Share

4. Kebangkitan

Su Yin terbangun dengan kepala yang berat dan pandangan yang kabur. Apalagi usai menghajar seorang penjaga istana. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana ia berada.

Di sekelilingnya, suara riuh rendah orang-orang berbicara dalam bahasa yang terdengar asing namun entah bagaimana akrab. Ia merasakan kain halus menyentuh kulitnya, berbeda dari pakaian modern yang biasa ia kenakan.

Ketika pandangannya mulai jelas, Su Yin terkejut melihat dirinya berada di tengah-tengah istana dengan orang-orang yang berpakaian begitu anggun.

Orang-orang mengenakan pakaian tradisional Tiongkok, dengan warna-warna cerah dan desain yang rumit. Ia melihat seorang pria dengan jubah kekaisaran menatapnya dengan aneh lalu berjalan dengan wibawa, diikuti oleh para pengawal dan pelayan.

Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan pakaian yang mewah dan hiasan kepala yang indah, yang Su Yin kenali sebagai Selir Agung Ming.

“Kenapa, kenapa aku benci pada wanita itu,” gumam Su Yin perlahan.

Kini dokter forensik itu menghuni tubuh Permaisuri Li A Yin dan tidak boleh sembarangan bergerak. Beberapa ingatan menari di kepalanya dan samar-samar terlihat bahwa ia kesepian dikurung di dalam istana naga perak.

Su Yin merasa aneh. Bagaimana mungkin ia bisa berada di sini? Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia terbangun. Namun ingatannya ditutupi kabut hitam.

Su Yin hanya ingat sedang mengejar penjahat dan terjebak bersama rekannya. Ia tidak berada di dalam peti mati sebelumnya. Polisi itu merasa seperti terjebak dalam mimpi yang aneh dan tidak masuk akal.

“Atau aku mainkan saja peran ini? Walau aneh dan aku akan mencoba untuk kembali ke tempatku tinggal bagaimanapun caranya,” ujarnya perlahan sambil berjalan mundur.

Orang-orang di sekitar Su Yin mulai memperhatikan dengan aneh. Mereka berbisik-bisik dan menunjuk ke arahnya. Bagaimana mungkin sudah mati dua hari tapi bisa hidup kembali?

Su Yin merasa semakin cemas. Ia harus menemukan cara untuk keluar dari situasi yang rumit dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sebab yang ia rasakan tubuh Permaisuri Li A Yin menyimpan banyak kesakian dan kesedihan.

“Jelaskan bagaimana kau bisa hidup lagi, dasar pembunuh.” Kaisar menunjuk wajah Su Yin.

“Siapa yang pembunuh?” Su Yin berkacak pinggang dan berjalan maju mendekati kaisar.

“Lancang, kau, bukannya sujud memberikan hormat.” Selir Agung Ming juga ketakutan.

Tak pernah sejarahnya ada yang mati bisa hidup lagi kecuali jadi hantu dan itu pun di saat malam hari. Sekarang matahari sedang terik-teriknya bersinar.

“Memang kalian siapa harus aku beri hormat, sampai sujud pula, dewa kalian, tidak, kan?” Makin maju langkah Su Yin dan Selir Agung memerintahkan para penjaga siaga.

“Kau macam-macam dengan kaisar, aku tak segan-segan memerintah pengawal memenggal kepalamu!” jerit Selir Agung.

“Oh, sok jadi hakim kalian bisa memutuskan hukuman, sini maju satu demi satu, aku tunjukkan siapa diriku.” Su Yin memasang kuda-kuda bertarungnya. Tidak ada pistol tak masalah, masih ada tangan untuk satu lawan satu.

“Pengawal, tangkap Permaisuri A Yin!” perintah Selir Agung.

“Permaisuri A Yin,” ulang Su Yin memastikan tubuh siapa yang ini ia huni.

***

Su Yin berdiri di tengah lapangan istana yang megah. Dengan percaya diri ia berjalan dan para pengawal hanya berani mengikuti tanpa menghunuskan pedang atau tombak.

Su Yin heran mengapa pengawal istana tak segera menangkapnya sesuai perintah Selir Agung. Ia tidak punya pilihan lain selain melawan ketika peluit dibunyikan. Suara langkah kaki yang berat semakin mendekat, dan Su Yin mempersiapkan dirinya.

Pintu aula terbuka dengan keras, dan sekelompok pengawal istana masuk dengan senjata terhunus. Pemimpin mereka, seorang pria bertubuh besar dengan wajah bengis, melangkah maju.

“Permasuri A Yin, menyerahlah sekarang juga. Kau tidak akan bisa melawan kami semua. Kau terbukti membunuh salah satu menteri,” ucapnya dengan suara yang menggelegar di lapangan.

“Tangkap aku kalau bisa.” Su Yin tak berniat kabur. Ia nikmati saja mimpinya yang entah ada di dimensi mana.

Tanpa peringatan, pengawal pertama menyerang. Su Yin bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, menghindari serangan dan membalas dengan tendangan yang kuat. Pengawal itu terjatuh, tidak menyangka bahwa seorang wanita bisa memiliki kekuatan seperti itu.

Pengawal lainnya segera menyerang, tetapi Su Yin menghadapi mereka dengan keberanian dan keterampilan yang luar biasa.

Setiap gerakannya begitu halus dan presisi, seolah-olah dia telah berlatih selama bertahun-tahun. Polisi itu menggunakan segala yang ada di sekitarnya sebagai senjata, dari tombak, pedang, bahkan belati dan kini ia tengah mengancam seorang pengawal dan hampir menggorok lehernya.

“Aku sudah sering menghadapi penjahat seperti kalian. You know, you look like a shit.” Su Yin berbahasa asing mendorong tubuh lelaki yang mulai menggigil ketakutan itu.

Pertarungan dilanjutkan dan tubuh ramping itu tidak terjatuh sama sekali. Justru Su Yin berhasil melumpuhkan beberapa pengawal, tetapi jumlah mereka terlalu banyak.

“Cukup, biar aku saja yang melawannya.” Pimpinan pengawal maju.

Su Yin mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya dan menyerang dengan seluruh tenaga. Pertarungan mereka berlangsung sengit, tetapi pada akhirnya, Su Yin berhasil menjatuhkan pemimpin pengawal dengan pukulan yang kuat.

Dengan napas terengah-engah, Su Yin berdiri di tengah aula yang kini sunyi. Ia tahu tempat ini bukanlah kota tempat tinggalnya.

“Katakan aku ada di mana sekarang.” Su Yin mengancam pimpinan pengawal dengan belati di lehernya.

“Permaisuri, kita bisa bicarakan ini baik-baik.”

“Jawab!” Su Yin tak memberinya banyak pilihan.

“Ini istana, Permaisuri, kita berada di dalam istana, tepatnya di Kota Chang’an.”

“Kota Chang’an. Tidak pernah ada dalam wilayah geografi Cina sama sekali,” gumam Su Yin.

“Hentikan!” Suara Selir Agung terdengar.

“Dia siapa?” tanya Su Yin pada kepala pengawal.

“Perempuan kesayangan kaisar, Pemaisuri.”

Su Yin melepaskan belati yang sejak tadi menempel di leher pimpinan pengawal.

“Melawan satu orang perempuan saja kau payah!” hardik Selir Agung pada pengawal. “Kau terlihat berubah Permaisuri A Yin sejak bangkit dari kematian, hebat.” Selir Agung bertepuk tangan.

“Pengawal, bawa Permaisuri A Yin kembali ke istana naga perak, sisanya aku urus nanti.” Selir Agung Ming kembali setelah menatap Su Yin dengan penuh kebencian.

“Permaisuri, ayo kita kembali ke istana, ganti bajumu yang tipis ini, engkau pasti kedinginan.” Pelayan yang setia datang menemui tuannya.

Su Yin menuruti saja pada pelayan yang tidak ia ketahui namanya. Namun, lama-lama wajah itu diperhatikan terlihat mirip dengan seseorang.

“Xu Chan,” ucap Su Yin pada pelayannya. “Kau masih hidup?” tanya Su Yin.

“Permaisuri, hamba akan dieksekusi mati setelah engkau dimakamkan, tapi kenyataan malah hidup lagi dan tak tahu nanti bagaimana, sekarang kita bersihkan dulu tubuhmu dari darah dan noda, ya.”

Tuan dan pelayan itu memasuki istana naga perak. Mata Su Yin menatap gapura dengan cat merah dan hiasan naga di depannya. Tempat yang begitu luas, sunyi, dan lebih mirip dengan kuburan.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status