BAB 13 Bersama dengan bulatnya keputusan, perlahan aku menjauhi Andre. Kasihan dia kalau sampai punya perasaan lalu aku tiba-tiba menikah. Jujur, aku juga berat melakukan ini, tapi harus bagaimana lagi. Pagi hari, aku melarang Andre menjemput dengan alasan akan diantar Kak Mandala. Sorenya aku be
“Jadi, lo mau mempermainkan pernikahan. Lo harusnya tahu hukumnya kayak gimana.” “Gak akan ada yang mempermainkan pernikahan, Mandala. Kita akan menikah secara sah sesuai agama dan negara.” “Terus motif lo di belakang ini?” “Itu perjanjian atas asas pertimbangan. Ini seperti perjodohan. Nikah kit
BAB 14 Mama sangat tidak menyangka atas jawabanku. Menurutnya, aku masih terlihat belia. Apa lagi hubunganku dengan Kak Daffa yang malah terlihat seperti adik kakak. Menikah. Itu benar-benar di luar prediksinya. Beliau sempat mengkhawatirkan kelanjutan pendidikanku, tapi Kak Daffa berhasil meyakin
“Saya merasa sangat senang atas kedatangan kalian,” ujar Om Handri. “Undangan ini sangat mendadak, Tuan. Saya benar-benar kaget mendengarnya.” “Lihat, Raida. Bukankah anak-anak kita sangat cocok?” “Tetap saja saya kaget. Daffa sudah saya anggap anak sendiri.” Tante Sovia berdecak. Wanita yang me
BAB 15 “Masuk!” Kak Daffa memerintah. Tak banyak bicara, aku kembali pada perkumpulan. Kulihat Om Handri sedang mengobrol santai dengan Kak Mandala. Mama melihat chef yang sedang merias piring. Fania memainkan ponsel. Gea dan ibunya tidak terlihat. Dua chef itu kemudian mengisi meja luas ini deng
Esoknya, aku kuliah seperti biasa. Naik angkot karena gak bisa nebeng Kak Mandala akibat kesiangan. Andre jelas tidak ada. Aku berjalan menuju gedung fakultas dengan langkah lemas. Di jalan berpapasan dengan Andre, tapi dia cuek saja. Sama seperti dulu saat kita belum satu team. Bedanya dulu aku su
BAB 16 Payah. Baru nganter gitu doang udah mabuk. Kak Daffa gak sekeren oppa Korea yang kalau diajak belanja sabarnya luar biasa. Aku masuk kamar. Melihat semua belanjaan dengan mata berbinar. Wow, aku punya semua yang aku mau. Kalau begini seserahan aja tiap bulan. “Risa … Ris ….” Mama mengetuk
Memang dasar, tuh orang nyebelinnya setengah idup. Tahu mau nikah bohongan. Masih menuntut totalitas. Pake minta Mama ajarin segala. Yang biasanya abis subuh tidur lagi, hari ini gak bisa. Mama gedor-gedor pintu. Suruh kerja ini itu. “Jadwal beres-beres Risa, kan, sore, Mama.” Aku menguap malas. U