“Jadi, lo mau mempermainkan pernikahan. Lo harusnya tahu hukumnya kayak gimana.” “Gak akan ada yang mempermainkan pernikahan, Mandala. Kita akan menikah secara sah sesuai agama dan negara.” “Terus motif lo di belakang ini?” “Itu perjanjian atas asas pertimbangan. Ini seperti perjodohan. Nikah kit
BAB 14 Mama sangat tidak menyangka atas jawabanku. Menurutnya, aku masih terlihat belia. Apa lagi hubunganku dengan Kak Daffa yang malah terlihat seperti adik kakak. Menikah. Itu benar-benar di luar prediksinya. Beliau sempat mengkhawatirkan kelanjutan pendidikanku, tapi Kak Daffa berhasil meyakin
“Saya merasa sangat senang atas kedatangan kalian,” ujar Om Handri. “Undangan ini sangat mendadak, Tuan. Saya benar-benar kaget mendengarnya.” “Lihat, Raida. Bukankah anak-anak kita sangat cocok?” “Tetap saja saya kaget. Daffa sudah saya anggap anak sendiri.” Tante Sovia berdecak. Wanita yang me
BAB 15 “Masuk!” Kak Daffa memerintah. Tak banyak bicara, aku kembali pada perkumpulan. Kulihat Om Handri sedang mengobrol santai dengan Kak Mandala. Mama melihat chef yang sedang merias piring. Fania memainkan ponsel. Gea dan ibunya tidak terlihat. Dua chef itu kemudian mengisi meja luas ini deng
Esoknya, aku kuliah seperti biasa. Naik angkot karena gak bisa nebeng Kak Mandala akibat kesiangan. Andre jelas tidak ada. Aku berjalan menuju gedung fakultas dengan langkah lemas. Di jalan berpapasan dengan Andre, tapi dia cuek saja. Sama seperti dulu saat kita belum satu team. Bedanya dulu aku su
BAB 16 Payah. Baru nganter gitu doang udah mabuk. Kak Daffa gak sekeren oppa Korea yang kalau diajak belanja sabarnya luar biasa. Aku masuk kamar. Melihat semua belanjaan dengan mata berbinar. Wow, aku punya semua yang aku mau. Kalau begini seserahan aja tiap bulan. “Risa … Ris ….” Mama mengetuk
Memang dasar, tuh orang nyebelinnya setengah idup. Tahu mau nikah bohongan. Masih menuntut totalitas. Pake minta Mama ajarin segala. Yang biasanya abis subuh tidur lagi, hari ini gak bisa. Mama gedor-gedor pintu. Suruh kerja ini itu. “Jadwal beres-beres Risa, kan, sore, Mama.” Aku menguap malas. U
BAB 17 “De ....” Suara Kak Mandala di depan pintu kamar. “Ya, Kak.” “Kakak masuk, ya?” “Hm ....” Kak Mandala membuka pintu perlahan. Suara ramainya saudara di luar yang tadi kedap jadi terdengar bersama terbukanya pintu. Sudah dari kemarin kerabat Mama dari Jawa Tengah pada menginap di sini unt
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan