Share

34

Dengan taksi, kubawa beberapa koper dan anakku, kubawa juga tangisan beserta luka hati yang sudah menumpuk-numpuk, menggunung melebihi tinggi badan dan kesabaranku.

Sebanyak perjalanan aku hanya membisu tapi air mataku meluncur dengan deras, mestinya ini adalah tangisan terakhir di mana aku tidak pantas lagi mengeluarkan air mata untuk seorang penghianat. Anakku juga diam saja sambil menyandarkan kepalanya di jendela. Melihatku berkaca-kaca Gadis itu hanya menghela nafas sambil mengalihkan pandangannya.

"Kalau Bunda berat kita bisa kembali," ujarnya.

"Tidak, kita tidak akan kembali."

"Kalau begitu semuanya sudah selesai."

"Ya anakku, tidak akan ada yang kembali karena segalanya sudah hancur."

"Sekarang kita mau ke mana?"

"Ke tempat kakekmu."

"Apa kita boleh pulang ke sana?"

"Tentu saja itu adalah rumah orang tua Bunda, kau adalah cucunya jadi kita pasti akan diterima."

*

Sesampainya di depan rumah ibuku, saat itu hujan gerimis, sopir taksi menurunkan koper sementara aku hanya terman
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
dini irwani
bukannya masih Ramadhan ya? kok dibuatin kopi pagi2?
goodnovel comment avatar
edlyna zahra
iya ya kan di pertemuan itu ayah zu kan hadir
goodnovel comment avatar
Anita Rahmalia
iya bener bgt tuh,, knp kesannya jadi mentah lagi ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status