Aku menghela napas. Apa yang Kak Daffa katakan memang benar. Selama ini Kak Mandala sibuk menafkahi keluarga. Aku jadi teringat bagaimana manusia dingin itu menghabiskan masa remajanya. Papa pergi saat dia kelas dua SMA. Habisnya uang pesangon dan harta berharga lainnya, membuat kami jatuh miskin.
BAB 12Hari semakin sore, mata kuliah Mr. Richard pasti sudah berakhir. Aku tidak kembali lagi ke kampus. Kak Daffa langsung mengantarkan ke rumah.Setiap detik aku memikirkan tawaran Kak Daffa. Mau setuju, berat. Mau dilepas juga sayang.“Jangan dulu bilang apa-apa sama Mandala. Takutnya dia malah
Pagi, siang, sore di hari Sabtu, aku terus mempertimbangkan tawaran Kak Daffa. Sambil nyiram bunga, sambil beres-beres, sambil makan, bahkan sambil nonton drakor. Yang kupikirkan hanya itu saja. Terlintas dalam benak, bagaimana di usia ini harus menikah lalu menjadi seorang istri dari lelaki yang k
BAB 13 Bersama dengan bulatnya keputusan, perlahan aku menjauhi Andre. Kasihan dia kalau sampai punya perasaan lalu aku tiba-tiba menikah. Jujur, aku juga berat melakukan ini, tapi harus bagaimana lagi. Pagi hari, aku melarang Andre menjemput dengan alasan akan diantar Kak Mandala. Sorenya aku be
“Jadi, lo mau mempermainkan pernikahan. Lo harusnya tahu hukumnya kayak gimana.” “Gak akan ada yang mempermainkan pernikahan, Mandala. Kita akan menikah secara sah sesuai agama dan negara.” “Terus motif lo di belakang ini?” “Itu perjanjian atas asas pertimbangan. Ini seperti perjodohan. Nikah kit
BAB 14 Mama sangat tidak menyangka atas jawabanku. Menurutnya, aku masih terlihat belia. Apa lagi hubunganku dengan Kak Daffa yang malah terlihat seperti adik kakak. Menikah. Itu benar-benar di luar prediksinya. Beliau sempat mengkhawatirkan kelanjutan pendidikanku, tapi Kak Daffa berhasil meyakin
“Saya merasa sangat senang atas kedatangan kalian,” ujar Om Handri. “Undangan ini sangat mendadak, Tuan. Saya benar-benar kaget mendengarnya.” “Lihat, Raida. Bukankah anak-anak kita sangat cocok?” “Tetap saja saya kaget. Daffa sudah saya anggap anak sendiri.” Tante Sovia berdecak. Wanita yang me
BAB 15 “Masuk!” Kak Daffa memerintah. Tak banyak bicara, aku kembali pada perkumpulan. Kulihat Om Handri sedang mengobrol santai dengan Kak Mandala. Mama melihat chef yang sedang merias piring. Fania memainkan ponsel. Gea dan ibunya tidak terlihat. Dua chef itu kemudian mengisi meja luas ini deng