Share

4. Kebangkitan

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2024-10-07 15:58:06

Su Yin terbangun dengan kepala yang berat dan pandangan yang kabur. Apalagi usai menghajar seorang penjaga istana. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana ia berada.

Di sekelilingnya, suara riuh rendah orang-orang berbicara dalam bahasa yang terdengar asing namun entah bagaimana akrab. Ia merasakan kain halus menyentuh kulitnya, berbeda dari pakaian modern yang biasa ia kenakan.

Ketika pandangannya mulai jelas, Su Yin terkejut melihat dirinya berada di tengah-tengah istana dengan orang-orang yang berpakaian begitu anggun.

Orang-orang mengenakan pakaian tradisional Tiongkok, dengan warna-warna cerah dan desain yang rumit. Ia melihat seorang pria dengan jubah kekaisaran menatapnya dengan aneh lalu berjalan dengan wibawa, diikuti oleh para pengawal dan pelayan.

Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan pakaian yang mewah dan hiasan kepala yang indah, yang Su Yin kenali sebagai Selir Agung Ming.

“Kenapa, kenapa aku benci pada wanita itu,” gumam Su Yin perlahan.

Kini dokter forensik itu menghuni tubuh Permaisuri Li A Yin dan tidak boleh sembarangan bergerak. Beberapa ingatan menari di kepalanya dan samar-samar terlihat bahwa ia kesepian dikurung di dalam istana naga perak.

Su Yin merasa aneh. Bagaimana mungkin ia bisa berada di sini? Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia terbangun. Namun ingatannya ditutupi kabut hitam.

Su Yin hanya ingat sedang mengejar penjahat dan terjebak bersama rekannya. Ia tidak berada di dalam peti mati sebelumnya. Polisi itu merasa seperti terjebak dalam mimpi yang aneh dan tidak masuk akal.

“Atau aku mainkan saja peran ini? Walau aneh dan aku akan mencoba untuk kembali ke tempatku tinggal bagaimanapun caranya,” ujarnya perlahan sambil berjalan mundur.

Orang-orang di sekitar Su Yin mulai memperhatikan dengan aneh. Mereka berbisik-bisik dan menunjuk ke arahnya. Bagaimana mungkin sudah mati dua hari tapi bisa hidup kembali?

Su Yin merasa semakin cemas. Ia harus menemukan cara untuk keluar dari situasi yang rumit dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sebab yang ia rasakan tubuh Permaisuri Li A Yin menyimpan banyak kesakian dan kesedihan.

“Jelaskan bagaimana kau bisa hidup lagi, dasar pembunuh.” Kaisar menunjuk wajah Su Yin.

“Siapa yang pembunuh?” Su Yin berkacak pinggang dan berjalan maju mendekati kaisar.

“Lancang, kau, bukannya sujud memberikan hormat.” Selir Agung Ming juga ketakutan.

Tak pernah sejarahnya ada yang mati bisa hidup lagi kecuali jadi hantu dan itu pun di saat malam hari. Sekarang matahari sedang terik-teriknya bersinar.

“Memang kalian siapa harus aku beri hormat, sampai sujud pula, dewa kalian, tidak, kan?” Makin maju langkah Su Yin dan Selir Agung memerintahkan para penjaga siaga.

“Kau macam-macam dengan kaisar, aku tak segan-segan memerintah pengawal memenggal kepalamu!” jerit Selir Agung.

“Oh, sok jadi hakim kalian bisa memutuskan hukuman, sini maju satu demi satu, aku tunjukkan siapa diriku.” Su Yin memasang kuda-kuda bertarungnya. Tidak ada pistol tak masalah, masih ada tangan untuk satu lawan satu.

“Pengawal, tangkap Permaisuri A Yin!” perintah Selir Agung.

“Permaisuri A Yin,” ulang Su Yin memastikan tubuh siapa yang ini ia huni.

***

Su Yin berdiri di tengah lapangan istana yang megah. Dengan percaya diri ia berjalan dan para pengawal hanya berani mengikuti tanpa menghunuskan pedang atau tombak.

Su Yin heran mengapa pengawal istana tak segera menangkapnya sesuai perintah Selir Agung. Ia tidak punya pilihan lain selain melawan ketika peluit dibunyikan. Suara langkah kaki yang berat semakin mendekat, dan Su Yin mempersiapkan dirinya.

Pintu aula terbuka dengan keras, dan sekelompok pengawal istana masuk dengan senjata terhunus. Pemimpin mereka, seorang pria bertubuh besar dengan wajah bengis, melangkah maju.

“Permasuri A Yin, menyerahlah sekarang juga. Kau tidak akan bisa melawan kami semua. Kau terbukti membunuh salah satu menteri,” ucapnya dengan suara yang menggelegar di lapangan.

“Tangkap aku kalau bisa.” Su Yin tak berniat kabur. Ia nikmati saja mimpinya yang entah ada di dimensi mana.

Tanpa peringatan, pengawal pertama menyerang. Su Yin bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, menghindari serangan dan membalas dengan tendangan yang kuat. Pengawal itu terjatuh, tidak menyangka bahwa seorang wanita bisa memiliki kekuatan seperti itu.

Pengawal lainnya segera menyerang, tetapi Su Yin menghadapi mereka dengan keberanian dan keterampilan yang luar biasa.

Setiap gerakannya begitu halus dan presisi, seolah-olah dia telah berlatih selama bertahun-tahun. Polisi itu menggunakan segala yang ada di sekitarnya sebagai senjata, dari tombak, pedang, bahkan belati dan kini ia tengah mengancam seorang pengawal dan hampir menggorok lehernya.

“Aku sudah sering menghadapi penjahat seperti kalian. You know, you look like a shit.” Su Yin berbahasa asing mendorong tubuh lelaki yang mulai menggigil ketakutan itu.

Pertarungan dilanjutkan dan tubuh ramping itu tidak terjatuh sama sekali. Justru Su Yin berhasil melumpuhkan beberapa pengawal, tetapi jumlah mereka terlalu banyak.

“Cukup, biar aku saja yang melawannya.” Pimpinan pengawal maju.

Su Yin mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya dan menyerang dengan seluruh tenaga. Pertarungan mereka berlangsung sengit, tetapi pada akhirnya, Su Yin berhasil menjatuhkan pemimpin pengawal dengan pukulan yang kuat.

Dengan napas terengah-engah, Su Yin berdiri di tengah aula yang kini sunyi. Ia tahu tempat ini bukanlah kota tempat tinggalnya.

“Katakan aku ada di mana sekarang.” Su Yin mengancam pimpinan pengawal dengan belati di lehernya.

“Permaisuri, kita bisa bicarakan ini baik-baik.”

“Jawab!” Su Yin tak memberinya banyak pilihan.

“Ini istana, Permaisuri, kita berada di dalam istana, tepatnya di Kota Chang’an.”

“Kota Chang’an. Tidak pernah ada dalam wilayah geografi Cina sama sekali,” gumam Su Yin.

“Hentikan!” Suara Selir Agung terdengar.

“Dia siapa?” tanya Su Yin pada kepala pengawal.

“Perempuan kesayangan kaisar, Pemaisuri.”

Su Yin melepaskan belati yang sejak tadi menempel di leher pimpinan pengawal.

“Melawan satu orang perempuan saja kau payah!” hardik Selir Agung pada pengawal. “Kau terlihat berubah Permaisuri A Yin sejak bangkit dari kematian, hebat.” Selir Agung bertepuk tangan.

“Pengawal, bawa Permaisuri A Yin kembali ke istana naga perak, sisanya aku urus nanti.” Selir Agung Ming kembali setelah menatap Su Yin dengan penuh kebencian.

“Permaisuri, ayo kita kembali ke istana, ganti bajumu yang tipis ini, engkau pasti kedinginan.” Pelayan yang setia datang menemui tuannya.

Su Yin menuruti saja pada pelayan yang tidak ia ketahui namanya. Namun, lama-lama wajah itu diperhatikan terlihat mirip dengan seseorang.

“Xu Chan,” ucap Su Yin pada pelayannya. “Kau masih hidup?” tanya Su Yin.

“Permaisuri, hamba akan dieksekusi mati setelah engkau dimakamkan, tapi kenyataan malah hidup lagi dan tak tahu nanti bagaimana, sekarang kita bersihkan dulu tubuhmu dari darah dan noda, ya.”

Tuan dan pelayan itu memasuki istana naga perak. Mata Su Yin menatap gapura dengan cat merah dan hiasan naga di depannya. Tempat yang begitu luas, sunyi, dan lebih mirip dengan kuburan.

Bersambung …

Related chapters

  • PERMAISURI YIN   5. Pangeran Kedua

    “Pangeran, sudahlah, sudah cukup kau terluka parah,” ucap Fu Rong, pengawal pribadi pangeran kedua. Ia telah bersama sejak dulu dan bersedia mengorbankan nyawa demi tuannya. “Tidak, belum, sedikit lagi kita berhasil!” Pangeran kedua mengangkat pedangnya. Entah sudah berapa hari yang ia lalui dalam jebakan musuh. Entah sudah berapa banyak darah pengawalnya yang tumpah. Namun, sang pangeran tak menyerah. “Fu Rong, berapa amunisi yang kita punya?” tanya pangeran kedua. Lelaki yang baru menikah tapi dipisahkan oleh istrinya dengan cara tidak adil. “Tak banyak, Pangeran, hanya ada lima pengawal pribadi dan hanya tersisa 70 pengawal umum saja.” “Musuh diperkirakan ada berapa?” “Sekitar 400 orang, Pangeran.” “Kalau begitu kita harus berperang dengan cerdas. Kita harus menang, agar kita bisa pulang.” Namun, baru saja mengucapkan kalimat demikian sang pangeran tiba-tiba roboh. Luka di punggung akibat tertancap panah belum sempat diobati. ***Di bawah langit kelabu yang selalu mengintai

    Last Updated : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   6. Dimensi yang Membingungkan

    Su Yin yang kini terperangkap dalam tubuh Permaisuri Li A Yin merasa bimbang dengan apa yang ada di depan matanya. Semua serba tradisional dan ketinggalan zaman. Bahkan cermin di depannya saja tidak mampu memantulkan bayangan wajah dengan sempurna seperti di masa depan. Tidak ada lampu, yang ada hanya lilin di setiap sudut kamar. “Permaisuri,” panggil pelayan setia A Yin. “Iya, kenapa, ada yang bisa aku bantu?” Terbiasa hidup sebagai polisi membuat Su Yin harus tanggap dengan panggilan. “Permaisuri, jangan terlalu sopan, hamba ini hanya seorang budak.” “Budak?” Su Yin mengedipkan mata cepat. “Kenapa aku bisa ada di masa kerajaan? Lalu kasus pembunuhan yang aku periksa bagaimana? Officer Jimmi juga bagaimana?”“Permaisuri, apakah ada yang mengusik hatimu?” “Ada banyak dan aku ingin bertanya, tapi sebelumya aku ingin tahu siapa namamu?” “Ah, hamba tidak punya nama, Permaisuri. Biasanya Selir Agung akan memanggil hamba kera busuk saja.” “Kenapa begitu?” tanya Su Yin keheranan.

    Last Updated : 2024-10-29
  • PERMAISURI YIN   7. Menerima Keadaan

    “Kurang ajar, lelaki hidung belang. Habis ambil perawan dia kabur, bededah busuk, aku cincang baru tahu!” Permaisuri berdiri lagi dengan wajah penuh amarah. Jauh sekali perbedaan antara A Yin dan Su Yin walau wajah dan tubuh sama persis. “Permaisuri, tenangkan dirimu. Jangan memaki pangeran kedua. Beliau itu pangeran yang berpengaruh setelah putra makhkota. Ditambah lagi pangeran adalah suamimu, jadi hormatlah dengan beliau.” Xu Chan mengingatkan sambil menelan ludah. Entah kali keberapa sudah ia melihat tuannya marah-marah sejak bangkit dari kubur. “Peduli apa aku, walau dia kaisar sekalipun. Gubernur saja pernah aku penjarakan.” Su Yin duduk dan menarik napas panjang. Sore yang terasa berangin dan menerbangkan anak rambut di wajahnya. “Permaisuri, hamba belum selesai bicara. Setelah melewati malam pertama, Pangeran Kedua mendapat panggilan perang mendadak dari perbatasan karena itu beliau pergi meninggalkan kita semua di sini.” “Panggilan perang?” gumam Su Yin perlahan. Ia masi

    Last Updated : 2024-11-01
  • PERMAISURI YIN   8. Konspirasi Dalam Istana

    Selir Agung Ming duduk di dalam kamarnya. Kepala wanita bengis itu terasa pusing hingga pelayan datang membuka semua perhiasan mewah dan mulai memijit kepalanya. “Bagaimana mungkin,” ucap Ming Hua sambil menarik napas. “Katakan padaku bagaimana caranya orang mati bisa hidup lagi.” Mata wanita itu masih memejam. “Hamba tidak tahu, Selir Agung.” “Sudah jelas sekali dia bersimbah darah dan tubuhnya dingin serta kaku. Aku sendiri yang memegangnya. Saat peti mati akan ditutup lalu A Yin tiba-tiba saja bangun. Ini sungguh di luar rencana.” “Selir Agung, apakah butuh tabib?” tanya pelayannya yang bernama Cu Li. “Tidak, siapkan air hangat, aku ingin menyegarkan tubuhku. Tambahkan bunga mawar di dalamnya. Aku harus menemukan keanehan yang terjadi siang ini.” Atas perintah Ming Hua, pelayan setianya undur diri. Wanita itu membuka bola matanya, lalu tiba-tiba saja ia kaget. Wujud Li A Yin baru saja ada di depan mata dengan wajah pucat dan bibir bersimbah darah. “Apa ini, kenapa jadi seram

    Last Updated : 2024-11-01
  • PERMAISURI YIN   9. Rencana Licik

    Utusan berpakaian hitam itu memegang perutnya yang kena tendang Su Yin. Ia merupakan salah satu pengawal Menteri Huang dan cukup terkejut dengan ketangkasan sang permaisuri yang dikenal sebagai wanita lemah tak berdaya. “Aku harus pergi dari sini. Aku hanya mengujinya saja bukan cari mati.” Pengawal itu mulai ketakutan. “Siapa yang mengutusmu untuk membunuhku. Apakah kau tak tahu kalau aku ini istri pangeran kedua?” Su Yin memanfaatkan kedudukannya. Ia bergerak ke kiri ketika melihat langkah utusan itu ingin melarikan diri dari kamarnya. “Tidak menjawab? Jangan khawatir, aku selalu punya cara untuk membuat penjahat mengaktu.” Su Yin mengambil salah satu guci dan melempar ke arah utusan itu. Lelaki tersebut menghindar dan hampir kepalanya kena. Suara pecahan guci membuat seluruh penghuni istana naga perak bangun dari tidurnya. Mereka berlarian ke kamar sang tuan takut terjadi sesuatu sebab istana itu tidak ada pengawal lelaki yang mumpuni. Namun, ketika para pelayan sampai di depa

    Last Updated : 2024-11-02
  • PERMAISURI YIN   10. Su Yin VS Kejaksaan

    Su Yin bangun di pagi hari menuju siang. Tubuhnya yang lelah sebab perjalanan waktu membuatnya harus beristirahat lebih banyak. Bangun-bangun sudah ada tiga pelayan setianya yang membawakan air cuci muka, kain bersih dan sisir. Padahal ia bisa melakukan itu sendirian. “Astaga, aku merasa seperti Cinderella saja.” Su Yin menguap sangat besar. Biasanya ketika bangun pagi ia akan sikat gigi, cuci muka, minum kopi dan makan roti. Sekarang? Jangankan roti, gula saja susah untuk didapat. “Permaisuri, seorang istri pangeran tidak boleh menguap terlalu besar. Tidak enak untuk dipandang.” Xu Chan mengingatkan tuannya yang amnesia.“Selain menguap, kentut pun tidak boleh? Terus sendawa dan terbawa ahahahahahaha, boleh tidak?” Su Yin merasa aturan istana semakin tidak masuk akal. “Tidak boleh terlalu kuat, Permaisuri, ada aturan yang harus kita jalankan.” “Terserah, aku tak mau ikut aturan yang keterlaluan seperti itu.” Su Yin mencuci muka dan mengeringkan wajah pakai kain bersih yang diba

    Last Updated : 2024-11-03
  • PERMAISURI YIN   11. Cinta Pangeran

    Shen Du sedang meditasi tingkat tinggi dalam ruangan khusus yang hanya ada diri sendiri, dupa, lilin aroma bunga dan tentu saja arwah penasaran Li A Yin. “Sedikit lagi,” ucapnya ketika memasuki dimensi di mana pertukaran A Yin dan Su Yin terjadi. Lalu tiba-tiba saja ia batuk dan bibirnya mengeluarkan darah. Hal yang Shen Du lakukan sangat berbahaya dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan spiritual tingkat tinggi. “Akhirnya aku mengerti juga, darimana dia berasal.” Shen Du menahan nyeri di dadanya. Ia mengalami luka dalam karena melakukan perjalanan berbahaya. Arwah Li A Yin memandang Shen Du dengan lurus. Seolah-olah ada yang ingin disampaikan dan ia pun ingin pergi dari ruang spritual. Namun, arwah permaisuri terkurung di sana karena energi spritualnya terlalu besar. “Permaisuri, engkau ingin kembali ke tubuhmu, bukan?” tanya Shen Du. Hanya ia saja yang bisa melihat Li A Yin. Arwah permaisuri mengangguk. “Sayangnya, tubuhmu sudah ada yang mengisi, ini sangat

    Last Updated : 2024-11-05
  • PERMAISURI YIN   12. Alibi

    Su Yin memberi peringatan pada para petugas yang menawan pelayannya. Jangankan batu, pisau pun akan ia lemparkan kalau berani menyakiti orang-orangnya. “Katakan apa mau kalian?” tanya Su Yin dengan suara lantang. Sebuah keributan hampir siang hari yang berhasil menarik perhatian orang lewat. Beberapa dayang dari luar berkerumun di depan istana naga perak. “Permaisuri Yin harus ikut kami ke kantor kejaksaan dan kepolisian untuk diperiksa,” jawab petugas yang membawa lencana khusus. “Hmm, di masa lalu kejaksaan dan kepolisian ternyata menjadi satu instansi,” gumam Su Yin perlahan. “Permaisuri harus ikut sekarang, terkait kasus pembunuhan Menteri Zhang.” “Tidak, jangan bawa tuanku. Sebagai gantinya hukum mati aku saja.” Xu Chan berlutut di depan petugas. “Jangan ikut campur, Xu Chan.” Ucapan Su Yin membuat para pelayan terdiam. Mereka belum terbiasa dengan perubahan sang tuan yang tiba-tiba saja. “Aku ikut kalian, dengan syarat jangan menyentuh Istana Naga Perak dan para pelayan

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • PERMAISURI YIN   47. Mungkin

    Menteri Urusan Kesejahteraan Rakyat meminta izin untuk menghadap Pangeran Kedua. Desas-desus tentang hilangnya permaisuri semakin beredar kencang. Lelaki itu tak bisa tinggal diam, sebab selain kasihan saat dulu A Yin dihukum mati, sang menteri juga masih punya hubungan kerabat jauh dengan orang tau A Yin dulunya. “Katakan, aku tak punya banyak waktu.” Li Wei berencana turun tangan sendiri mencari A Yin. Sudah terlalu lama menunggu. Bahkan pasukan elite diturunkan tapi tetap tak ada hasil. “Hamba akan memerintahkan pasukan pribadi hamba untuk mencari Permaisuri,” jawab Menteri Du Sui. “Jadi, kau sudah tahu?” “Seluruh istana sudah tahu, Pangeran.” “Berarti Kaisar sudah tahu?” “Tentu, menurut perhitungan hamba demikian.” “Kira-kira langkah apa yang akan diambil ayahku andaikata istriku tidak juga ditemukan? Kau sudah lama mendampingi Kaisar, tentu tahu tabiatnya bagaimana?” Li Wei melipat tangannya di bagian belakang. Ia berjalan mendekati Menteri Du beberapa langkah. “Dalam ha

  • PERMAISURI YIN   46. Nasehat

    Rombongan Suku Bintang dari Pegunungan Utara meninggalkan Chang An ketika sudah puas jalan-jalan. Mereka melewati lagi wilayah tempat perburuan beberapa hari yang lalu. “Berhenti!” ucap Yun Zi tiba-tiba saja. “Istriku, kenapa? Apa masih ada benda yang ingin kau beli?” Ba Luo menarik tali kekang kudanya. “Kita ke sana!” tunjuk Yun Zi. “Ke mana? Untuk apa?” Yun Zi tak menjawab pertanyaan suaminya. Anak ketua suku itu terus melajukan kudanya hingga sampai di depan rumah Guaning. “Di sini tidak ada apa-apa, istriku?” “Ada, tempat ini ditutup kabut sihir. Karena itu pencarian Permaisuri Yin tidak juga ketemu sampai sekarang.” Yun Zi menutup mata dan menyatukan dua tangan di dada. Beberapa saat lamanya ia membaca mantra dan terhapus sudah sihir yang menutupi rumah Guaning.Yun Zi dan Ba Luo mengetuk perlahan pintu rumah itu sebab hari masih pagi. Guaning menyambut tamu dan bertanya siapa dan ada perlu apa. “Dari beberapa hari yang lalu ada saja orang aneh yang lewat.” Guaning memand

  • PERMAISURI YIN   45. Tidak Enak Hati

    Ru Yi membuat Su Yin tertidur dengan obat bius yang ia beli di apotek pusat kota. Perlahan-lahan mata sang permaisuri tertutup dan tak ada pergerakan sama sekali. Setelah itu Ru Yi baru berani mengambil tindakan tertentu. Gadis yang usianya lebih tua daripada permaisuri mulai menjahit luka di bagian dada. Kemudian lanjut memberikan salep dan menutup jahitan dengan menggunakan kasa bersih. Setelahnya Su Yin dibiarkan tertidur tanpa adanya infus. Sebab di zaman Dinasti Tang cairan infus belum ditemukan. Siang hari ketika matahari sudah sudah tinggi, Su Yin pun siuman. Ia merasa sudah membaik dari hari-hari biasanya. Baju lapis luarnya terjatuh ketika ia mencoba duduk. “Eh, ini ada benang jahit, berarti ada jarumnya juga?” Sang permaisuri meraba dadanya yang ditutup kasa, ia lihat jahitannya cukup rapi. “Berarti medis Dinasti Tang cukup baik, tapi kenapa saat di istana aku tidak mendapat perawatan yang cukup.” Su Yin memandang tangannya yang ada bekas luka besar. Oleh Ru Yi luka itu d

  • PERMAISURI YIN   44. Pasukan Elite

    “Paracetamol, ibuprofen, antibiotik, anestesi, ah, aku membutuhkan semua itu,” gumam Su Yin ketika denyut luka dalam dadanya semakin terasa. Ru Yi tahu wanita yang ia selamatkan tidak akan bisa tidur nyenyak sebelum menemukan obat-obatan yang dibutuhkan. Namun, ia juga bukan tabib yang mendapat mandat dari Kementrian Kesehatan untuk menyembuhkan orang. “Aiiiyah, cucuku, tidak bisakah kau menolongnya?” Guanin juga gusar. Sesekali ia sentuh dahi Su Yin dan wanita itu demam tinggi. “Bisa, Nek, tapi obat-obatannya tidak ada. Banyak yang harus dibeli untuk menyembuhkan luka dalamnya.” “Perlu uang banyak tidak?” tanya Guaning. “Hmm, aku akan membeli sulfur untuk membiusnya dulu, lalu aku akan ke kota untuk mencari jarum dan benang sutra guna menjahit lukanya.” “Tidak ditolong kasihab, ditolong juga aku …” Walau dengan rasa ragu, akhirnya Guaning membuka kotak penyimpanan uang satu-satunya. “Jangan, Nek, itu, kan harta berharga simpanan Nenek.” Ru Yi tak mau neneknya berkorban untuk s

  • PERMAISURI YIN   43. Surat Perintah

    Su Yin ditangai oleh seorang dokter di klinik terdekat. Anak tadi sudah ia serahkan pada polisi yang ada di area tersebut dan ia pun menunjukkan identitasi diri. Selanjutnya anak lelaki tadi akan diproses sesuai hukum yang berlaku. “Kuat juga kau jadi orang, luka ini tidak terlalu dalam, tapi sangat menyakitkan dan Nona tidak menangis sama sekali,” ucap dokter yang menjahit luka di dada Su Yin. “Menangis tidak mengubah keadaan.” “Setidaknya perasaan kita terluahkan.” “Pekerjaan membuat aku terbiasa menahan perasaan,” balas Su Yin. “Apa tidak sakit kepala karena kau tak bisa mengungkapkan perasaan? Kita perempuan, perasaan kita perlu dirayakan.” Dokter wanita itu tersenyum. “Aku tidak punya waktu untuk hal-hal seperti itu, Dokter, bagiku hanya ada pekerjaan dan hidupku sendiri.” “Keluargamu tahu?” “Hanya tinggal Bibi seorang, dia juga sudah tua, lagi pula lukaku di bagian dalam tidak akan kelihatan.” “Nona, jangan terlalu keras dengan diri sendiri. Berbagi juga tidak ada salah

  • PERMAISURI YIN   42. Reinkarnasi

    Pagi-pagi sekali Su Yin menaiki bus kota untuk segera sampai ke kantor. Kota Shanghai yang notabene penduduknya sekitar 24 juta jiwa sudah sangat sibuk. Gadis itu jadi teringat ketika menaiki kereta dan melihat para pengemis di kota Chang An. Kota yang di masa lalu juga sangat sibuk. Bus berhenti karena lampu merah. Su Yin menoleh ke kiri, kebetulan mobil mewah menurunkan kaca. Artis Mimi Yang sedang merapikan make up. Ada seorang laki-laki di sebelah Mimi. Su Yin coba mengintip tapi tidak terlihat dan keburu lampu sudah berubah jadi hijau.“Apa mungkin nenek sihir itu menikah lagi dengan kaisar dan jadi istrinya?” tanya Su Yin sambil memainkan ponsel.Iseng ia mencari weibo milik Mimi Yang. Biodata dan status artis papan atas itu jelas belum menikah di usia yang sudah kepala empat. Di Shanghai sekarang memang sedang trend melajang sampai tua karena tekanan ekonomi dan persaingan ketat. Sampai di kantor polisi, Su Yin diberi hormat oleh beberapa bawahannya. Ia pun langsung ke ruanga

  • PERMAISURI YIN   41. Mimi

    Su Yin jatuh ke dalam dinginnya arus sungai. Matanya pedih dan darahnya mewarnai air yang jernih. Gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri. Masih ingat ia kata Li Wei tak jauh dari sungai ada air terjun yang begitu deras. Tangan kanan Su Yin berpegangan pada sebuah dahan yang kokoh. Sembari tetap menahan rasa sakit di dada sebelah kiri akibat panah yang masih menancap. Ia berusaha memanjat dahan dan melangkah perlahan. Kemudian melompat ke daratan yang kini berseberangan dengan tempatnya jatuh. “Kenapa? Kenapa aku tidak kembali ke masa depan padahal aku sudah jatuh ke sungai.” Su Yin batuk dan memuntahkan air. Dadanya terasa begitu dingin sekali. Anak panah itu tak bisa sembarangan ia cabut agar darah tak mengalir begitu deras. Ia terus melangkah melawan aliran sungai sambil berkata tolong. Namun, tak ada satu pun yang mendengar suaranya. Lama-kelamaan rasa dingin di bagian dada itu menjalar terus ke kepala dan kakinya. Lalu Su Yin roboh dan tak sadarkan diri. *

  • PERMAISURI YIN   40. Serbuk Emas

    Bagian 40 Li Wei melakukan pencarian sampai malam hari dengan tambahan beberapa pasukan juga obor yang sangat banyak. Telah dinyatakan Permaisui Li A Yin menghilang ketika suaminya pergi berburu. Fu Rong merasa bersalah karena meninggalkan sang nyonya tanpa pengawal sama sekali. Tadinya Fu Rong mengira mencari bakpao kacang merah hanya sebentar saja. “Pangeran, hamba menemukan ini.” Pengawal pribadi itu memungut satu demi satu barang milik A Yin yang berceceran. Di antaranya cincin giok juga kalung. “Pangeran, hamba menemukan ini.” Datang lagi seorang prajurit membawa robekan baju yang digunakan A Yin pada hari itu, termasuk sepatu yang tinggal sebelah saja. “Cari sampai dapat aku tidak peduli walau sampai pagi!” perintah Li Wei pada pasukannya. Mereka menyusuri hutan jengkal demi jengkal walau ada rasa takut binatang buas menerkam. Bahkan Pangeran Kedua saja turun tangan dan berjalan kaki menyusuri hutan. Di sisi lain Putra Makhkota tetap harus menyambut tamu di hari ulang ta

  • PERMAISURI YIN   39. Perburuan

    Pangeran Kedua dan Putra Makhkota sama-sama berkuda dengan kencang. Kemudian dua saudara kandung beda ibu itu turun dari kuda dan mengawasi datangnya binatang buruan. Mereka berkuda di wilayah dengan bendera hijau paling jauh hanya boleh di bendera kuning. Bendera merah artinya mereka melewati wilayah terlarang. “Dia milikku,” ujar Putar Makhkota ketika melihat kelinci yang sangat gemuk. Lelaki itu melesatkan anak panah tetapi meleset. “Ah, sayang sekali. Aku bisa memberikannya untuk Bai Jing nanti.” Buruan itu kabur dari hadapan dua pangeran. “Kau kenapa, tidak membidik kelinci. Sudah bosan dengan binatang buruan?” tanya Putra Makhkota. “Tidak, aku mencari rusa untuk kuberikan pada A Yin.” “Benarkah, memang Adik Yin suka rusa?” “Kelihatannya begitu.” “Kupikir hubungan kalian memburuk sejak selir baru datang ke istanamu.” “Aku sedang memperbaiki hubungan kami. Aku akan ke sana.” Li Wei meninggalkan kawasan bendera hijau dan memasuki yang bendera kuning. “Tunggu, jangan terlal

DMCA.com Protection Status