan terkekeh.

“Dan tampak luar biasa padaku, Tuan Collins.”

“Aku berharap pakaian itu kembali ke lemariku dalam kondisi bersih, 24 jam dari sekarang!”

Morgan tidak menanggapi itu, ia terus memotong daging dada ayam dengan seringai konyol, dan mengunyah dengan kecapan dengan suara yang menjijikkan. Katon menggelengkan kepalanya, mengambil garpu yang sudah selesai ia gunakan dan melemparkannya ke arah Morgan. Namun, tidak disangkanya lemparan itu hanya mengenai ruang kosong saat pria menjengkelkan itu memiringkan kepalanya dan terkekeh dengan cibiran.

Morgan dan Katon memang sering bercanda tanpa bermaksud serius untuk melukai. Saking dekatnya mereka, dia juga sudah terbiasa memenuhi perintah Katon. Dan perintah pagi ini jelas. Ia harus mengikuti Katon, mengintai dan menjaga Alice di coffe shopnya. Dan Katon tidak suka jika perintahnya terlalu lama diluluskan.

Katon membawa Alice, bergandengan tangan menuju ke lantai basement-nya dan menuju ke satu mobil berwarna hitam. Morgan mengikuti dengan malas-malasan di belakang Katon. Sebuah Mercedess Benz The W223 S-Class berwarna hitam terparkir di sana dan kuncinya terbuka dengan suara ceklikan pelan dan kilap lampu kekuningan, bersamaan dengan Katon memencet remote di tangannya. 

Katon membuka pintu penumpang untuk Alice, membuat wanita itu tersipu senang dan Morgan mencibir di belakang. Sebal dengan perlakuan sok gentleman Katon yang ia tahu hanya dikeluarkan oleh sahabatnya saat pria tersebut berharap lebih dari seorang wanita incarannya.

“Manisku, aku akan mengantarmu dan menunggui selama kau bekerja, apakah tidak mengapa?” tanya Katon selama mereka berkendara menuju ke tempat kerja Alice, sebuah coffershop bernama Brooklyn Blend.

“Kamu akan menungguiku selama aku bekerja?” tanya Alice takjub.

“Tentu, Sweetheart. Apa yang tidak aku lakukan untuk wanita semanis dirimu?” ujar Katon bak perayu ulung. Morgan yang duduk di jok belakang, menatap keluar dengan pandangan bosan.

“Morgan bersamaku, Choco Girl. Jangan khawatir.”

“Yeah. Dan akan berakhir Morgan yang mengawasimu, Choco Girl. Paling banter dia molor,” desis Morgan ke arah kaca hingga tak seorangpun yang mendengar kalimatnya.  

Tentu saja, pada akhirnya Morgan berjaga di dalam Mercedes Benz yang diparkir di dekat Brooklyn Blend, tempat Alice bekerja. Sedangkan Katon, yang semula online melalui ponsel pintarnya, berakhir dengan tidur setelah menurunkan sandaran jok. Ia membiarkan Morgan berjaga sendiri, mengawasi bagian depan Brooklyn Blend dan memperhatikan setiap orang yang masuk.

Bahkan selama menunggu, jika Katon membutuhkan makanan atau minuman, Morgan pula yang keluar dari mobil untuk membelinya.

Menjelang jam kepulangan Alice, Morgan mendadak menegakkan punggung dan mengarahkan pandangan tajam ke pintu masuk Brooklyn Blend. “Oho! Kau tidak akan suka ini, Tuan Collins.”

Katon tidak bergerak, dan tetap rebah di sandaran jok yang rendah. Morgan menoleh ke arahnya dan berwajah ceria lalu berkata, ”Baiklah. Selesai sampai di sini kisah Alice dan Katon, rupanya. Great! Ayo pulang.”

“Apa maksudmu, Morg,” ucap Katon santai tanpa merubah posisinya. Matanya bahkan masih terpejam dengan nyaman.

“Aku barusan melihat sekelompok gangster masuk ke Brookyn Blend. Aku tidak tahu bagaimana rupa Brad. Tapi, tidak seorangpun di sana ada yang mirip Brad Pitt,” kata Morgan santai. Katon membuka mata dan bangkit dari posisinya. Ia memindai area depan Brooklyn Blend.

“Aku tidak suka ini, Morg,” ujarnya.

“Oya? Kukira kau hobi terperangkap di dalam mobil selama lebih dari enam jam hanya untuk memelototi kaca depan coffeshop. Oh, tunggu! Aku yang melakukan itu. Sebagian besar waktumu di sini kau pakai tidur, asshole!” omel Morgan. Katon mengabaikan omelan itu karena di dalam Brooklyn Blend telah terjadi kericuhan dan Katon membuka pintu mobil untuk memburu ke coffeshop. Morgan mengikuti di belakangnya.

Gerombolan gangster yang disebutkan oleh Morgan sedang mengamuk di dalam coffeshop. Salah satu pria paling besar di sana bahkan sedang berusaha menyeret Alice keluar dari konter. Katon merangsek masuk ke dalam coffe shop dan Morgan dengan setia mengikuti meskipun mulutnya mengomel tanpa suara.

“Cari lawan yang sepadan denganmu, Brad!” seru Katon mengejutkan separuh Brooklyn Blend. Pria besar yang sedang mencengkeram leher Alice menoleh dan matanya menatap galak ke arah Katon.

“Itu dia bajingan yang meniduri pacarku! Bunuh dia!” geramnya tanpa melepas leher Alice.

Gerombolan dengan jumlah dua kali lebih banyak daripada gangster yang mengeroyok Katon sekarang menoleh ke arah Katon dan Morgan dengan tatapan buas. Sebagian besar dari mereka membawa tongkat bisbol dan sebagian lain mengeluarkan pisau lipat.

“O … o … saatnya berpesta, Katon,” desis Morgan di samping Katon dengan senyum miring yang menjadi khas-nya.

Bab terkait

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 6

    Lelaki dewasa yang paling dekat dengan Katon berteriak sambil mengayunkan tongkat bisbolnya dengan ganas dan terarah ke kepala. Katon sudah tidak bisa lagi memikirkan posisi Morgan, terpaksa membiarkan sahabatnya bertarung demi dirinya sendiri. Katon membanting tubuhnya kesamping untuk menghindari pukulan tongkat bisbol sekaligus menyabet kaki penyerangnya. Pria lawannya jatuh berdebam di lantai keras dan mengeluarkan sumpah serapah. Katon kembali berdiri dan melancarkan pukulan ke arah dua pria yang mengeroyoknya dari sisi yang berbeda. Sudah tidak ada waktu untuk menggunakan jurus karate, Katon spontan menggunakan gaya petarung jalanan seperti yang Morgan biasa lakukan. Jab dan hook Katon bergantian menghajar musuh-musuhnya hingga jatuh. Upper cut-nya menghajar dagu satu musuh dan melemparkan lawan itu menabrak konter dapur, menghamburkan gelas di atasnya menjadi kepingan. Ketika mendapat ruang lebih leluasa, barulah Katon secara reflek mengeluarkan jurus karatenya. Katon mula

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 7

    “Lepaskan dia, Brad,” pinta Katon. Brad masih menyeringai kejam ke arah Katon, jelas dia tidak akan melepaskan Alice selama Katon masih menggenggam tongkat bisbol di tangannya. “Suruh pembantumu minggir atau aku tidak segan mengiris leher cantik ini supaya kamu tahu seberapa cerah warna darahnya?” ejek Brad kejam. Katon melambaikan tangannya kepada Morgan agar minggir yang langsung dituruti oleh pria besar itu. Brad kembali menyeret Alice yang ketakutan bersamanya, ia menuju ke pintu keluar sambil berjalan mundur, dengan sengaja mempertontonkan wajah putus asa dan ketakutan Alice ke arah Katon dan Morgan. Sesaat setelah ia berada di luar, Brad mendorong tubuh lemas Alice ke trotoar, membuat wanita itu jatuh tak berdaya. Katon membuang tongkat bisbolnya dan memburu keluar untuk menolong Alice. "Kamu baik-baik saja?" Katon meraih lengan gadis itu dan membawa ke pelukannya. Ia merasakan tubuh Alice menggigil ketakutan. Morgan yang ikut berlari keluar, menatap bergantian ke arah Katon

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 8

    Katon meraih tangan Alice dan menggenggamnya erat. “Aku sedikit punya urusan di Indonesia. Adikku membutuhkan bantuan. Sepertinya aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu, Alice.” Hati Alice mencelos. Katon akan meninggalkannya. Alice tertegun, matanya memandang nanar kepada sosok pria di depannya. “K-kamu akan pergi?” tanyanya gugup. Mendadak Alice merasa kosong, ia berusaha mengalihkan pandangan ke tempat lain. Katon yang masih memegang tangan Alice, menangkap perubahan mood wanita di depannya. Katon meraih kepala Alice, ia menelisik rambut wanita itu dan menyelipkannya ke belakang telinga. “Jangan khawatir, honey. Aku tidak pergi untuk selamanya. Segera setelah urusanku selesai, aku akan kembali. Saat ini, kurasa lebih baik jika dirimu tidak tinggal sendiri di apartemen.” Selama Katon berusaha menenangkan Alice, Morgan membuang muka ke arah lain dan hanya sesekali menatap interaksi dua orang berbeda gender di depannya. Saat akhirnya ia memandangi Katon menghibur wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 9

    Satu minggu jelang kepulangannya ke Indonesia, Katon sudah mulai mempersiapkan diri. Saat akan membeli tiket, Morgan mendesakkan sesuatu padanya. Sebuah ide cemerlang, menurut Morgan. Bahwa ia harus ikut Katon ke Indonesia untuk mengawal sahabatnya. Saat itu mereka berdua sedang berada di pusat perbelanjaan terbesar di New York. Di sebuah toko khusus peralatan olahraga. Keduanya berdiri di depan layanan pembayaran untuk membeli drysuit, masker diving dan regulator diving yang baru pesanan Katon. Pria ini baru saja berbelanja keperluan scuba diving yang terbaru setelah drysuit lamanya terkoyak karena tertusuk terumbu karang ketika ia menyelam di Great Barrier Reef, di pesisir timur laut Australia beberapa bulan lalu. “Kau. Mengawalku?” tanya Katon dengan wajah heran dan menunjuk dada Morgan maupun dadanya secara bergantian. Morgan mengangguk dengan mantap. Kedua tangannya yang berkacak pinggang makin menguatkan aura marinir atau bodyguard. Mereka berbicara seolah hanya berdua di rua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   bab 10

    Satu persatu bayangan gelap bersenjata tongkat besi tiba di lantai unit apartemen Katon berada. Mereka bergerak secara sistematis melalui pintu darurat dan dengan ahli berusaha menghindari sorotan kamera CCTV yang letaknya sudah mereka ketahui berdasar informasi sekuriti apartemen yang bekerja sama dengan gangster. Satu orang berjongkok di depan pintu unit apartemen Katon dan mencongkel kunci pintu dari luar. Ia berhasil merusak nyaris tanpa suara dan pintu apartemen berhasil dibobol. Sekelompok orang ini, mengenakan pakaian hitam dari kepala hingga kaki, dengan gestur yang menunjukkan mereka sudah terbiasa melakukan kejahatan. Satu persatu mulai memasuki apartemen. Gerakan mereka lakukan dengan hati-hati dan sistematis. Langkah-langkah mereka hampir tidak bersuara, seolah-olah mereka telah berlatih berkali-kali untuk situasi ini. berpencar, mereka menyusuri koridor menuju berbagai ruangan dalam apartemen, dengan tujuan yang hanya mereka yang tahu. Di dalam apartemen tersebut, suasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 11

    Mendadak sambungan diangkat dan Katon mendengar dari telinganya, suara Alice yang terdengar mengantuk. “Choco Girl, are you okay?” tanya Katon khawatir. “Yea. I’m fine. Kenapa …?” “Choco Girl, amankan rumahmu. Pastikan keluargamu mengunci dengan baik dan bawa handphone dekat denganmu, hm? Hubungi polisi jika ada hal yang mencurigakan,” kata Katon. “Ada apa sebenarnya, Katon?” “Kurasa Brad masih belum selesai marah padaku, dia mengirim anggota genk lain ke apartemen.” “Apa?! Katon, kamu oke?” “Please Choco Girl. Aku sekuat Superman. Teman Brad yang jadi bubur. Aku matikan teleponnya, sweet baby. Aku perlu menghubungi polisi.” Tanpa menunggu jawaban Alice, Katon langsung mematikan sambungan untuk menghubungi pihak berwajib. Setelah penyerangan di apartemen Katon, polisi dan petugas medis berdatangan sesuai laporan kepolisian. Mereka berkumpul di lantai unit Katon hingga menyebar masuk ke seluruh ruangan milik pria itu. Katon dan Morgan yang hanya mengalami luka tidak serius, men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 12

    Untungnya permasalahan tidak berlarut-larut sehingga membuat jadwal Katon untuk pulang ke Indonesia menjadi mundur. Brian Thomas Davis, pemilik Brooklyn Blend, bersedia menarik laporan setelah menerima ganti rugi dari Katon. Kelihatan jelas bahwa tindakannya melapor ke polisi hanya didasari ketidakpercayaan pada penampilan Katon dan Morgan kala itu. Sementara untuk kasus pengrusakan di apartemennya, Katon sudah menyerahkan segala urusan kepada Sersan Terence Monahan selama ia pulang kembali ke Indonesia. “Ponsel Anda harus bisa dihubungi selama 24 jam penuh ketika Anda berada di Indonesia, Sir,” kata Sersan Terence ketika Katon dan Morgan terakhir berkunjung ke NYPD untuk menyelesaikan laporan mereka. “Tentu saja, Sersan Monahan. Saya siap dihubungi 24 jam,” jawab Katon tegas seraya mengulurkan tangan kanan dan mengajak berjabatan. Pertanda dia tidak mau lebih lama lagi menghabiskan waktu di kantor NYPD. Katon dan Morgan meninggalkan NYPD untuk bergegas pergi ke Bandara Internasio

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 13

    Pria berwajah psikopat itu bernama Michael Warren, ia bergerak secepat kilat menyandera pramugari dan kelihatan sengaja melukainya. Cairan merah pekat mengalir dari luka di lengannya, membuat awak pesawat yang lain terkesiap ngeri dan sebagian penumpang menjerit ketakutan. “Diam kalian orang-orang tolol!” desis Warren dengan wajah mengerikan. Tiba-tiba, tiga orang misterius muncul dari sudut kabin pesawat. Mereka berbadan tegap dengan wajah datar dan dingin. Salah seorang di antaranya berjalan sambil melepas ikat pinggang. Semua mata menatap mereka dengan bingung. Satu di pikiran Katon, apakah tiga orang ini akan menjatuhkan si pria psikopat atau justru mereka adalah komplotannya. Pria yang melepas ikat pinggang dengan santai meraih botol minuman salah satu penumpang dan menumpahkan isinya membasahi ikat pinggang yang telah lepas dan terulur di tangannya. Mendadak, ikat pinggang silver itu mengencang dan berubah menjadi pedang. “Apa yang ...?” Katon menyentak dalam hati bersamaan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 118

    Katon menahan napas dan mulai menata lengannya, lalu ia memutar perlahan melawan arah sebelumnya dan terdengar sekali lagi derak tulang sendi bahu kembali ke posisinya lagi. Ia melemaskan lengan sambil mempercepat langkah menuju ke wanita yang masih terkapar di tanah. “Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya Katon seraya memeriksa nadi di leher wanita tersebut. Masih terasa tetapi lemah dan mata wanita itu tertutup dengan napasnya yang pendek-pendek. Dengan satu tangan masih memeriksa nadi leher wanita itu, Katon memakai tangan yang lain untuk merogoh ponsel dan menghubungi 192, panggilan darurat layanan keselamatan di Brazil. Tidak perlu waktu lama dari waktu menghubungi hingga tim medis datang. Katon yang berkewajiban menunggu mencoba menghubungi nomor ponsel Ratih tetapi tidak terjawab. Akhirnya Katon memilih menghubungi Morgan dan memberitahukan posisi dan keperluannya saat ini. “Mereka memintamu ikut ke Rumah Sakit?” tanya Morgan. “Ya, karena korbannya pingsan dan aku harus ikut untu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 117

    Katon dibantu Morgan menambatkan perahu mereka ke geladak pelabuhan sungai, mengikatnya dengan tali yang terbuat dari serat pohon. Setelah dua hari berlayar melalui hutan Amazon yang lebat, rombongannya akhirnya tiba kembali di pelabuhan sungai kota kecil Seringueiras. Matahari terbenam menyinari permukaan air, menciptakan kilauan emas di permukaan gelombang. Ratih melangkah keluar dari perahu, kakinya menginjak pasir halus. Sarah dan Emily mengikutinya. Wajah ketiganya tampak lelah. Namun, lega juga terpancar di sana. Katon yang telah selesai menambatkan perahu kini bekerja sama dengan Stuart, Christopher dan Daniel untuk menurunkan sisa barang-barang mereka dari atas perahu. Dengan membawa barang-barang yang tidak seberapa, rombongan meninggalkan pelabuhan dan memasuki kota Serinqueiras yang masih ramai menjelang senja ini. Mereka kembali check-in ke hotel kecil tempat mereka menginap saat tiba pertama kali di sini. Segera, Katon kehilangan tunangannya karena wanita itu tidak me

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 116

    Rombongan Katon dan Ratih meninggalkan pemukiman Urarina tanpa dilepas oleh Palmera dan Omwezi. Mereka hanya diantar oleh Spit, sebagian pasukannya dan Kino yang memang selalu bersama mereka dua hari terakhir. Remaja pria itu memakai pakaian terbaiknya dan kulit tubuhnya dicat biru terang. Sekarang Katon paham mengapa petinggi Urarina dicat biru. Karena mengacu pada Virola dan bunga biru terangnya. Seolah pimpinan mereka diletakkan pada trah tertinggi dan tetap dalam lindungan Virola. Katon dan Kino berjalan beriringan di pusat rombongan, sedangkan Ratih memilih berjalan di belakang Katon. Langkah membawa mereka memasuki hutan kembali. Daun lebat dan rimbun menutupi langit, menciptakan keteduhan yang misterius. Udara lembap dan berbau tanah basah memenuhi hidung mereka. Mereka telah meninggalkan pemukiman Suku Kuno Urarina, dan sekarang, hutan hujan Amazon membuka di hadapan mereka. Mereka melangkah lebih dalam. Suara burung-burung hutan mengiringi mereka, menyanyikan lagu-lagu ya

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 115

    Manusia-manusia modern menatap penuh horor, kedua tubuh yang perlahan menghilang dibalik belitan anakonda raksasa yang bergulung-gulung di tepi sungai. Mereka mendadak menyadari mengapa mereka semua dibawa kesini. Entah menjadi saksi sebuah penghukuman seperti sekarang atau malah menjadi yang terhukum. Mengingat mereka semua dibawa dengan terikat dan disiksa tak manusiawi, semuanya memiliki kesimpulan yang sama. Para manusia modern semula dibawa kesini untuk dikorbankan kepada anakonda raksasa. Entah apa yang diucapkan Kino sehingga hukuman berbalik arah hanya mengorbankan dua orang suku mereka sendiri. Sementara para manusia terasing menunduk penuh khidmat selama ssota meremukkan kedua tubuh warga mereka lalu menghilang kembali dalam air sungai. Setelah prosesi hukuman yang mengerikan itu berakhir. Palmera mengayunkan tangan kepada kedua wakilnya yang sontak bergerak serasi. Berjalan kembali ke arah rombongan jauh dari sungai tetapi sambil memetik bunga-bunga biru. Saat tiba kemb

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 114

    Kembali semua terkesiap dan memekik terkejut. Stuart baru saja menembak wakil Palmera untuk memperingatkan agar orang itu diam tidak bergerak. Peluru Colt Stuart nyaris menghancurkan kaki wakil Palmera. “Hemat pelurumu, setan alas!” seru Morgan. “Dari tadi panggilin setan alas melulu. Setannya beneran keluar kamu yang pusing!” ejek Stuart ke muka Palmera yang merah padam. Ratih yang sudah membebaskan teman-temannya sekarang menuju ke arah Katon dan berusaha menyadarkan pria itu. “Jadi apa salah kami, Palmera? Mengapa kami dibawa ke sini? Tidak untuk wisata kurasa? Air terjunmu tidak sebagus itu. Dan kalau memang wisata kenapa kami diikat?” omel Stuart. “Kau butuh penterjemah kan sekarang? Hm? Atau kubunuh saja kau ya? Aku yakin teman-teman avatarmu sekalian wargamu bakalan menangis. Atau malah seneng kalau kamu mampus? Bagaimana?” Stuart berkata jahat sambil menempelkan moncong Colt pada dahi Palmera yang tetap menatap dengan marah. Terdengar suara ceklik ketika Stuart menarik tu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 113

    Sarah menjerit ketakutan dan kemudian menangis meraung-raung. Di dekatnya Ratih seketika berwajah pucat sedangkan Emily merosot pingsan dan tetap diseret oleh penawannya. Sekarang Katon tahu apa penyebab ketiga wanita tersebut berekspresi demikian. Seekor anakonda dengan lingkar tubuh sebesar pria dewasa. Tak diketahui berapa panjangnya karena ia melata di tanah, di antara batang pohon dan rerumputan sisi kanan mereka. Warna sisik anakonda itu kuning emas dan corak berlian berwarna hitam. Berbeda dengan anakonda hijau yang mereka lihat di sungai. Gerakannya yang melata sajalah yang membuatnya dikenali sebagai anakonda karena sejatinya, warna sisik dan motifnya malah mirip jaguar. Entah di mana kepala atau ekor anakonda itu. Tetapi melihat dari luncuran tubuhnya yang tampak di sela-sela rerumputan, anakonda tersebut berjalan mengiringi para tawanan dan Suku Kuno Urarina menuju pusat curug, air terjun yang indah di depan mereka. {Yang mulia ssota menunggu kita!} desis beberapa warga

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 112

    {Lihat Palmera! Teman asingmu tidak tampak bersalah telah menyerang dan menghajar kami, hanya karena kami mengejarnya ke sungai} lapor Empewo. {Kami menuntut keadilan. Dia harus dihukum adat!} desis Ekitala. Wajah keduanya hancur dan masih menyisakan darah yang mengering. Namun, mereka bisa bicara dengan baik. Meletupkan emosi, meskipun mereka menggunakan bahasa kuno tetapi Katon dapat merasakan kemarahannya. Dan sekarang emosi yang sama terpantul di wajah Palmera. Perasaan Katon tidak enak. Ia ulurkan tangan kanannya dan sedikit merunduk. Ia bermaksud menenangkan Palmera dan meminta ijin meletakkan tempayan air untuk kemudian menjelaskan posisinya. Baru saja Katon meletakkan tempayan ke tanah, Kaki Ekitala menghajar dadanya dan membuatnya terpental ke belakang sejauh satu setengah meter. Tempayannya terbanting dan pecah, menumpahkan isinya kemana-mana. Katon terbatuk karena udara dipaksa keluar dari paru-parunya secara mendadak. Belum sempat ia bergerak lebih jauh, prajurit pe

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 111

    Pagi menjelang. Udara terasa sangat dingin. Kabut bahkan menjalar masuk melalui bagian bawah pintu yang tidak tertutup sempurna, maupun jendela yang tak berpenutup. Tetapi Ratih yang membuka matanya terbangun dengan rasa nyaman. Selain kakinya tidak lagi sakit, iapun merasa hangat dan terlindungi. Sesaat kemudian barulah ia sadar kalau dirinya ada di dalam pelukan Katon dan mereka memakai satu selimut bersama. Ia memakai lengan Katon sebagai bantal, tangan Katon yang lain memeluknya. Kaki Katon melibat dan membungkus kakinya di dalam selimut. Wajah mereka sedemikian dekat. Ratih tidak ingat, kapan ia jatuh tertidur. Yang pasti, tunangannya masih sibuk memijit kakinya. Maka sekarang melihat Katon masih tertidur lelap, Ratih tidak tega langsung bergerak bangun dan berpotensi menganggu Katon. Ratih menatap wajah lelaki yang memaksakan diri menjadi tunangannya. Lelaki ini bernapas teratur. Dengkurnya halus bukan termasuk dengkur yang menganggu. Malah seperti musik yang menenangkan kar

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 110

    Ratih berderap di depan Katon dan menyeret pria itu bersamanya. Katon tersenyum, melihat kuatnya cengkeraman Ratih di pergelangan dan jalannya yang cepat dan menghentak-hentak, sepertinya tunangan cantiknya ini memang baik-baik saja. Katon pasrah diseret oleh Ratih. Asal tangannya masih digandeng kekasihnya itu. Sepertinya obrolan sebelum perkelahian akhirnya menenangkan Ratih. Kemarahannya sekarang mungkin manifestasi dari rasa cemburu bercampur tersinggung atas perbuatan dua prajurit Palmera. Katon yang mengenal banyak wanita, bisa memperkirakan segala tindakan Ratih. Mereka masuk ke pemukiman dan hanya disambut sepi. Seluruh warga Urarina yang berusia dewasa mungkin masih di lapangan sementara wanita yang memiliki bayi dan anak-anak maupun remaja mungkin sudah masuk ke rumah masing-masing. Katon membayangkan Palmera sedang beraktifitas dengan Omwezi membuatnya menarik Ratih dan gadis itu mental ke belakang dan dipeluk Katon. “Kita pulang aja, yuk? Aduh!!” Ratih tidak tinggal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status