Memang dasar, tuh orang nyebelinnya setengah idup. Tahu mau nikah bohongan. Masih menuntut totalitas. Pake minta Mama ajarin segala. Yang biasanya abis subuh tidur lagi, hari ini gak bisa. Mama gedor-gedor pintu. Suruh kerja ini itu. “Jadwal beres-beres Risa, kan, sore, Mama.” Aku menguap malas. U
BAB 17 “De ....” Suara Kak Mandala di depan pintu kamar. “Ya, Kak.” “Kakak masuk, ya?” “Hm ....” Kak Mandala membuka pintu perlahan. Suara ramainya saudara di luar yang tadi kedap jadi terdengar bersama terbukanya pintu. Sudah dari kemarin kerabat Mama dari Jawa Tengah pada menginap di sini unt
Pagi, aku dan keluarga sudah ada di hotel tempat acara. Duduk di salah satu kamar sambil dipercantik oleh MUA pilihan. Dua jam saja, tangan handalnya membuat wajahku flawless. Gaun pengantin modern rancangan desainer ternama tak kalah menyempurnakan penampilanku. Oh, ya, hari ini kepalaku dibalut k
BAB 18 Aku menghela napas lega ketika dua laki-laki bersahabat itu muncul dari balik tirai. Mereka kembali pada meja akad. Penghulu memberi wejangan pernikahan lalu tak lama kemudian, ijab kabul pun diikrarkan. “Sah.” Para saksi berucap. Doa dilayangkan. Diamini dua pihak keluarga besar. Mulai se
Karena minum kopi, mungkin. Sudah lewat jam dua belas malam, kantuk tak juga datang. Aku dan Kak Daffa tiduran di sofa masing-masing sambil nonton TV. Tayangan n*****x itu mempertontonkan film barat. “Belum ngantuk, Sa.” “Enggak.” “Mau nonton apa? Nah, ganti!” Dia menyerahkan remote. Aku langsun
BAB 19 “Gue mau … ambil bantal!” Dengan tubuh condong, Kak Daffa mengambil bantal putih yang ada di belakangku. Dia lalu berdiri dan pergi. “DAFFA!” Aku teriak. Membuang bantal yang lain ke punggungnya. Kurang asem itu orang, hampir saja jantungku jatuh. Pria berkaus hitam itu balik badan. Berjal
Sepuluh menit pas, aku keluar kamar mandi dengan piama handuk. Rambut digulung handuk putih. Sebelum dandan, aku mengeringkan rambut dengan hair dryer. “Jangan terlalu kering, biarkan agak basah!” Apa lelaki ini tidak bosan terus memerintahku untuk begitu dan begini? “Memangnya kenapa, sih?” “Bi
BAB 20 “Nyaman, ‘kan?” Kak Daffa mengerling. Kalau bukan karena uang, aku balas kau di sini, Kak. Aku mengangguk kecil dan tersenyum manis lalu menyandarkan kepala pada dadanya. Berasa anak kecil yang sedang dininabobokan. Kak Daffa membawaku masuk kamar. Tentulah ini kamar dia. Aku menempelkan w
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan